Sebelum baca part ini, aku rekomendasiin baca Additional Part 30 di karyakarsa ya....
Jangan lupa follow sebelum baca.
"Nak... turun yuk! Ibu udah masak nasi goreng kesukaan kamu," bujuk Renjana mengajak Anindita yang sejak kemarin mengurung diri di kamar. Lebih tepatnya sejak kabar Nathan ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka atas kasus yang tengah menjeratnya.
Hening.
Tak ada jawaban dari dalam sana, membuat Renjana gelisah sekaligus merasa bersalah. Apalagi ketika langkahnya lunglainya kembali ke meja makan di mana putri sulung bersama dengan cucu tercintanya tengah menikmati nasi goreng buatannya.
"Rumi masih belum mau turun, Bu?" tanya Disa sekembalinya Renjana.
Menggeleng lemah, wanita paruh baya itu menarik salah satu kursi lalu mendudukinya. Ia menghela napas dalam sambil menatap iba cucu semata wayangnya.
Melihat itu, Disa segera meraih tangan sang ibu dan mengelus lembut punggung tangannya. "Ibu ngga usah sedih, nanti biar Disa bujuk Rumi. Kasih dia waktu sendiri dulu ya, Bu," ucap Disa.
Renjana tak menjawab dan termenung beberapa saat. "Percaya sama Disa, Bu. Rumi cuma butuh waktu, bagaimanapun juga, mereka- Anindita dan Nathan masih saling mencintai. Pasti Rumi ikut ngerasain sakitnya Nathan dipenjara," terang Disa membuat senyum tipis Renjana terbit sedikit terpaksa.
"Lalu kamu gimana, Sa? Gimana keadaan rumah tangga kamu sama Arya?" tanya Renjana tiba-tiba.
Raut wajah yang tadinya teduh itu seketika berubah menjadi lesu. Dihembuskannya napas Disa dari mulutnya sambil menoleh ke arah lain. "Ya... begitulah, Bu. Mas Arya masih suka pulang larut, bahkan kadang ngga pulang ke rumah beberapa hari. Devan juga selalu dicuekin," keluh Disa.
Gantian ibu muda itu yang termenung meratapi keadaan rumah tangganya yang tak ada kemajuan sama sekali. "Kamu bahagia?"
"Menurut Ibu?"
Pertanyaan Disa membuat dahi Renjana mengerut. "Apa maksud kamu, Sa? Kamu yang merasakannya, kenapa malah balik tanya?"
Disa tersenyum getir. Kepalanya mendongak menatap Renjana yang tengah menunggu jawabannya. "Kalo Disa bilang ngga, gimana?"
Renjana terdiam sejenak dengan tatapannya yang beradu dengan kedua netra milik sang putri. Kegelisahan di dalam hatinya mendadak membuat mulutnya kelu dan tak bisa merespon pertanyaan anaknya.
"Kalo Disa tetep mau cerai, apa Ibu ngebolehin?" tanya Disa lagi.
"Disa...." Suara Renjana meninggi begitu kalimat sakral yang membuat seisi rumah gaduh beberapa waktu yang lalu terucap kembali. Bedanya, kali ini tak ada sosok sang kepala keluarga yang suka bermain tangan hingga membuat suasana di antara keduanya cukup hening.
"Ngga usah dijawab. Disa udah tau jawabannya," ucap Disa seraya menghembuskan napas lelah. Wajahnya tertunduk meratapi hidupnya yang merasa tak punya power untuk melindungi dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Date With Benefit
General FictionMenjatuhkan harga diri dengan menyatakan cintanya kepada seorang pria adalah harga mati yang harus dibayar oleh seorang Resyakilla Rumi Anindita. Walaupun begitu, Anindita sama sekali tak menyesalinya lantaran pria yang ia tembak adalah Nathaniel El...