INTRODUCE

4K 81 4
                                    

Reuni yang terjadi beberapa waktu lalu membuat Resyakila Rumi Anindita bertemu kembali dengan crush-nya saat dirinya masih mengenakan seragam abu-abu sepuluh tahun lalu. Crush-nya itu salah satu kakak kelasnya yang merupakan bintang lapangan lantaran dirinya merupakan kapten dari club basket sekolahnya. Namun karena suatu hal yang menjadi penghalang, Anindita tak berani mengungkapkan perasaannya itu. Apalagi jiwa introvert yang dulu ia miliki membuatnya tak memiliki nyali untuk sekadar dekat dengan crush-nya itu.

"Are you being serious right now?" Anindita menggangguk yakin dengan pernyataannya barusan kepada pria di depannya itu. "Sure. Gue ngga pernah seyakin ini sebelumnya," Jawab wanita itu meyakinkan kembali pria yang kini tengah duduk di sebrang meja.

"Kenapa gue?"

"Ck." Anindita mencebik dan memutar bola matanya malas. Wanita berambut pendek sebahu itu kesal karena pria di depannya itu tak kunjung mengiyakan pernyataan yang ia berikan. "Ternyata susah banget ya ngajak pacaran lo," Celetuk Anindita sambil mendesah berat.

"Gue tanya sekali lagi, Resyakila Rumi Anindita. Kenapa gue?" Dengan suara tegas penuh intimidasi sang pria barusan, nyali Anandita tiba menciut lantaran ini pertama kali keduanya berbicara serius dengan tatapan sang pria yang lekat menusuk kedua netranya.

"Jawab, Dita. Kalo lo ngga mau jawab, gue ngga mau nerima permintaan gila lo itu." Ancam sang pria ketika Anandita tak kunjung membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan yang sama dari dirinya.

"Eeeh tunggu dulu. Gitu aja ngambek lo. Ngga asik banget jadi orang." Tahan Anindita.

"Gue ngga ngambek. Gue cuma pengen denger alasan lo. Kenapa lo bisa berpikiran segila ini sih, Ta?" Bukannya menjawab, Anindita malah tersenyum mengingat cara pria itu memanggilnya. Di saat orang lain memanggilnya dengan sebutan Rumi, pria di depannya itu malah memanggilnya dengan sebutan Anindita. Menurut wanita itu, panggilan Anindita terdengar sangat lembut ketika bibir pria itu mengucapkanya.

"Ta?" Panggilan dari pria itu membuat lamunan Anindita buyar. "Kenapa ngelamun? Jadi jawab ngga? Kalo lo ngga mau jawab, gue pergi sekarang. Gue masih ada urusan."

"Iya, iya gue jawab. Buru-buru amat sih,"

"Yaudah buruan. Gue bukan lo, yang punya pekerjaan yang bebas dan santai kaya lo," Jawab sang pria dengan cepat sembari menyandarkan punggungnya di kursi lalu menyedekapkan kedua tangannya di depan dada.

Anindita menghembuskan napasnya pelan lalu memberanikan untuk menatap mata elang pria di depannya. "Lo tipe gue" Jawaban singkat Anindita barusan membuat pria di depannya mengernyitkan dahinya seolah tak puas dengan jawaban yang baru saja dilontarkan wanita itu.

"Ck." Anindita lagi-lagi mencebikkan bibirnya merasa kesal karena pria di depannya itu sangat-sangat tidak peka dengan apa yang dia ucapkan. "Lo tipe cowok idaman gue, Nathaniel Elang Daneswara." Ulang Anindita sembari mengucapkan nama lengkap sang pria. "Makanya gue pengen lo jadi cowok gue," Tambah Anindita.

Masih belum puas dengan alasan Anindita, kini pria itu merubah posisinya dengan memajukan badannya sambil menuruh kedua sikunya di atas meja sebagai tumpuan. Dan hal itu membuat wanita di depannya itu reflek memundurkan tubuhnya karena hal itu membuat jarak keduanya semakin dekat.

"Ta, lo ngga lagi sakit kan?" Tanya Nathan sambil mendaratkan punggung tangannya ke dahi sang wanita dan hal itu sontak di hempas oleh Anindita. "Apaan sih lo. Gue ngga gila ya, gue masih waras tau ngga," Elak Anindita sambil mengerucutkan bibirnya membuat Nathan gemas melihatnya.

"Ayolah Nathan, please... mau ya, jadi cowok gue?" Rengek Anindita sambil menarik ujung lengan sweater yang Nathan kenakan.

Nathan menghembuskan napasnya pelan sembari mengembalikan posisinya ke semula. "Gue masih belum ngerti. Alasan lo ngga masuk akal, Ta" Nathan mengamati Anindita sambil memiringkan kepalanya menantikan alasan Anindita dan mengharapkan alasan yang bisa diterima olehnya.

Date With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang