Possessive Boss - 30

383 40 0
                                    

"Gila, lo, Dav. Nggak nyangka gue lo bakal sekeren itu!" Seru Shopia sebelum menggigit dua kentang goreng karena lapar menonton drama queen ini.

"Ya, gimana kalau Dhea nggak diladenin dia bakalan makin percaya diri." Kataku menyeruput coca cola. Menghadapi Dhea menguras banyak energi aku butuh minuman bersoda ini.

"Tapi, emang seriusan Pak Ricky bilang sayang banget sama lo sambil nyium-nyium..." Karina menggantungkan kalimatnya.

"Itu gue ngarang." Kataku jujur.

"Hahaha. Hebat lo, Dav, makin gila aja." Shopia cekikikan.

"Gue lagi marah sama Ricky." Aku menatap Shopia dan Davina bergantian.

"Kenapa?" Tanya Shopia.

"Gara-gara Dhea itu ya?" Karina menerka.

"Iya. Pokoknya aku kesel dan marah." Kataku dengan wajah yang mengekspresikan kekesalan dan kemarahanku.

Karina dan Shopia saling menatap beberapa saat sebelum mereka cengar-cengir nggak jelas.

"Cieee, yang cemburu." Shopia menunjukku.

"Itu tandanya lo cemburu, Dav." Kata Karina.

"Cemburu?"

"Iya, lo udah suka sama Pak Ricky namanya. Hahaha."

"Ya, gimana nggak suka, Kar, kan Davina udah dieksplore sama Pak Ricky tuh." Shopia terbahak. Lupa kalau masih ada kentang di mulutnya dan kentangnya nyembur ke meja.

***

Aku terus memikirkan perkataan Karina dan Shopia. Apa iya aku cemburu? Kalau bukan cemburu kenapa aku kesel dan marah sama Ricky dan sama Dhea juga. Pokoknya aku kesel dan marah sama dua orang itu. Aku terus memikirkannya sampai lupa kalau malam ini Elsa nggak ada di rumah.

"Elsa di mana ya?" Aku mencari Elsa ke seluruh ruangan sambil memanggil-manggil namanya.

"Elsa, udah malem. Tidur yuk!"

Ricky yang sedang menonton bola menatapku heran. "Elsa kan nginep di rumah neneknya." Katanya.

Wajahku memerah karena malu. Astaga, aku lupa! Gara-gara mikirin omongan Karina dan Shopia. Bisa-bisanya aku lupa kalau Elsa malam ini tidur di rumah neneknya.

Aku nggak menyahut ucapan Ricky dan memilih nyelonong kembali ke kamar. Tapi, Ricky mencegahku. Dia menarik tanganku.

"Ih, apaan sih?!" kataku dengan wajah galak.

"Kamu mau sampai kapan giniin saya?"

"Giniin gimana?"

"Nyuekin saya."

"Saya cuma males aja urusan sama orang yang udah ciuman sama Dhea."

"Dhea lagi, Dhea lagi! Udah saya bilang saya sama Dhea nggak punya hubungan apa-apa. Soal ciuman itu astaga kan udah saya jelasin, Dav."

"Saya nggak peduli!"

"Dav, kamu cemburu?"

Pertanyaan Ricky membuatku terdiam sesaat. Mataku melebar kemudian mengerjap-ngerjap.

"Siapa yang cemburu?" semburku.

"Terus kenapa sikap kamu kaya begini?"

"Saya kesel aja."

"Kesel karena cemburu?"

"Nggak!" Aku mencoba melepaskan tangan Ricky dari tanganku. Tapi, dia enggan melepaskan tanganku. Dia mencengkeramnya erat.

"Lepasin!" kataku dengan raut wajah galak. Tapi, Ricky hanya menatapku.

"Pak Ricky, lepasin." Kataku lagi sembari memberontak mencoba melepaskan tanganku dari tangan Pak Ricky.

"Kamu tadi nemuin Dhea ya?"

Hah? Dari mana dia tahu? Shopia dan Karina yang ngasih tahu?

"Tahu dari mana?"

"Kamu nggak perlu tahu aku tahu darimana." Ricky menatapku dengan tatapan misterius.

Aku jadi penasaran siapa yang ngasih tahu dia. Apa Dhea sendiri yang ngasih tahu Ricky?

"Dhea ngajakin aku ketemu."

"Bukan kamu yang ngajakin dia ketemu?"

"Hah? Ngapain?"

"Barangkali mau ngelabrak Dhea."

"Hah?"

"Dav..." Ricky menatapku dengan tatapan lembut.

"Apa?"

Mata kami saling menatap satu sama lain. Wajahnya mendekati wajahku. Dan bibirnya... nyaris saja menyentuh bibirku kalau aku nggak mundur.

"Aku nggak mau!"

Ricky mendelik tajam. Dia tampak kesal dengan sikap kekanak-kanakanku.

***

Possesive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang