Oh ya sebelumnya aku mau ingetin lagi buat kalian yang mau baca part ini, aku saranin baca dulu additional part 26 di Karyakarsa ya biar ngga bingung dan tetep nyambung pas baca part ini.
Terus aku juga mau bilang makasih yang udah pada follow, vote, sama komen. Berkat support kalian itu, aku jadi semangat nulisnya hehe. Jadi aku mohon buat kalian yang udah baca jangan lupa di vote sama spam komen yaa. Thank you guys!
Happy reading.
"Akhhhhhhhhh!"
Lengkingan suara seorang wanita paruh baya memenuhi seisi apartemen yang sebentar lagi akan ditinggal penghuninya. Wanita paruh baya yang merupakan Ibu dari sang penghuni apartemen itu, amat sangat terkejut ketika mendapati putri bungsunya tidur dipelukan seorang pria.
"Rumi... apa yang kamu lakuin, huh!" Seruan Renjana menggelegar hingga membuat kedua insan itu terperanjat. Sedangkan Disa yang mengekori sang ibu pun sontak menutup kedua mata sang putra– Devan dengan kedua tangannya. Dengan sigap, Disa membawa putranya keluar kamar untuk mengalihkan perhatiannya. Kedatangan mereka kali ini tentu saja untuk membantu Anindita membereskan barang-barang yang rencananya akan diboyong ke kediaman Renjana.
"I-ibu?" gumam Anindita terbata-bata.
"Jadi ini kelakuan kamu selama jauh dari rumah?"
Anindita menggeleng cepat. "Ngga, Bu, Ibu salah paham," elaknya.
"Terus ini apa, Rumi... Apa yang kalian berdua lakuin?" Suara Renjana terdengar sangat kecewa. Matanya reflek berkaca-kaca melihat putrinya tidur dengan seorang pria di ranjang yang sama bahkan keduanya saling berpelukan erat. Untung saja ia tak mendapati keduanya dalam keadaan tak berbusana, kalau tidak, mungkin ia sudah terisak atau bahkan pingsan saking traumanya dengan pergaulan bebas yang menyebabkan putri sulungnya hamil di luar nikah.
"Ya Alloh... ampuni anak-anak hamba...," lirihnya sambil memegangi dadanya yang terasa sesak. Detik berikutnya, tubuhnya luluh beserta isak tangis yang lolos begitu saja tanpa bisa ia bendung lagi.
Melihat itu, Anindita pun turun dari ranjang dan segera mendekati Renjana untuk merengkuhnya. Wanita itu ikut terisak sambil meyakinkan sang ibu kalau tak terjadi hal buruk seperti yang dipikirkan Renjana. "Kita ngga ngapa-ngapain Bu... Kita cuma tidur aja, tidur beneran, ngga aneh-aneh."
"Tapi tetep aja, kalian itu bukan muhrim, Rumi," balas Renjana dengan suara meninggi. "Di mana otak kalian sampe nekat tidur bareng kaya tadi. Apa kamu ngga bisa belajar dari kejadian yang menimpa kakak kamu? Kenapa malah ngulangin lagi?"
"Maaf Tante, saya mohon jangan salahin Dita, ini semua salah saya. Saya yang–"
"Berhenti di situ! Saya ngga mau dekat-dekat kamu," sela Renjana sambil menatap sengit Nathan yang hendak menyusul Anindita untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya. "Saya kira kamu anak baik yang bisa jagain anak saya, makanya saya ngga pernah mengusik hubungan kalian. Tapi ternyata saya salah, kamu malah merusak anak saya," lanjutnya dengan ketus.
"Tante saya mohon... dengerin penjelasan saya dulu."
"Diam! Saya ngga sudi denger penjelasan kamu. Lebih baik sekarang kamu pergi dari sini," usir Renjana, namun tak diindahkan oleh Nathan. Pria itu nekat melawan titah Renjana sebelumnya dengan mendekati wanita itu. Ia berlutut di sebelah Anindita hingga membuat tatapan kekasihnya itu beralih kepadanya.
"Nathan... apa yang lo lakuin." Anindita memberi kode dengan lirikan matanya agar pria itu menjauh. Ia hanya tak ingin Nathan memperkeruh keadaan dengan aksi nekatnya itu. Namun seolah tak peduli, Nathan malah berusaha meraih tangan Renjana dan menahannya ketika sang wanita paruh baya itu hendak menghempaskan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Date With Benefit
General FictionMenjatuhkan harga diri dengan menyatakan cintanya kepada seorang pria adalah harga mati yang harus dibayar oleh seorang Resyakilla Rumi Anindita. Walaupun begitu, Anindita sama sekali tak menyesalinya lantaran pria yang ia tembak adalah Nathaniel El...