Part 19

1.6K 147 37
                                    

"Sara..." Panggil seseorang yang suaranya akhir-akhir ini memenuhi kehidupan gadis 17 tahun itu.

Sara yang sedang duduk santai di ruang TV berlari mengambil cardigan dan hijab instannya.

"Bentar..." Serunya sedikit panik. Lalu setelah berhasil memasangkan hijab instan di kepala. Gadis itu sedikit berlari ke arah pintu.

"Hai..." Sapa Sara menatap Renand yang sedang menenteng sesuatu yang tampak mengepul hangat.

"Habis lari-lari ya..." Tanya Renand khawatir menatap Sara yang tampak mengatur udara pernapasannya. Gadis itu hanya tersenyum manis ke arah Renand. Lalu tatapannya jatuh pada sesuatu yang di bawa Renand.

"Eh... Apa nih?!" Tanya Sara menatap ke arah tangan Renand yang menggantung di udara. Lalu dengan segera ia mengambil rantang yang tercium aroma dominan kencur yang menggoda perut laparnya.

"Em... Mama lagi uji coba resep seblak... Sorry kalau gak enak... Mama nyuruh loe nyobain..." Terang Renand sembari terkekeh menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ih!! Mauk... Tante Irna tau aja lagi pengen seblak..." Ujar Sara kegirangan yang tampak menggemaskan di mata Renand. Cowok itu bahkan terpaku sejenak menatap ke arah gadis di hadapannya.

"Bilangin makasih ke Tante Irna ya..." Ucap Sara yang tampak tak sabar ingin menikmati seblak ditangannya yang tampak menggoda. Dia bahkan sudah mengeluarkan rantangnya sembari duduk di terasnya.

"Siap... Selamat makan Sara..." Balas Renand dengan senyum termanisnya. Sebelum ia melambai pergi kembali ke rumahnya. Sara membalas dengan lambaian tangannya. Karena setelahnya ia tampak menikmati seblak yang mengepul hangat di hadapannya.

"Renand!!" Teriakan Mamanya terdengar tepat saat langkah cowok itu mencapai dapur rumahnya. Renand terkekeh menatap Mamanya yang sedang berkacak pinggang ke arahnya.

"Kamu apain dapur, Mama?! Kenapa bisa wajan, mangkuk, sama sampah-sampah gak jelas ini ada di sini! Mana berantakan kayak kapal pecah?!" Marah Mamanya sembari menunjuk ke arah ruang dapurnya yang tampak tak terselamatkan. Bahkan ada beberapa cangkang telur yang tampak berserakan di mana-mana.

"Ayo dong Ma... Jangan marah-marah ya... Renand ada ujian praktikum... Nanti kalau gak dikerjain anak Mama ini bisa di hukum... Emang Mama mau lihat Renand di hukum?! Gak kasian?"  Ujar Renand memelas kepada Mamanya.

"Ck. Ya udah... Buruan di beresin! Mama pulang dari pengajian udah bersih, bersinar..."

"Sunlight!!!" Sambung Renand terkekeh. Mamanya tidak jadi marah setelah mendengar lelucon Renand.

"Beneran harus bersih! Ga ada amis telur di dapur Mama..." Peringat Mamanya sekali lagi. Renand mengacungkan kedua jempolnya.

"Mama berangkat pengajian dulu..." Pamit Mamanya yang diangguki Renand.

Setelah tubuh Mamanya menghilang di balik pintu. Renand memulai memunguti sampah-sampah bekas eksperimen dadakannya itu.

Lalu ia mencuci beberapa perkakas di bawah kucuran air kran di wastafelnya. Sembari bersenandung lirih, ia mulai menyabuni perintilan bekas eksperimennya itu. Lalu ingatannya kembali ke waktu siang hari ini saat dirinya di sekolah.

"Mau langsung pulang, Sar?" Tanya Naira. Keduanya sedang membereskan alat-alat tulis lalu memasukkan ke dalam tasnya.

"Iya kayaknya... Soalnya gue free hari ini..." Jawab Sara sembari menggendong tas di punggungnya.

"Eh... Ica ngajakin jajan di warung depan sambil nunggu jemputan... Mau gak?" Tawar Naira. Sara tampak menimbang.

"Gue lagi pengen banget nyeblak... Tapi gue bareng Renand... Kayaknya lain kali deh... Kalau gue bawa motor sendiri..." Jawab Sara tampak sedih. Naira mengangguk mengerti. Namun Ica yang mencuri dengar percakapan mereka tetiba menimbrung.

LOVE AND WISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang