Renand menyalakan sepuntung rokok yang di belinya diam-diam. Kali ini dia berada di lantai paling atas sekolahnya. Ia menikmati kesendiriannya, sembari duduk mengemper di depan bekas ruang lab komputer yang jarang di datangi orang-orang. Satu-satunya tempat persembunyian paling tenang, dari kejaran gadis-gadis yang berhasil mengusik harinya.
Renand membuka sebuah novel bajakan yang dibelinya secara online, sembari menyesap asap nikotin dan menghembuskannya ke udara.
Baru seperempat jam untuk kegiatan istirahat panjang, yang membutuhkan satu jam penuh untuk ISOMA.
"Loe di sini, Bro!" Ucap Pram yang baru berhasil menemukan sohibnya itu.
"Ck. Ngapain ngikutin gua sih, loe... Si Naro mana?!" Renand berdecak, yang dihadiahi kekehan Pram lelaki setengah bule itu.
"Holaaa... Loe pasti nyariin gue... Emang kita tak terpisahkan, Ren... Loe aja yang suka denial untuk keberadaan kita..." Ujar Naro tertawa lepas, yang sudah pasti kembali diabaikan oleh Renand yang sudah kembali ke dunianya.
"Gila... Gue baru tau kenapa Renand segakmau itu berbagi tempat ini!" Ucap Naro, Pram yang sedang menikmati sekotak kopi instannya menoleh penasaran.
"Kenapa?" Tanya Pram kemudian.
"Spot paling estetik buat nyari cewek, Bro!" Ujar Naro, membuat kedua sohibnya itu mendongak memastikan.
Benar juga!
Renand terkesiap, menatap setiap sudut sekolahnya yang bisa dilihat sejauh mata memandang. Gerombolan para fans fanatiksnya bisa ia temukan di setiap sudut sekolahnya.
"Bener juga, Loe... Bisa ngintip my crush diam-diam nih!" Ucap Pram membenarkan.
"Emang siapa crush loe?" Kali ini Renand menanggapi. Kegiatan membacanya sudah terusik, jadi sekalian
"Masa loe nggak tau sih, Ren... Temen sekelas kita..." Jawab Naro. Renand mengernyit, ada dua puluh lima siswa di kelasnya. Namun, Pram tak pernah memberi tanda-tanda bahwa ia naksir salah satunya.
"Cowok apa cewek?!" Tanya Renand yang mendapat geplakan di mulutnya dari Pram.
"Ngaco loe! Ya cewek lah... Dipikir gue udah belok apa?!" Jawab Pram tak terima, Naro hanya terkekeh melihat perdebatan dua sohibnya.
"Temennya Sara... Naira." Ucap Pram yang hanya mendapat anggukan tak pasti dari Renand.
"Eh! Panjang umur tuh... Ngomongin si Sara, anaknya muncul..." Ucap Naro tampak berseri.
"Naksir loe?!" Kali ini suara Renand kembali menyahut.
"Ck. Gue yakin kalau ditanya cowok di sekolah kita satu-satu. Pasti lebih banyak yang naksir Sara dibanding Dena-ketua cheerleader kita." Jawab Naro tegas.
"Satu-satunya cewek paling keren di sekolah kita itu Sara. Dia paling anti drama, menurut gue dia juga cakep. Sayangnya ga ada yang berani deketin soalnya bar-bar." Ucap Pram.
"Ck. Padahal dirumah juga keganjenan sama si Bimoli..." Ujar Renand lirih, hanya terdengar seperti gumaman.
"Loe ngomong apa sih?!" Tanya Pram memastikan.
"Hah! Gue gak komen apa-apa kok!" Jawab Renand salah tingkah.
Kali ini ketiga sohib itu sedang memandang jauh ke arah gadis yang sedang menenteng gitar kesayangannya. Membelok melewati ruang perpustakaan.
Sara tampak berhenti, membuat ketiga lelaki yang sedang mengawasinya dari jauh ikut memusatkan atensinya.
Dena dan gengnya tampak sedang melabrak adek kelasnya. Namun, saat melihat kedatangan Sara dari jauh, mereka buru-buru membubarkan diri.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE AND WISH
Romans"Satu-satunya cewek paling keren di sekolah kita itu Sara. Dia paling anti drama, menurut gue dia juga cakep. Sayangnya ga ada yang berani deketin soalnya bar-bar." Ucap Pram. Renand terkesiap, baru menyadari gadis yang sudah lama menjadi tetanggan...