Sebagai anak introvert dan jarang bersosialisi dengan orang lain, Anindita tak begitu mudah berbaur dengan orang-orang di sekitar. Wanita itu termasuk orang yang pemilih dalam pertemenan maupun percintaan. Bukan karena sombong, tapi ia lebih memprioritaskan kenyamanannya dibanding apapun. Ia bahkan tak segan untuk meng-cut off orang-orang yang hadir dalam kehidupannya jika membuatnya merasa tak nyaman atau bahkan membuatnya merasa terintimidasi.
Begitu pun dengan pasangannya kini, ia memilih seorang Nathaniel Elang Daneswara menjadi kekasihnya lantaran wanita itu merasa nyaman dan terlindungi saat bersama pria itu. Bahkan Anindita rela mengesampingkan perbedaan keyakinan di antara keduanya, yang selamanya akan menjadi penghalang untuk melanjutkan hubungan ke tahap yang lebih serius jika salah satu dari mereka tak ada yang mengalah.
Anindita yang sebelumnya mengejar cinta Nathan karena suatu hal, sepertinya kini wanita itu malah terperangkap oleh ulahnya sendiri. Hal itu terbukti dari perlakuan Nathan yang membuat Anindita yang makin terpesona setiap harinya walaupun pria itu sering mengabaikannya. Bahkan wanita itu akan merasakan rindu yang amat sangat jika tak bertemu atau tak mendapat kabar dari kekasihnya itu. Sikap Nathan yang seolah menarik-ulur hatinya, membuat Anindita makin penasaran dengan pria itu, Ditambah lagi Nathan yang selalu menyelesaikan masalah keduanya dengan tutur bahasa yang lembut, sabar dan dewasa, membuat Anindita makin tak bisa jauh-jauh dari Nathan.
"Kalo disuruh milih, siapa yang bakal lo pilih jadi mantan terindah? Nadin atau Hera?" Tanya Anindita setelah pria itu menceritakan sosok yang menemaninya dari nol. Tentu saja Nadin lah orangnya, siapa lagi memangnya. Wanita itu lah yang dulu mengajari Nathan menggambar hingga membuat pria itu menjadi arsitek handal yang terkenal dengan design-nya yang luar biasa.
"Kalo jadi mantan terindah ngga mungkin putus, Ta." Jawab Nathan sebaik mungkin agar kekasihnya itu merasa tak kecewa dengan jawabannya. Jujur saja, Nathan agak was-was jika menceritakan soal masa lalunya kepada Anindita. Ia sangat paham dengan tabiat sang kekasih yang memiliki emosional yang cukup tinggi. Bahkan untuk hal-hal sepele saja, emosi wanita itu gampang meledak hingga membuat Nathan terkadang kewalahan untuk menyikapinya.
"Ck. Lo tuh ya, susah banget buat terbuka sama gue. Gue ngga asik ya, Than, buat dijadiin temen curhat? Padahal gue seneng banget lo kalo lagi cerita sama lo. Gue seneng karena lo ngga suka menghakimi waktu gue cerita, lo juga keliatan excited dan selalu dengerin cerita gue sampai selesai. Gue ngga pernah senyaman ini cerita sama orang sampe gue nganggep lo itu rumah buat gue." Ungkap Anindita raut wajah kecewanya. Wajahnya bahkan menunduk beberapa saat lalu ditegakkannya kembali untuk melihat pemandangan rumah-rumah yang berjejer rapi di depannya.
Saat ini keduanya tengah duduk di sebuah kursi dengan sebuah meja berbentuk bundar ditengah-tengahnya. Keduanya duduk di kursi masing-masing sambil menikmati semilir angin di atas balkon rumah Nathan. Keduanya tengah membahas kisah hidup Nathan yang merambat ke kisah cinta pria itu.
Fakta yang baru saja Anindita ketahui di mana Nadin yang merupakan mantan kekasih Nathan, ternyata adalah orang yang berjasa besar dalam hidup seorang arsitek terkenal seperti Nathaniel Elang Daneswara. Selain menemaninya dari nol, Nadin juga merupakan orang yang mengajari Nathan menggambar di saat pria itu sama sekali tak memiliki bakat atau pun keinginan untuk melakukannya.
"Bukan gitu, Ta. Gue suka kok cerita sama lo. Gue juga seneng kalo lo pengen tahu lebih dalam soal gue. Gue cuma ngga mau lo merasa sakit hati dan nyaman kalo gue cerita soal masa lalu. Belum lagi drama ngambek lo yang ngga ada abisnya, gue ngga punya energi buat debat soal hal-hal sepele kaya gitu sama lo."
Benar dugaan Nathan, setelah pria itu menyelesaikan kalimat terakhirnya, Anindita langsung menatapnya sinis seolah tak terima dengan apa yang baru saja ia katakan, "Ngambek apaan sih, ngga usah berlebihan deh lo. Lagian mana ada gue sakit hati cuma gara-gara cerita soal mantan lo. Orang gue cuma nanya. Lo aja yang sok misterius."
KAMU SEDANG MEMBACA
Date With Benefit
General FictionMenjatuhkan harga diri dengan menyatakan cintanya kepada seorang pria adalah harga mati yang harus dibayar oleh seorang Resyakilla Rumi Anindita. Walaupun begitu, Anindita sama sekali tak menyesalinya lantaran pria yang ia tembak adalah Nathaniel El...