Part 27

1.3K 118 13
                                    

Sara dan Dino mengajak ketiga temannya menuju ruang musik. Ketiga remaja itu berdiri di depan ruang musik dengan penuh semangat. Taya, Udin dan Very hanya menunggu Dino membuka kunci ruangan itu.

Namun saat pintu itu benar-benar terbuka, ketiganya mendapati keadaan yang membuatnya terkejut. Ruangan yang biasanya tertata rapi dan nyaman untuk berlatih kini berubah menjadi kekacauan.

Beberapa alat musik berserakan di lantai, kabel-kabel yang tidak teratur terpelintir di mana-mana, dan partitur-partitur berserakan. Notasi musik dan alat-alat musik yang biasanya tersimpan dengan rapi sekarang tampak seperti terkena badai. 

Taya berdiri terpaku di pintu, mulutnya sedikit terbuka, sementara matanya melirik sekeliling dengan campur aduk antara kebingungan dan kekesalan. Rasanya seperti semua upaya dan kerja keras yang telah mereka lakukan untuk persiapan pentas tiga hari lagi kini runtuh begitu saja.

Udin dan Very memaki lirih. Very terlebih dahulu menyingkirkan kabel-kabel dibantu Dino dan Udin.

"Jadi menurut kalian, siapa pelakunya?" Tanya Very si basis sejurus kemudian menatap satu persatu teman mereka.

Dino dan Sara saling tatap dengan raut wajah cemas. Keduanya duduk di bangku sambil saling memandang. Baik Sara dan Dino mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan kejadian yang baru mereka alami kepada ketiga temannya itu.

Dino akhirnya membuka suara, “Kita udah nemuin Pak Reno tadi. Tapi, bukannya dapat jalan keluar, kita malah kenak marah habis-habisan.”

Sara mengangguk setuju. “Iya, Pak Reno kecewa banget. Dia bilang kita gak becus dalam menyiapkan pentas seni yang hanya tinggal tiga hari lagi. Pak Reno bilang semua terserah kita mau gimana lagi.”

Udin menghela napas panjang mendengar pernyataan kedua temannya itu.

“Rasa-rasanya semua usaha kita sia-sia. Kita harus segera memperbaiki semuanya sebelum terlambat.” tambah Sara lagi.

Taya terlihat khawatir. “Kalau gitu, kita harus lebih fokus dan cepat bertindak deh... Waktu kita tinggal sedikit, terus kita juga harus mastiin semua persiapan selesai ya kan...”

Lain halnya dengan Very dan Udin, kedua remaja itu tampak berpikir keras.

“Tadi harusnya kalian tanya 'siapa yang kemarin pakai ruang musik selain kita, Pak?' Kenapa harus kita yang disalahin kalau keadaan ruang musik jadi kacau kayak gini?” Ucap Very tampak marah.

Udin mengangguk setuju, “Benar. Kayaknya ada yang main-main di ruang musik, terus sengaja bikin semuanya jadi berantakan. Kita harus nyari tau itu semua. Rasanya nggak adil banget kalau semua ini di salahin ke kita saja.”

Very terlihat frustrasi, dia mengacak rambutnya sebelum melanjutkan ucapannya. “Kalau kita nggak cari tahu siapa pelakunya, kita mungkin terus-terusan jadi sasaran. Kita harus selidiki siapa yang makai ruang musik kemarin dan pastikan mereka harus tanggung jawab.” Serunya menggebu-gebu.

Dino menghela napas, “okay kalau gitu kita musti cepat bertindak. Kalau gak, kita bisa terus-terusan disalahin. Yuk kita cari tahu siapa yang pakai dan atur strategi biar bisa beresin masalah ini sebelum hari pentas besok.”

Sara dan Taya hanya bisa menyetujui saran dari ketiga cowok itu.
Sepertinya mereka memang perlu mencari tahu siapa pelakunya dan menyelesaikan masalah ini secepatnya.

****

Disisi lain, tepatnya di depan ruang BK, Renand berhasil membawa teman sekelasnya berkat bantuan Ica dan Naira. Cowok itu ditemani oleh para sohibnya juga, termasuk Ica, Pram, Naro, dan Naira. Mereka berkumpul dengan serius, siap untuk melaporkan masalah yang Sara dan anak-anak musik hadapi. Renand mengangguk meyakinkan teman-temannya, sebelum akhirnya mengetuk pintu ruang BK dengan penuh keyakinan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE AND WISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang