Sara mendengus, menatap horor ke arah Renand yang masih setia menatapnya dengan wajah datarnya.
Sok innocent!
Batin Sara sebal. Namun, dia berusaha untuk tidak mempermasalahkan tindakan sengaja Renand.
Toh selama ini mereka seasing itu. Bahkan untuk sebuah kejadian sengaja ini, mereka tidak seakrab itu untuk saling melempar kemarahan bukan.
Sara hanya menepuk-nepuk telapak tangannya, membersihkan beberapa bagian dari tubuhnya yang tampak kotor. Lalu melengos tak perduli.
"Loe gak marah, Sar?!" Tanya Naira yang dengan sangat jelas menyaksikan drama dua insan.
"Dahlah... Biarin aja, anggap angin kentut..." Balas Sara sambil tertawa lepas, seolah tak mau tahu. Naira mengangguk setuju. Toh Renand selama ini benar-benar bersikap dingin kepada mereka. Mungkin saja, dengan mengabaikan lebih baik bukan? Pikir Naira.
Renand mencebik sebal, rupanya percobaan pertamanya gagal. Sepertinya ia butuh mengambil ide dari novel lain yang ia baca.
Dia tampak melihat Sara yang berjalan menjauh darinya. Tertawa tidak jelas dengan Naira.
Tiba-tiba sebersit ide baru muncul di benaknya. Dia menarik sudut bibirnya secara alami.
Renand melangkah dengan langkah lebar-lebar, melewati Sara dan Naira yang sedang terkikik dan terdengar sedang menyebut namanya.
Gedebug! Awsss...
"Eskimo! Loe sengaja ya!!" Seru Sara yang cukup emosional saat merasa bahunya ditabrak dengan cukup keras. Sedangkan Renand yang tidak merasa bersalah hanya jalan lurus mengabaikan teriakan Sara.
"Kok eskimo?" Tanya Naira, karena jarang melihat interaksi keduanya.
Sara mengabaikan pertanyaan Naira, dia mengambil salah satu sepatunya. Dengan perhitungan yang tepat dia melemparnya ke arah Renand.
Pluk...
Sepatu jatuh tepat di kepala Renand. Lelaki itu mengaduh lirih, lalu berjongkok dan segera mengambil sepatu Sara.
"Hish! Eskimo... Gila loe ya, balikin sepatu gua!!!" Ucap Sara menggelegar.
"Sorry Nai... Gue titip gitar. Perlu dikasih pelajaran tuh anak!" Lanjut Sara melepas tas gitarnya lalu mengangsurkan ke arah Naira yang masih setia menebak alur drama kedua temannya.
"Tunggu loe disitu!!!" Seru Sara yang melihat Renand memungut sepatunya lalu berjalan tergesa. Renand mempercepat langkahnya, kala mendengar suara kaki Sara mendekat sembari mengomelinya.
Disisi lain, Pram dan Naro masih asyik menatap pemandangan sekolahnya.
"Eh udah bel tuh... Buruan pelajaran Pak Hananto..." Ucap Naro yang sudah balik badan.
"Eitsss... Tunggu! Bukannya itu si Renand... Ngapain dia lari terbirit-birit kek dikejar setan?!" Ucap Pram penasaran, lalu atensi keduanya menuju pada titik lainnya.
"Loh! Kok Sara?!"
"Lagi main india-indian kali!!!" Jawab Pram terkekeh. Tak biasanya Renand berlaku absurd seperti itu. Bahkan di pelajaran olahraga saja, Renand pernah ketauan tertidur.
"Wah.. Wah... Gak bisa dibiarin nih! Si Renand mau nikung gua duluan!!!" Tambah Naro sembari terkekeh.
"Buruan turun Bro.. Daripada mati penasaran..." Ujar Pram terkekeh merangkul Naro menuruni anak tangga.
Sesampainya di lantai paling bawah, Pram berhenti sejenak, membuat Naro yang sedang tergelak ikut melayangkan tatapan ke arah objek yang sedang menjadi pusat perhatian sohibnya itu.
"Nai... Kok sendirian?" Tanya Pram basa-basi. Dia melihat Naira dengan tubuh kecilnya tampak kesulitan membawa gitar Sara.
"Oh.. Eh... Ini, apa ya..." Jawab Naira gugup.
"Gitar Sara ya? Sini... Gue bawain..." Ucap Pram mencari perhatian. Sejenak Naira menatap Pram tak percaya.
'Jadi... Pram sukanya sama Sara ya?' batin Naira. Gadis itu tampaknya salah paham. Namun, dengan sedikit hati-hati akhirnya dia menyerahkan gitar milik Sara kepada Pram.
"Ck. Bucin!" Ucap Naro lirih yang tentu tidak terdengar keduanya. Selanjutnya Pram tampak sibuk berbicara dengan Naira mengabaikan Naro yang sedang mencebik tak jelas di belakangnya.
****
Srett....
Suara sobekan jelas terdengar di telinga Renand. Diikuti jerit gadis di belakangnya.
"Sorry..." Sara menatap tak enak pada Renand yang sudah menampilkan wajah sulit terbaca. Jangan salahkan Sara, gadis itu terlalu emosional saat akhirnya mencapai tubuh remaja lelaki didepannya. Setelah hampir lima menit berlarian tak jelas.
"Sar! Loe lagi main yusuf-julaiha sama Renand?!" Suara Pram yang entah sejak kapan berada dibelakangnya membuat tatapan tajam Renand ke Sara beralih.
"Ck. Tanggung jawab!" Ucap Renand menarik tangan Sara, dan membawanya ke arah UKS.
"Heh! Eskimo! Loe yang mulai duluan ya!" Sara mulai emosional. Satu tangan Renand dia buat menutup bagian belakangnya yang robek dan menampakkan sebagian punggungnya. Sedangkan tangan satunya ia buat menarik lengan Sara kasar.
"Lepasin... Es! Loe mau bawa gue kemana sih?! Gue tendang loe ya!" Kali ini ancaman Sara berhasil. Renand berhenti di depan kamar mandi pria. Renand sebenernya tidak jago berkelahi. Jadi jika Sara benar-benar melakukan ancamannya. Sudah pasti Renand kalah telak.
Bisa-bisa sejarah Gerry akan terulang lebih parah!
"Tanggung jawab!" Ucap Renand sekali lagi, menampakkan punggungnya yang terbuka. Kali ini Sara terkekeh, bahkan wajah menyeramkan Renand malah tampak imut di mata Sara.
"Loe yang mulai duluan, kalo loe lupa!" Peringat Sara sembari membalas tatapan tajam Renand.
"Ck. Lepas Hoodie loe!" Paksa Renand menahan erangan frustasinya. Sara memang bukan lawan yang tepat baginya.
"Say sorry dulu.. Loe udah bikin baju gue kotor dari kaki, rok dan baju gue, kalau loe lupa!" Balas Sara tak mau kalah, sembari menujukkan kaos kakinya yang kotor akibat sepatunya di ambil Renand. Juga rok dan bajunya akibat jatuh yang ia alami sebelumnya.
Renand tak menyahut, dia malah mulai melepas satu persatu kancing bajunya.
"Gila loe! Mau mesum loe disini?!" Jerit Sara, Renand hanya menaik turunkan alisnya dengan tatapan tak terbaca. Dengan mendengus kesal, Sara melepas Hoodie yang melekat di tubuhnya. Lalu melempar ke arah Renand yang menampilkan smirk kemenangan.
"Sialan, Loe!" Maki Sara sebelum pergi meninggalkan Renand yang memilih mengganti seragamnya dengan Hoodie Sara di dalam bilik kamar kecil.
***
Segini dulu....
Cukup gak??Apakah ada yang ngikutin cerita ini??
Makasih buat yang mau mampir di sini??
Makasih vote dan komen kalian yang mood banget
🥰🥰🥰

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE AND WISH
Romance"Satu-satunya cewek paling keren di sekolah kita itu Sara. Dia paling anti drama, menurut gue dia juga cakep. Sayangnya ga ada yang berani deketin soalnya bar-bar." Ucap Pram. Renand terkesiap, baru menyadari gadis yang sudah lama menjadi tetanggan...