Erick mencumbu leher Davina namun suara Elsa membuat kedua orang itu terkejut.
"Mommy!"
Mereka menatap Elsa dan neneknya yang menatap sembari menggelengkan kepala.
Davina menggigit bibir dalam bagian bawah. Kalau Elsa tanya apa yang dilakukan Erick padanya terus apa jawaban Davina nanti.
***
"Sebelum mau ngapa-ngapain liat dulu sekeliling." Kata nenek Elsa sebelum meninggalkan rumah saat Elsa udah berada di dalam kamarnya.
"Iya, Mah." Kata Erick yang bersikap santai.
Aku sendiri nggak bisa santai. Bagaimana bisa santai tadi Erick kaya lagi kerasukan setan apa gitu. Seperti napsu banget sama aku? Atau hanya perasaanku aja. Sikap Erick ini emang aneh banget makin ke sini malah makin ke sana.
Ketemuan sama Dhea aku dicuekin. Di rumah aku diapa-apain. Apa otaknya lagi korslet apa bagaimana sih. Aku jadi bingung sendiri. Ya Tuhan, bantu aku mengatasi situasi ini. Bantu aku. Beri aku petunjuk aku harus menghindari Erick atau pasrah aja. Tapi, kalau semisal dia maksa terus mungkin lebih baik aku pasrah aja.
Ya ampun! Sejak kapan aku jadi orang yang putus asa begini. Jangan karena Erick itu membuat kupu-kupu di perutku beterbangan aku jadi pasrah aja diapa-apain sama dia. Ingat, dia nyuekin aku pas ada Dhea. Ini namanya bendera merah. Aku harus hati-hati sama Erick.
Aku lebih memilih tidur bersama Elsa. Tapi selang beberapa saat setelah nenek Elsa pergi bel rumah berbunyi. Aku membuka pintu dan melihat kedua temanku yang somplak itu muncul.
"Eiii! Lo!" Shopia menunjuk ke arahku dengan sempoyongan.
"Dia mabuk?"
"Iya. Gue bingung mau taro dia di mana. Nitip dia dulu boleh kan, Dav. Gue juga di sini kok. Kita tidur di ruang pembantu nggak papa. Serius."
"Nggak bisa. Emang ini tempat penampungan orang-orang mabok sembarangan." Erick bersuara.
"Pak Erick, pelase. Bantu saya kali ini aja. Saya nggak mungkin bawa dia ke rumah nanti saya disemprot nenek, kakek dan orang tua saya." Karina memohon dengan wajah memelas. Tapi, aku rasa Erick tetep bakal nolak. Tapi, sebagai teman yang baik aku akan menampung mereka.
"Nggak bisa!"
"Masuk aja."
Erick mendelik tajam ke arahku.
"Apa?" Tanyaku dengan tatapan menantang.
"Ini rumah siapa?" Tanya Erick.
"Kamu."
"Terus kenapa kamu seenaknya ngasih ijin mereka masuk."
"Lupa ya, aku ini istri kamu, Rick."
***
Aku memasak nasi goreng dan telor ceplok untuk Karina yang kelihatannya sangat lapar. Kasian banget tuh orang ke party bukannya seneng-seneng malah harus ngurusin bocil Shopia.
"Aduh, ini nasi goreng paling enak sedunia." Puji Karina yang kelaperan.
"Emang masakan aku itu luarrr biasa." Aku tersenyum pada Karina.
Aku heran kenapa Erick malah duduk bersama kami di meja makan. Dia menatapku, Karina dan Shopia secara bergantian.
"Tempat party-nya deket dari sini, jadi gua ke sini, Dav."
"Ya, nggak papa. Lagian Shopia nggak kuat minum diajak party terus ya tanggung sendiri resikonya."
"Gue kuat!" Shopia bertopang dagu. "Cuma gue lemah. Hehehe." Tawa Shopia seperti suara kambing.
"Eh, tadi di party aku lihat Dhea." Karina berkata dengan hati-hati karena ada Erick.
"Terus?"
"Dia kayanya seneng banget di party. Uh, serasa yang punya acara deh."
Aku melirik Erick diam-diam.
"Kenapa liat ke aku?" tanya Erick sinis.
"Itu, Dhea."
"Urusannya?"
"Bukannya kalau ada Dhea kamu malah nyuruh aku nunggu di luar. Kaya kemarin."
"Masih aja dibahas. Oke, aku beritahu yang sebenarnya." Erick menghembuskan napas perlahan. "Dhea sedang mempengaruhi para investor untuk menarik modal dari perusahaanku."
Kedua daun bibirku terbuka.
"Dia ingin semua investor menarik modalnya."
"Emang Dhea sepowerfull itu ya bisa nyuruh investor besar buat narik modalnya?" tanyaku.
"Ya, dia punya kekuatan buat lakuin itu." Wajah Erick tampak sendu.
"Terus gimana, Pak?" Tanya Karina khawatir.
"Dia pengen aku ceraikan Diva."
"Hah?" Karina dan Shopia mengatakan 'hah' secara bersamaan.
***
Vote dan komentarnya aku tunggu ya ^^
Maaf slow update untuk cerita Possessive Boss
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Boss
RomanceAdult Romance 21+ !!!Kayaknya semua yang aku lakuin itu salah deh di mata si Ricky ini. Semuanya serba salah. Kalau aja aku ini keturunan penyihir udah aku kutuk deh nih orang. Udah songong, sombong, banyak tingkah. Sok ganteng dan sok apa lagi ya...