DATE WITH BENEFIT - PART 10

751 25 0
                                    

Jangan lupa follow sebelum membaca.

"Enak banget ya, Than?" tanya Anindita begitu melihat kekasihnya makan dengan lahapnya mengunyah potongan demi potongan daging berwarna coklat kemerahan ke dalam mulutnya. "Boleh coba ngga? Enak banget keliatannya," pintanya.

"Ngga boleh!"

"Dih, pelit banget lo!"

Anindita mengerucutkan bibirnya ketika Nathan tak berniat untuk berbagi sedikit makanan di depannya. Hingga akhirnya ia nekat menjulurkan sumpit yang tengah dipegangnya untuk mengambil satu potong daging berwarna coklat kemerahan itu.

"Than, liat deh, itu ada apa?" Anindita mengalihkan atensi sang kekasih agar pria itu melihat ke luar pintu kaca restoran yang digunakan keduanya untuk makan siang bersama.

Dengan polosnya, Nathan pun mengikuti arah pandang Anindita. "Apaan? Ngga ada apa-apa kok." Namun, begitu wajah pria itu kembali ke posisi semula, kedua matanya sontak membulat ketika sang kekasih mencomot salah satu potongan daging dari atas piringnya. "Ta, balikin ngga."

"Nggak!" tolaknya cepat sembari menjulurkan lidahnya.

"Ta, please... lo ngga boleh makan itu," larang Nathan, lalu dengan cepat berpindah posisi dari yang awalnya duduk di hadapan Anindita kini berpindah ke samping wanita itu untuk merebut potongan daging yang masih terjepit di antara dua bilah kayu - sumpit di tangan Anindita.

"Kenapa ngga boleh? lo aja boleh makan ini." Anindita masih berusaha menyelamatkan potongan daging yang sedari tadi menggodanya.

"Lo ngga boleh, tapi gue boleh," balas Nathan dengan tangan yang masih berusaha untuk merebut sumpit kayu yang sengaja dijauhkan dari jangkauannya. "Ta, lo ngga boleh makan itu," larangnya lagi dan lagi hingga membuat Anindita kesal bukan main.

Ini pertama kalinya Nathan begitu pelit soal makanan, padahal sebelumnya, Nathan selalu memaksa Anindita mencoba beberapa makanan yang belum, atau bahkan yang tak disukai wanita itu sekalipun. Anindita yang termasuk dalam golongan orang-orang picky eater, membuat Nathan ingin mengubah mindset sang kekasih, kalau semua makanan itu enak dan dia wajib mencobanya minimal sekali seumur hidup.

Hap!

Akhirrnya Nathan behasil mengambil alih potongan daging yang masih terjepit di antara sumpit kayu dari tangan Anindita. Hal itu membuat Anindita kesal bukan main dan mengatai pria itu dengan sebutan pelit. "Lo kenapa sih? Pelit banget sama cewek sendiri. Gue kan cuma pengin nyicipin sedikit doang, ngga minta semuanya."

Wajah Anindita melengos, posisi badannya berubah membelakangi Nathan yang duduk di sampingnya. Namun sialnya, posisi tersebut justru membuatnya makin dongkol kepada Nathan lantaran kedua matanya malah melihat pemandangan yang membuatnya iri.

"Boro-boro dia nyuapin gue kaya cowok itu, dimintain satu potong daging aja nga oleh," batinnya mendapati sepasang kekasih yang saling menyuapi makanan di depannya dengan penuh mesra. "Udah ah, gue mau balik. Udah ngga napsu makan gue," ucapnya pada akhirnya.

Dengan tergesa Anindita berdiri, berniat untuk meninggalkan Nathan di sana. Namun, Nathan dengan sigap menahannya dan menarik tangan Anindita cukup keras hingga membuat sang empunya kembali terduduk.

"Ck." Nathan berdecak kesal, namun masih bisa mengontrol emosinya mengingat posisi keduanya kini berada di tempat umum. Pria yang sangat mengutamakan attitude itu akhirnya menekan emosinya dengan menghembuskan napasnya pelan. "Ini daging babi, Ta. Lo ngga boleh makan ini," ungkap Nathan pada akhirnya.

Anindita yang masih merajuk pun sontak menoleh, lalu menghentakkan kakinya ke lantai. "Kenapa ngga bilang?

"Lah itu barusan gue bilang," balas Nathan tak mau kalah.

Date With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang