Nathan yang baru saja mendudukan diri di singgasananya seusai meeting dengan klien tiba-tiba mengalihkan atensinya ke atas meja karena benda persegi miliknya berbunyi.
Ting.
Resyakila Rumi Anindita.
Ya, benar. Siapa lagi kalau bukan kekasih dari pria itu. Sejak terakhir kali keduanya ke pantai bersama, Anindita selalu membombardirnya dengan pesan serupa yang membuat seorang Nathaniel Elang Daneswara menghembuskan napas kasar. Sudah berulang kali ia mengatakan kalau untuk beberapa hari ini pria itu tengah disibukkan dengan project barunya hingga tak memiliki waktu untuk menemui Anindita atau bahkan sekadar untuk membalas pesannya pun Nathan terkadang tak ada waktu saking sibuknya.
"Keras kepala banget sih, Ta, dibilang ngga marah, masih aja ngeyel. Lagian siapa suruh sih, minta hal aneh kaya gitu," Gerutu pria itu setelah mengetik beberapa kalimat di ponsel pintarnya, lalu mengusap wajahnya kasar mengingat kejadian beberapa waktu lalu di mana kekasihnya itu meminta izin untuk menciumnya. Dan karena saat itu Nathan menolaknya, Anindita menjadi sangat bawel karena terus--menerus menanyakan apakah pria itu marah atau tidak hingga membuat Nathan jarang membalas pesan wanitanya, Padahal Nathan sudah berulang kali bilang kalau pria itu benar-benar tengah sibuk dan meminta Anindita untuk mengerti soal itu.
Sungguh, Nathan sama sekali tak marah dengan Anindita. Bahkan awalnya, Nathan lah yang berpikir kalau Anindita yang marah karena pria itu menolak permintaannya. Namun sebaliknya malah sekarang Anindita lah yang selalu membombardirnya dengan permintaan maaf karena sudah membuat pria itu merasa tak nyaman.
Perihal alasan Nathan tak mengizinkan Anindita untuk menciumnya, pria itu memiliki alasan tersendiri. Bayangan masa lalu di mana mantan kekasihnya, Nadin, pernah menolak ciumannya karena alasan tidak di perbolehkan dalam agamanya, membuat Nathan harus berpikir berulang kali soal permintaan Anindita. Ia hanya tak mau Anindita makin sesat dan jauh dari Tuhannya karena berpacaran dengan Nathan – walaupun berpacaran dengannya saja termasuk salah satu dosa, tapi ia tak mau menambah dosa kekasihnya.
Perkataan Nadin semasa wanita itu menjadi kekasihnya membuat Nathan tak mau melakukannya karena takut Anindita akan meninggalkannya. Kejadian di mana Nadin meminta Nathan untuk memutuskan wanita itu karena takut jika pria itu merasa bosan karena hubungan keduanya tak seperti pacarana pada umumnya yang bisa berpelukan, berciuman bahkan hal yang lebih dari itu.
Selama keduanya berpacaran, Nathan tak pernah melakukan hal lebih selain berpegangan tangan. Itu pun hanya Nathan lakukan saat keduanya berjalan-jalan saja. Berbeda dengan Anindita yang agresif dan suka memegang tangan bahkan memeluk Nathan seenaknya. Namun entah mengapa, saat itu Nathan tak pernah mempermasalahkannya. Pria itu merasa nyaman-nyaman saja saat berpacaran dengan Nadin. Bahkan Nathan merasa wanita itu membawa dampak yang positif untuknya.
Walaupun demikian, Nadin hanyalah masa lalu. Untuk saat ini, di hatinya cuma ada Anindita. Pria itu bahkan mengakui kalau dirinya sangat mencintai Anindita hingga tak mau kehilangan wanita itu sampai-sampai menolak permintaan Anindita yang meminta izin untuk menciumnya.
FLASHBACK ON
"Ayo kita putus," Nadin yang baru saja mengucapkan kalimat sakral barusan membuat jantung seorang Nathaniel Elang Daneswara seketika berhenti berdetak. Pria yang tengah duduk di sampingnya itu bahkan langsung menoleh kepada gadis yang tengah menunduk sambil menitikan air mata itu.
"Ma – maksud kamu apa, Nad? Mas ada salah ya, sampai kamu minta putus tiba-tiba kaya gini?" wanita itu menggeleng. Suara isakannnya kini bahkan mulai terdengar di telinga Nathan hingga membuat pria itu meraih tangan sang wanita dan menundukkan tubuhnya agar bisa melihat wajah Nadin.
"Enggak, Mas. Kamu nggak ada salah apa-apa. Aku cuma... "
"Cuma apa, Nad? Bilang sama Mas."
"Aku cuma takut mas bosen pacaran sama aku. Pacaran kita ngga kaya orang lain, yang bisa pelukan bahkan ciuman kaya yang kemarin Mas minta," Ungkap Nadin pada akhirnya. Wanita itu juga sekarang sudah memberanikan diri untuk menegakkan kepalanya dan menatap wajah sang kekasih di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Date With Benefit
General FictionMenjatuhkan harga diri dengan menyatakan cintanya kepada seorang pria adalah harga mati yang harus dibayar oleh seorang Resyakilla Rumi Anindita. Walaupun begitu, Anindita sama sekali tak menyesalinya lantaran pria yang ia tembak adalah Nathaniel El...