Possessive Boss - 7

646 57 1
                                    


"Eh, mau ke mana?" Ricky menarik bagian atas sweaterku saat aku dan Shopia berniat mendekati pria yang melambaikan tangannya padaku itu.

"Pak, tolong jangan dicangking begitu dong!" Aku seperti anak kecil yang nakal kalau Ricky menarik bagian atas belakang sweaterku. Apakah aku ini seperti anak kecil yang nakal di matanya?

"Kamu mau ke mana?"

Padahal yang mau pergi aku dan Shopia tapi Ricky hanya menatap dan bertanya padaku aja.

"Itu cowok yang di sana kenal Davina, Pak." Kata Shopia memberitahu.

"Emang kamu kenal?"

Aku menggeleng. "Mukanya nggak asing, Pak, makanya saya mau ke sana. Mau nanya ke dia kok kenal saya gitu loh."

"Kalau nggak kenal nggak usah. Kita rapat malam ini." Katanya sembari melepas tangannya dari belakang sweaterku.

"Pak, saya penasaran sama dia kok tahu gitu nama saya." Aku keukeuh ingin menemui cowok itu. Aku menatap sekilas dan dia tersenyum ke aku. Ke aku kan bukan ke Shopia karena Shopia juga senyum ke cowok yang di sana.

"Lagian sebenarnya Shopia yang ngajakin saya ke sana, Pak." Aku mulai membela diri melihat tatapan Ricky mulai menajam seolah-olah aku telah melanggar peraturan perusahaan.

Ricky menoleh pada Shopia.

"Nggak, Pak, enak aja! Kamu loh, Dav, yang ngajakin kita ke sana." Shopia memutar balikan fakta! Emang kurang ajar nih, Shopia. Perlu disiram pake air got ini mah!

"Lo!" Aku menunjuk dahinya.

Ayo, cepet, kita rapat. Nggak ada waktu buat cowok-cowokan." Ricky mendorongku mendekati tenda.

Aku menoleh pada pria tadi. Dia tersenyum lagi. Senyum lembut. Lalu beberapa detik kemudian...

Astaga! Aku baru inget siapa dia. Oh my God! Bagaimana aku bisa lupa dengan mantanku itu. Apa aku pernah mengalami amnesia ringan sampai lupa sama pria yang pernah mengisi hatiku itu.

***

"Gue pikir kita nggak akan bahas soal kerjaan di sini." Gerutu Karina.

"Iya. Bete nggak sih, Kar?" Tanya Shopia yang sesekali masih melirik cowok yang di sana.

Aku enggan menatap mantanku itu. Nggak mau! Karena aku udah tutup buku sama dia. Kita beda agama! Nggak akan pernah bersatu selama keyakinan kita berbeda. Karena kalau sampai aku menikah dengan orang yang beda agama, bisa-bisa aku dicoret dari kartu keluarga orang tuaku di kampung.

"Eh, lo liat nggak sih tatapan Dhea kok ke kita terus ya."

Aku melirik ke arah Dhea setelah mendengar kalimat yang dilontarkan Karina. Dan ya, tatapan Dhea tertuju kepadaku bukan ke 'kita' yang dimaksud Karina.

"Dhea liatin gue ya?" Kataku dengan nada suara rendah.

Kami bertiga jelas nggak mendengarkan apa yang Ricky katakan. Aku nggak peduli sama ucapan Ricky.

"Dhea itu liatin gue, Dav. Kamu kan tahu aku tuh supermodelnya kantor. Dia jelas iri sama aku." Kata Shopia penuh percaya diri.

Karina geleng-geleng kepala.

"Anak baru itu lama-lama songong ya. Liat aja, dia liatin gue kaya gue punya salah sama dia."

"Shop, dia nggak liatin lo! Dia liatin Davina." Sadar woi!" Karina mencubit lengan Shopia.

"Awww!" Shopia menjerit kesakitan hingga dia menjadi pusat perhatian.

"Sakit, Kar." Katanya dengan mimik wajah kesakitan.

"Maaf, Pak, tadi ada nyamuk gede banget di tangan Shopia." Dusta Karina melihat mata Ricky yang ngeri menatapnya.

Elsa yang tadinya berada di pangkuan Ricky berjalan mendekatiku dan duduk di pangkuanku. Aku agak syok melihatnya duduk dengan nyaman di pangkuanku tanpa permisi terlebih dahulu. Apa dia bener-bener nganggep aku 'mommy'nya?

Dhea menatapku dengan tatapan yang sulit aku jelaskan.

"Elsa, ini mommy-mu." Kata Shopia sembari menempelkan sebelah tangannya di dada.

Elsa menggeleng. "Tante cantik, tapi aku nggak bisa jadi anak Tante. Aku anak mommy Davina."

Aku tersenyum mendengar perkataan gadis cilik yang masih berusia tujuh tahun ini. Dia menganggap aku sebagai ibunya. Aku senang, tapi juga bimbang. Saat mataku nggak sengaja mengarah ke wajah Ricky, aku menangkap senyumannya. Lalu secepat kilat dia kembali memasang wajah dinginnya saat tahu aku menatapnya.

***

Possesive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang