Part 18

1.6K 140 9
                                    

"Bang Bimo..." Sara melambai ke arah Bimo yang sedang mencuci motornya. Renand berdecak keras mencari atensi Sara. Bahkan dirinya tak disapa oleh gadis itu. Padahal ia sudah standbye di depan rumah Sara sejak sepuluh menit yang lalu.

Bimo tertawa melihat raut wajah kesal yang tergambar di wajah adiknya. Dia hanya ganti melambaikan tangannya menjawab sapaan Sara.

"Nih! Pakai sendiri apa mau dipakein?!" Ucap Renand setengah kesal menyodorkan helm ke arah Sara.

"Ih... Kenapa sih?! Orang nyapa tetangga juga..." Jawab Sara yang memang sedang menggoda Renand. Gadis itu memakai helmnya dengan tawa lirih. Sepertinya menggoda Renand akan menjadi kegiatan menyenangkan bagi Sara mulai hari ini.

"Sara berangkat dulu ya, Bang..." Pamit Sara ke arah Bimo diikuti decakan tak ramah dari Renand.

Bimo hanya mengangguk sembari mengacungkan jempolnya.

"Suka loe ama abang gue?!" Tanya Renand sarkas seolah haus validasi. Padahal jelas-jelas dia tau kalau Sara bahkan menangisi abangnya. Namun dia butuh jawaban Sara sekalipun akan menyakiti hatinya.

"Menurut loe?!" Jawab Sara santai. Setelah melewati malam panjangnya dengan menangis tempo hari. Sara menyadari bahwa perasaannya kepada Bimo tak lebih dari perasaan sesaat seorang adik kepada kakaknya.

Mungkin karena mereka terbiasa tumbuh bersama-sama. Sehingga ada sedikit rasa tak rela.

****

"Gak ke kantin?!" Pram bertanya ke arah Renand yang tampak sibuk merapikan alat tulisnya.

Beberapa menit yang lalu bel tanda istirahat berdentang. Naira dan Sara sudah lebih dulu mengabur ke kantin. Melupakan tiga serangkai yang sedang sibuk mencatat pelajaran di bukunya.

"Ntar gampang, gue lagi hemat..." Jawab Renand singkat.

"Komik lagi?" Renand hanya mengedikkan bahu enggan menjawab pertanyaan Naro. Dengan langkah lebarnya dia membelok ke arah kamar mandi terdekat.

"Ya udahlah... Kita tinggalin aja..." Ajak Pram kemudian.

Pram mendudukkan diri di samping Naira yang sedang menikmati mie ayamnya.

"Kayaknya enak tuh..." Ucap Pram menggoda Naira. Gadis cantik itu menoleh tersipu pada kedatangan Pram. Naro dan Sara mencebik di tempatnya.

"Pesenin kayak Naira dong Ro..." Pinta Pram tak tahu diri. Padahal jelas-jelas dia sedang tidak sibuk untuk sekadar berjalan ke arah stand penjual di kantinnya.

"Dih! Gue udah kek babu... Ini bentar lagi juga bakal jadi nyamuk para pasangan bucin..." Kesal Naro sembari beranjak dari tempat duduknya.

"Makanya jangan jombs!" Goda Pram.

Tepat saat Naro akan beranjak, Ica si ketua kelas tampak ribet dengan semangkuk bakso dan segelas es tehnya.

"Oh... Sini aja, Ca... Masih kosong..." Ucap Naro menawarkan. Lalu ketiga sahabatnya berdehem penuh arti. Naro hanya menggaruk tengkuknya salah tingkah.

"Emang boleh gue gabung sama kalian?" Tanya Ica canggung. Naira dan Sara yang sedang menikmati makannya hanya mengacungkan jempol tanda setuju.

Sedangkan Naro sudah sibuk membantu gadis ketua kelas itu menaruh mangkok dan gelasnya di meja.

"Udah sini aja... Bentar ya, gue harus pesenin makan si kunyuk ini..." Pamit Naro sebelum mengabur ke arah lain.

LOVE AND WISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang