DS 4

3.7K 178 0
                                        

Sinar matahari mulai menampakkan dirinya
membuat tidur seorang pria manis terganggu

Aryan membuka mata menyesuaikan dengan cahaya yang mengusik tidur lelapnya

Hingga ia sadar semalam ia tidur di sofa
saat ia menoleh ke arah kasur ia bisa melihat Damian masih bergelut dengan mimpinya

Entah dapat dorongan dari mana Aryan melangkah kan kakinya menuju tempat tidur

Aryan menatap lekat sosok tunangan yang akan menjadi suami nya itu

Banyak sekali pertanyaan yang ada di benak Aryan

Mampukah ia melanjutkan ini semua?, bisakah ia membuat Damian berpaling padanya?

Entah lah ini hanya tentang waktu biarlah waktu yang menjadi jawaban dari segala pertanyaan itu

Lama ia menatap wajah teduh tunangan nya
Mata tajam yang tak pernah menatap lembut padanya itu tertutup memperlihatkan bulu mata yang tidak lentik tapi tidak juga pendek

Rahang yang tegas,kumis tipis dan terpenting bibir tipis berwarna merah muda itu

Saat tanpa sengaja ia membayangkan bibir itu menyentuh bibirnya

Seketika Aryan membeku karena Damian tiba-tiba membuka matanya

Saat di tatap seperti itu Aryan jadi salting sendiri
Aryan termenung mengagumi sosok yang ada di hadapannya itu

Hingga tanpa sadar Aryan menyungging kan senyum nya

"Selamat pagi Ian..." Ucap Aryan lembut

Tapi bukannya membalas ucapan selamat pagi itu Damian segera bangkit dan keluar menuju balkon

Dan Aryan sudah tau kemana tujuan Damian

Benar saja tak lama keluar lah Damian bersama parasit yang selalu menempel kemana pun Damian pergi

Seakan tersadar Aryan segera pergi ke kamar mandi untuk menggosok gigik dan mencuci mukanya

Setelah selesai dengan urusan kamar mandi ia turun

Di dapur ia bisa melihat bunda yang sedang bergelut dengan alat dapur

"Bun ayan bantu ya?"

"Eh ga usah ayan duduk aja biar bunda yang nyiapin okey"

"Gapapa bunda ayan mau bantu bunda potong wortel nya"

"Ya udah deh kalau ayan maksa,motongnya jangan terlalu besar ya"

"Otee bundaa"

Aryan sedikit lega karena bunda dan papa menerima nya dengan baik

Setidaknya ada yang akan membelanya ketika Damian berbuat buruk padanya

Saat sedang asik memotong sayuran Aryan di kaget kan dengan om Morgan yang tiba-tiba saja datang

"Eh Aryan Damian mana?"

"Eh papa em Damian tadi masih tidur jadi ayan ga tega bangunin nya"

Om Morgan hanya mengangguk mengerti
jujur sakit bila ia harus berbohong seperti itu

Namun tak lama setelahnya Damian datang dengan cila di samping nya

"Eh anak bunda udah bangun" ucap bunda sambil tersenyum

"Pasti banyak banget nyamuk di kamar kalian ya Damian Aryan sampe merah-merah gitu iya ngk pah"lanjut bunda sambil melirik Aryan dan Damian bergantian

Aryan yang di tatap begitu hanya bisa menunduk

Rasa perih kembali muncul di dadanya
kenapa Damian harus turun dengan bertelanjang dada seperti itu

Setelah semua masakan Mateng Morgan dan keluarga nya pun memulai acara sarapan mereka

Sebenarnya Aryan agak risih karena bunda senyum-senyum ke arah nya dan Damian

"Ehem...lain kali jangan ganas-ganas ya gada yang ngambil kok Damian nya"ucap bunda yang langsung membuat Aryan tersedak air yang ia minum

"Ehh aduh ini minum lagi"ujar bunda

Lagi-lagi Aryan hanya tersenyum canggung

Saat ia melirik ke arah Damian, Damian malah membuang muka

Tapi saat ia melihat ke arah cila

Nenek lampir itu bersmrik kepadanya

Seolah-olah bangga dengan karyanya

"Oh ya habis ini Aryan pulang atau masih mau menginap disini"tanya papa

"Ee ayan pulang deh pah soalnya lagi banyak tugas lagi pula takut mengganggu Damian"jawab Aryan dengan senyum manisnya

Melihat Aryan senyum Damian malah mendecih tak suka

"Damian selesai "Setelah berucap seperti itu Damian langsung meninggalkan meja makan

Di susul cila di belakang nya

Aryan hanya bisa melihat kepergian dua orang itu dalam diam

Huhh.........







































Tbc.

DANDELIONS[BxB] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang