DATE WITH BENEFIT - PART 16

622 19 3
                                    


Jangan lupa follow & vote sebelum baca. Happy reading guys!

"Pagi," sapa Anindita.

Kedua tangannya memeluk Nathan dari belakang hingga membuat pria yang tengah berkutat di depan kompor itu terkesiap.

"Kenapa udah bangun?" tanya Nathan

"Keganggu sama bau masakan lo, saking keganggunya gue sampe ngiler pas tidur," candanya membuat Nathan terkekeh pelan.

"Itu mah lo aja yang tidurnya ngiler."

"Enggak kok, biasanya gue tidur kaya princess. Mana ada ngiler," elak Anindita.

"Oh ya?" Alis Nathan terangkat ketika mendengar pembelaan Anindita itu. "Tapi tadi malem aja lo ngiler tuh, pas tidur, padahal gue ngga masak."

Ekspresi Anindita pun sontak berubah, wajahnya memerah menahan malu karena ucapan Nathan. Untung saja, kekasihnya itu masih sibuk dengan masakannya, jadi Anindita tak perlu khawatir Nathan menyadarinya.

"M-mana ada? Lo salah liat kali," elaknya lagi.

"Gue ngga salah liat, Ta. Orang gue masih sadar kok, lagi ngga ngantuk juga, mana bisa gue salah liat. Ngga mungkin!"

Nathan keukeh dengan pendiriannya, sedangkan Anindita mencebikkan mulutnya karena kesal dengan kejujuran Nathan.

"Nyebelin lo!" gerutunya sambil mencubit pinggang Nathan.

Bukannya meringis, Nathan malah tersenyum setelah kekasihnya itu mencubit pinggangnya. Pria itu segera mematikan kompor dan mencuci tangannya di wastafel. Ia berbalik lalu menangkup wajah sang kekasih dengan mata yang menatapnya lekat. "Lo tenang aja, Ta, gue ngga bakalan ilfeel kok. Yang ada itu jadi ekspresi terfavorit, selama gue jadi pacar lo."

Bibir Anindita mengerucut, kemudian wajahnya ia sembunyikan di dada bidang milik Nathan. "Tapi gue malu."

"Apa yang harus lo maluin. Gue sama sekali mempermasalahkan itu. Malah menurut gue itu lucu," tuturnya.

"Lucu?" tanya Anindita bingung.

Nathan mengangguk. "Iya, lucu. Lo tidur sambil ngisep jempol sama ngiler itu lucu, menurut gue."

Anindita makin malu mendengarnya. "Nathaaann! Apaan sih lo, gue malu tau," pekiknya.

"Hahaha... iya, iya maaf. Ngga kaya gitu lagi," ujar Nathan sambil memeluk dan mengelus surai Anindita. "Lagian, orang masak digangguin. Giliran diledekin malah nangis."

Mendengar hal itu, Anindita mendongak. "Mana ada, gue ngga nangis," elaknya sembari menunjukkan wajah yang sama-samar terlihat rona merah di pipinya. "Lagian lo ngga liat, sekarang jam berapa? Udah jam enam pagi tuh liat."

Anindita menunjuk jam dinding yang tak jauh dari keduanya, hingga membuat arah pandang Nathan mengikutinya.

"Baru jam enam. Masih terbilang pagi menurut gue. Emang lo biasa bangun jam berapa?"

Mendengar itu, Anindita pun menghela. "Lo lupa? Kan gue kalo bangun jam 5 pagi buat sholat subuh. Lo juga biasanya bangunin jam segitu. Amnesia, lo?"

"Ah iya lupa, sorry, Ta, tadi gue malah ngga bangunin lo, padahal tadi gue bangun jam lima. Nyenyak banget keliatannya, jadi ngga tega buat bangunin," sesalnya. "Sorry ya, Ta. Gara-gara gue lo jadi ngga sholat."

"Kata siapa gue ngga sholat, gue sholat kok, barusan."

"Emang bisa?" tanya Nathan bingung.

"Bisa, kan ngga sengaja kesiangan," balas Anindita.

Date With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang