Possessive Boss - 10

598 50 0
                                    

Ricky memegang kedua lenganku. Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Oh, My God! Apakah dia mau nyium aku? Oh, No! aku nggak sudih berciuman dengan Ricky tanpa status hubungan apa pun. Please deh, ogah! Aku bukan wanita murahan Ricky. Tapi, aroma pria ini membuat aku suka berada dekat dengannya. Aroma Aftershave eksklusif. Apa dia habis mencukur jenglot? Wkwkwk.

"Dhea bilang apa aja ke kamu?" tanyanya dengan wajah serius.

Tiba-tiba otakku ngehang. Memangnya Dhea ngomong apa ya? Aku mencoba mengingat-ngingat apa yang Dhea katakan. Sepertinya aku pernah amnesia deh. Soalnya ingetan aku cetek banget.

"Jangan ngira apa yang Pak Ricky lakuin ke kamu itu tandanya dia naksir sama kamu ya." Dhea berkata dengan nada sinis.

"Hahaha." Aku terbahak mendengar perkataannya hingga reaksi Dhea menjadi tersinggung.

"Ya jelas. Nggak! Pak Ricky mana naksir sama karyawannya yang suka kurang ajar sama dia. Ya, aku tahu kamu naksir sama Pak Ricky. Saran saya coba deh omongin kalau kamu beneran naksir sama Pak Ricky kali aja kalian punya perasaan yang sama."

"Kamu nggak kenal siapa saya yang sebenarnya." Kata Dhea seolah-olah dia adalah orang penting di dunia ini.

"Oh iya, saya inget, Pak, Dhea ngomong apa?"

"Apa?"

Aku menceritakan secara detail apa yang Dhea katakan termasuk saat dia tiba-tiba nongol di pantry.

"Memangnya kenapa, Pak? Dhea udah ngomong kalau dia naksir Pak Ricky, ya?

Ricky terdiam sesaat. Dia melepaskan tangannya dari lenganku. Aku menyesap kopi untuk kesekian kalinya sambil mantengin ekspresinya yang jarang banget deh liat muka Pak Ricky kaya gitu.

"Jadi, gimana?" Tanyaku lagi.

"Apanya?" Ricky balik nanya.

"Ya, Pak Ricky sama Dhea udah jadian belom?"

"Stop bahas Dhea, oke? Aku sama Dhea nggak punya hubungan apa pun." Lalu dia pergi begitu aja.

"Terus kenapa dia tahu kalau Dhea ngomong sesuatu ke aku ya. Aneh bin ajaib." Aku geleng-geleng kepala.

Kenangan tentang Kevin tiba-tiba muncul di otakku. Oh, Nggak! Beda agama nggak bisa bersatu. Aku nggak mau kembali sama Kevin. Aku cuma mau kembali bekerja dan melumpuhkan ingatanku soal Kevin.

***

Aku hendak masuk ke ruangan Ricky meminta tandatangannya dan tanpa sengaja melihat Mitha yang keluar dari ruangan Ricky dengan wajah asem. Sumpah ya, Mitha ini mukanya selalu asem. Kebanyakan makan jeruk nipis kali ya.

"Napa lo liat-liat." Katanya dengan muka asem plus galak.

"Gue punya mata, Mith. Lo sendiri liatin gue mulu."

"Huh!" Mitha berlalu pergi.

"Idih!"

Mitha emang sengeselin itu, tapi mendinganlah daripada tatapan Dhea yang kalem tapi mematikan.

"Halo, Pak." Aku membuka pintu dengan ekspresi riang gembira.

Sayang, Ricky hanya menggeleng lelah. Apa dia lelah melihatku? Atau dia lelah dengan Dhea? Atau lelah dengan kami berdua.

"Pak Ricky, saya mau cuti boleh kan? Dua hari aja, Pak." Sembari meletakkan berkas sesopan dan selembut mungkin di meja Ricky.

"Nggak boleh. Sekarang lagi banyak kerjaan." Sembur Ricky.

Aku menyentuh dahiku. "Kerjaan terus. Capek tahu, Pak. Pengen liburan dua hari aja."

"Cowok di tempat camping tadi siapa?"

Aku menggaruk dahi. "Dia itu..."

Ricky menatapku dengan sebelah alis terangkat tinggi.

"Mantan."

"Oh." Hanya kata 'oh' yang keluar dari kedua daun bibirnya.

"Iya, Pak. Mantan beda agama. Tahu sendiri kan nikah beda agama di Indonesia itu nggak boleh."

"Bisa nikah di luar negeri." Celetuknya tanpa menatap wajahku.

"Udahlah, Pak, nggak usah dibahas lagi. Bahas soal cuti aja."

"Kan tadi udah dibahas soal cuti. Kamu nggak bisa cuti banyak kerjaan tahu!"

"Pak Ricky takut kangen saya ya kalau saya cuti."

Ricky menatapku tajam seolah siap untuk melakukan tindakan kriminal kalau aku mengatakan kalimat tadi lagi.

***

Possesive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang