DATE WITH BENEFIT - PART 12

720 24 3
                                    

Haiii guys!

Sebelum baca, aku ingetin lagi buat follow akun instagram aku ya @laquittaailiseu biar kalian dapat update-annya setiap hari. Jangan lupa buat komen dan vote juga ya. Terimakasih.

Untuk versi chat ini kalian bisa baca di instagram aku @laquittaailiseu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk versi chat ini kalian bisa baca di instagram aku @laquittaailiseu

Anindita mengacak rambutnya frustasi setelah membaca pesan terakhir dari Nathan. Ia membanting ponselnya ke sofa, lalu terdiam meratapi kelanjutan naskahnya. "Sialan! Kenapa jadi sesusah ini sih. Padahal biasanya fine-fine aja," umpatnya.

Sudah seminggu lamanya, Anindita dilanda writers block. Anindita sama sekali tak memiliki ide lantaran hubungannya dengan Nathan tidak sedang baik-baik saja. Ia masih kecewa dengan masa lalu Nathan hingga membuatnya enggan bertemu dengan sang kekasih yang selama ini menjadi objek fantasinya.

Akhirnya setelah memikirkannya matang-matang, Anindita memutuskan untuk menghubungi Nathan kembali. Ia rela menurukan ego dan harga dirinya untuk bertemu sang kekasih yang sudah lama ia diamkan.

"Ini demi naskah. Ya, ini demi naskah gue," ucapnya berkali-kali guna meyakinkan dirinya sendiri.

Setelah mengetahui masa lalunya, Anindita sempat berpikir untuk mengakhiri hubungannya dengan Nathan. Tapi, setelah beberapa hari belakangan mengalami writers block, Anindita akhirnya berpikir ulang dan mencoba menerima kekurangan Nathan itu.

"Jadi... lo mau maafin gue?" Anindita mengangguk, mengiyakan pertanyaan Nathan yang sedari tadi menatapnya penuh cemas. "Beneran, Ta? Lo ngga bohong, kan?"

"Iya, gue ngga bohong. Gue ngga membenarkan kelakuan lo, karena emang itu bertentangan sama prinsip gue. Tapi setelah gue pikir-pikir, gue akan jadi manusia egois yang ngga mau ngertiin kalo semua orang juga berhak punya pilihan hidupnya masing-masing. Makanya, gue minta ketemu buat bicarain hubungan kita kedepannya," tutur Anindita. Ia tak mau ada yang ditup-tutupi lagi.

"Tapi... masa lalu gue?"

"Gue terima, Than. Gue terima lo apa adanya. Toh kejadiannya juga pas lo belum pacaran sama gue. Asal lo ngga selingkuh, masih bisa gue pertimbangin."

Nathan tersenyum mendengar penuturan Anindita. Dengan posisi duduk yang saling berhadapan, Nathan meraih tangan Anindita dan menggenggamnya erat. Tak lupa kedua matanya menatap lekat mata sang kekasih. "Makasih, Ta. Makasih."

Anindita menggigit bibir bawahnya, ia tampak ragu untuk mengatakan sesuatu. "Ngga perlu terimakasih sama gue," ucap Anindita pada akhirnya.

"Kenapa?"

Anidita menghela napas berat. "Gue emang nerima masa lalu lo, nerima apa adanya lo. Tapi cuma sebatas pacaran. Gue ngga mau hubungan kita terlalu jauh."

"Ma-maksud lo apa, Ta? Lo ngga mau punya suami yang udah ngga perjaka?"

"Bu-bukan. Bukan itu maksud gue," elaknya. "Lo masih inget, kan? Alasan gue nembak lo dulu?" Anindita menjeda kalimatnya, menyuruh Nathan untuk mengingat sejenak. "Gue nembak lo karena emang gue butuh lo. Gue butuh lo buat nyelesaian naskah gue," ungkap Anindita pada akhirnya. "Selama ini, gue selalu kesusahan dapat inspirasi kalo ngga ada lo."

Date With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang