Akhirnya update juga guysss!!!!!
Sebelumnya maaf banget karena udah beberapa minggu ngilang dari peradaban. Sumpah hidup udah kaya rollercoaster, banyak bangget masalah sampe bener-bener down. Tapi begitulah hidup, life must go on, kita ngga boleh larut terus dalam kesedihan. Doain moodku lancarr teruss biar bisa namatin cerita ini.
Oh ya sesuai janji aku di instagram, hari ini aku mau update dua part sekaligus. Jadi nanti kalian bisa baca kelanjutannya di karyakarsa. Kalo ada yang tanya wajib engga, aku saranin sih baca soalnya tuh nyambung gitu. Terus kalo ada yang tanya kenapa ngga di wp semua, karena emang di part selanjutnya itu ada sediki unsur 18+ nya makanya aku pisah. Tapi itu kembali lagi ke kalian si. Pokoknya happy reading guys!!!!
"Gue tanya sekali lagi, lo udah yakin mau putus sama gue?" tanya Nathan lagi untuk memperjelas. "Tatap mata gue, Ta," pinta pria itu ketika mendapati pandangan Anindita ke arah lain.
Tak mengindahkan titah Nathan, Anindita sama sekali tak berniat mengalihkan pandangannya walaupun nada pria itu terdengar tak selembut biasanya. Bukan apa-apa, ia hanya tak sanggup untuk menatap mata pria itu, ia takut luluh lagi dan tak bisa tegas untuk berpisah setelah apa yang terjadi kemarin.
"Gue itung sampe tiga. Kalo lo tetep diem, gue anggep lo ngga mau putus dan lo tetep jadi pacar gue," ancam Nathan.
"Satu." Pria itu mulai menghitung.
"Dua." Hitungan selanjutnya, Anindita mulai gelisah. Hal itu terlihat dari tarikan napasnya yang dalam namun pandangannya masih pada posisinya.
"Ti-"
"Gue yakin," ucap Anindita pada akhirnya bersamaan dengan kedua pasang mata yang saling bertemu. "Gue yakin buat putus sama lo," lanjutnya mempertegas.
Nathan yang melihat adanya keraguan pada kedua sorot mata wanita di depannya pun tak puas dengan jawaban yang baru saja terlontar. "Alasannya?" tanya pria itu. "Kasih gue alasan, lo mau putus karena gue jalan sama Nadin atau karena bokap lo?"
Untuk beberapa detik, Anindita terdiam dengan arah pandang kembali beralih ke bawah. "Ngga bisa jawab, heum?" ejek Nathan. Salah satu sudut bibir pria itu naik ke atas membentuk seringaian. "Kalo alasan lo cuma gara-gara kasus gue, lo ngga perlu lakuin ini, Ta. Gue bisa atasin masalah ini sendiri. Lo ngga perlu-"
"Ngga usah besar kepala deh lo! Gue pengen putus karena gue emang sakit hati diselingkuhin sama lo," potong Anindinta.
"Gue ngga selingkuh. Udah berapa kali gue bilang kalo gue cuma mau bantuin doang, berapa kali gue harus bilang sama lo biar percaya?" ucap Nathan frustasi. Apalagi ketika Anindita melengos, pria itu buru-buru meraih tangannya dan menatapnya dengan tatapan memohon. "Kasih gue kesempatan ya, Ta? Gue bener-bener ngga mau kehilangan lo, gue ngga mau kita putus."
"Cukup! Keputusan gue udah bulat, gue tetep mau putus sama lo. Gue ngga bisa hidup sama orang yang suka selingkuh," tolak Anindita sambil menghempaskan tangan Nathan kasar sehingga tautan tangan keduanya terlepas.
Nathan menarik napasnya panjang dengan kedua tangan yang bertengger di pinggangnya. Wajahnya menoleh ke arah lain lalu menghembuskannya dengan kasar. "Gini." Pria itu menjeda kalimatnya sejenak sembari memposisikan wajahnya kembali menatap lekat Anindita. "Gue ngga bakal ada niatan ngenalin lo ke Nadin, kalo gue selingkuh," ungkap pria itu dengan salah satu tangannya merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel di sana.
"Lihat ini." Nathan menunjukkan pesan di mana Nadin menyuruh pria itu untuk membawa Anindita ke hadapannya. "Gue berniat bawa lo buat ketemu sama Nadin. Gue mau buktiin sama dia kalo gue beneran udah punya cewek dan nyuruh dia buat jaga jarak. Tapi lo...." Nathan menjeda kalimatnya dengan napas yang terengah-engah karena terlalu menggebu-gebu. "Tapi lo keburu pergi tadi pagi," lanjutnya dengan wajah frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Date With Benefit
General FictionMenjatuhkan harga diri dengan menyatakan cintanya kepada seorang pria adalah harga mati yang harus dibayar oleh seorang Resyakilla Rumi Anindita. Walaupun begitu, Anindita sama sekali tak menyesalinya lantaran pria yang ia tembak adalah Nathaniel El...