Aku meraut pensil baru dengan pikiran masih tertuju ke ciuman manis Pak Ricky. Ada aroma manis wine di sana. Rasanya, aku nggak mau ketemu Pak Ricky dulu deh. Tapi, di satu sisi aku seneng juga sih bisa ciuman sama Pak Ricky yang disukai para wanita baik di kantor maupun luar kantor.
Oke, aku melihat Dhea di pintu ruangan. Dia berdiri sambil menatapku. Kebiasaannya adalah menatap aku dengan tatapan sengit. Emang susah kalau disukai sama orang yang bisanya iri aja.
Dhea mulai berjalan mendekatiku. "Aku mau ngomong sama kamu." Dhea berkata dengan nada dingin. Kita ketemu di pantry.
"Ngomong mah, ngomong aja. Di sini juga nggak papa."
"Iya, ih, ngapain sih ke pantry. Mau ngopi-ngopi?" Celetuk Shopia sebelum melempar berkas-berkas dengan kasar ke mejaku.
"Nggak usah dilempar sekasar itu kali, Shop!" Semburku.
Lalu dia cekikikan kaya orang gila.
"Ceileeeh! Yang semalem diapelin Pak Ricky." Karina muncul dengan muka senyam-senyum nggak keruan.
"Gue rela deh kalau Pak Ricky naksir lo." Tambah Shopia yang makin membuat muka Dhea memerah.
"Aku tunggu di pantry." Dhea berlalu pergi.
Shopia dan Karina memperhatikan Dhea sampai punggung Dhea lenyap dari pandangan mata mereka.
"Kenapa sih tuh bocah? Sama senior nggak ada sopan-sopannya." Karina tampak kesal dengan sikap Dhea.
Aku juga sebenarnya muak sama Dhea, tapi nyatanya Dhea adalah mantan calon istri Ricky. Dan dia adalah anak dari rekan bisnis ayah Ricky. Aku berbisik ke Karina dan Shopia secara bergantian. Mata mereka terbelalak kaget.
"Lo nggak bercanda kan, Dav?" Tanya Shopia sok.
"Nggak. Gue serius. Semalem Pak Ricky sendiri yang ngasih tahu." Mungkin mereka akan tambah kaget lagi kalau gue cerita soal proposal pernikahan yang ditawarkan Ricky.
"Yaudah kalian lanjutin aja kagetnya, gue mau nemuin Dhea dulu."
"Lo nggak takut nemuin dia sendirian. Lo nggak liat mukanya udah sangar gitu? Tahu nggak, mukanya udah kaya makan seblak level 10!" Shopia mengangkat kedua tangannya.
"Apaan sih lo, Shop, lebay banget. Haha." Aku meninggalkan mereka berdua menyusul Dhea ke pantry.
***
Aku melihat Dhea mengaduk kopi di cangkir. Dia menatap pantulan wajahku di balik cermin.
"Sejauh mana hubungan kamu dan Ricky?"
"Nggak tahu." Jawabku singkat. Aku melipat kedua tanganku di atas perut.
"Apa benar semalam dia ke ngapelin kamu?"
"Saya nggak mau jawab pertanyaan yang nggak penting buat saya jawab. Langsung aja deh, ada perlu apa nyuruh saya ke pantry segala." Aku mengomel kesal karena Dhea mengganggu aku yang sedang melakukan hobi baru yaitu meraut pensil.
"Saya calon istri Ricky. Orang tua Ricky tahu kalau saya calon istrinya. Jadi, jangan ngarep kamu bisa sama Ricky. Kamu dan Ricky itu berbeda."
Berbeda? Maksud dari kata berbeda itu memangnya aku bukan sejenis manusia seperti Ricky. Maksud dia aku ghaib begitu?
"Calon istri? Terus ngapain kamu kerja di sini? Buang-buang waktu aja calon istri CEO malah kerja di perusahaan calon suminya. Ckckck!" Orang kaya Dhea mesti dilawan. Aku nggak takut. Backingan aku kan Ricky.
"Itu bukan urusan kamu. Yang jelas kamu dan Ricky itu nggak setara. Kamu harus sadar diri!" Dia mulai emosi.
"Terus kalau Pak Ricky yang ngejar-ngejar saya gimana? Harus saya tolak begitu?"
"Ya! Karena Ricky itu milik saya."
Kepalaku mulai pusing. Masa aku harus bertengkar sama Dhea karena Ricky. Bener-bener nggak ada kelasnya. Kan harusnya cowok yang berantem rebutin cewek.
"Ya ngomong sama Pak Ricky sana jangan ngejar-ngejar Davina gitu."
"Dav, ada yang nyariin lo." Suara Shopia mengejutkanku,
"Siapa?"
"Yang mana yang namanya Davina?" Tanya seorang wanita cantik dengan rambut panjang hitam berponi.
"Itu, sebelah kiri." Shopia menunjuk ke arahku.
Raut wajah kecewa wanita cantik itu tampak jelas setelah tahu kalau aku adalah Davina. Kaya buka paket tapi paketnya yang datang nggak sesuai dengan ekspektasi dia.
"Siapa ya?" tanyaku.
"Hai." Dia tersenyum paksa. "Aku Lidya."
Jreng... jreng... jreng..
Lidya mantannya Ricky?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Boss
RomanceAdult Romance 21+ !!!Kayaknya semua yang aku lakuin itu salah deh di mata si Ricky ini. Semuanya serba salah. Kalau aja aku ini keturunan penyihir udah aku kutuk deh nih orang. Udah songong, sombong, banyak tingkah. Sok ganteng dan sok apa lagi ya...