"Ini demi perusahaan, Rick." Kataku. Sungguh, aku nggak papa kok. Nggak ada masalah buatku kalau memang aku dan Ricky mesti berpisah. Lagian, aku juga tahu diri. Aku nggak bisa bersaing dengan Dhea kalau soal harta. Siapalah aku ini.
"Nyerah semudah itu?" Mata Shopia membelalak ngeri. "Punya otak dipake dong!" Dia menunjuk pelipisnya dengan jari telunjuk.
"Apa nggak ada cara lain ya, Pak?" Karina bertanya serius. Aku tahu dia nggak akan rela kalau sampai aku berpisah dengan Ricky.
"Bisa, pake modal sendiri. Tapi, dalam bisnis ini modal sendiri itu jujur nggak gampang. Karena untuk pengembangan perusahaan ini pun hutangnya banyak banget. Saya butuh investor."
Hening.
"Oh iya, besok malem nanti kita ada acara makan malam bersama keluarga Pak Haruun."
Dahiku mengernyit. "Siapa itu Pak Haruun?"
"Dia itu orang super kaya, Div. kamu nggak tahu Pak Haruun? Salah satu pemilik bank swasta terbesar di Indonesia Rayah!" Shopia cerita dengan mata membelalak dan tangan yang bergerak-gerak khas orang mabuk atau lebih tepatnya lebih mirip orang gila.
"Emang iya?" Aku melirik Ricky.
Ricky mengangguk.
"Kalau aku bisa menarik dia sebagai investor di perusahaan kita, aku nggak butuh investor lain."
"Dia konglomerat?" tanyaku hati-hati sambil membayangkan berapa banyak uang yang dimiliki Pak Haruun itu.
Ricky kembali mengangguk.
"Wow!"
"Pak Haruun itu punya anak namanya Dewa. Dulu, dia punya anak cewek, tapi anak cewek itu diambil sama babysitter-nya dan sampai sekarang nggak ada kabar." Kali ini Karina yang cerita.
"Ya Tuhan, kasian banget." Kataku haru.
"Jangan-jangan gue anak Pak Haruun yang hilang itu lagi secara kan gue nggak disayang keluarga." Shopia mewek. Sumpah mukanya jelek banget udah lagi mabok mewek lagi. Ckckck!
"Jangan nangis, Shop. Lo jelek banget asli kalau lagi nangis gitu." Protesku yang merasa terganggu dengan wajah jelek Shopia.
"Serius lo, Div? emang gue sejelek itu?" Dia bertanya dengan muka meweknya.
"Sumpah demi Tuhan jelek banget."
"Kurang ajar lo, Div!"
"Hahaha." Karina tertawa renyah.
Aku melirik Ricky yang tersenyum namun, senyumnya lenyap saat dia tahu aku melihatnya.
***
Ricky kembali menenggak wine. Aku mendekatinya. Dia menatapku dan tersenyum kecil. Ya Tuhan, Ricky manis banget. Jarang-jarang dia keliatan manis.
"Aku pikir kamu tidur sama mereka."
"Tidur sama orang mabok? Ogah!"
"Waktu aku mabok kamu tidur sama aku kan."
"Eummm, itu khilaf."
"Khilaf tapi suka begitu?"
"Ih, aku nggak bilang suka."
"Jadi kamu nggak suka?"
Aku memilih nggak berkomentar daripada nanti obrolannya ngawur.
Coba aku ingin mengingat saat-saat yang mendebarkan bersama Ricky.
"Eummm..." aku bergumam-gumam tidak jelas.
Ricky melepaskan bibirnya dari bibirku. Kami saling menatap beberapa saat.
Lalu tatapan matanya turun dari mata ke bibir dan ke bagian dada. Astaga! Ricky mungkin akan kelepasan malam ini. Apalagi dia menatap dadaku tanpa berkedip. Ini belum dibuka loh.
"Arrgghhh..."
Ricky mendongak menatapku heran. "Kamu kenapa?"
Aku menggeleng mencoba mengenyahkan bayangan itu sebelum semuanya tergambar di otakku ini. Malem-malem begini aku nggak mau mikir mesum.
"Kalau ini menyangkut perusahaan bagaimana kalau kita udahin aja sandiwara ini." Aku berkata serius pada Ricky.
"Kamu ngomong gampang banget. Emang kamu rela kalau kita pisah terus aku dituntut nikah sama Dhea?"
"Terus gimana? Kita nggak punya pilihan lain. Daripada temen-temen aku semuanya jadi pengangguran. Jangan egois, Rick. Pikirkan mereka semua."
Ricky hanya menatapku tanpa berkomentar apa-apa.
"Kita urus aja surat-surat perceraiannya."
"Divaa!" dia memanggil namaku dengan nada tinggi.
Matanya terlihat seperti marah. Aku nggak pernah melihat Ricky semarah ini. Semenyebalkan apa pun aku demi Tuhan aku nggak pernah melihatnya semarah ini padaku. Marahnya yang ini sangat berbeda dari kemarahannya yang dulu seolah menandakan kalau dia nggak mau bercerai dariku.
***
Maaf baru update nih.
Untuk bab 23 versi full ada di Karyakarsa ya. Akun @Sabrinawd
Link : https://karyakarsa.com/Sabwd/possessif-bo
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Boss
RomanceAdult Romance 21+ !!!Kayaknya semua yang aku lakuin itu salah deh di mata si Ricky ini. Semuanya serba salah. Kalau aja aku ini keturunan penyihir udah aku kutuk deh nih orang. Udah songong, sombong, banyak tingkah. Sok ganteng dan sok apa lagi ya...