[ 3. Kepergian Gempa ]

379 37 19
                                    


Setelah semua nya terjadi, tepat pada pukul 7 malam. Elemental mencari-cari Gempa dan Solar, pasalnya mereka semua tak bersama Gempa dan Solar saat Erupsi gunung terjadi.

Terlihat, tim penyelamat juga ikut serta mencari dan mengevakuasi korban-korban erupsi.

"Kak li, kak gem sama solar kok gak ketemu-ketemu. Aku jadi khawatir, kak." Keluh Taufan pada Hali.

"Kak hali juga sama, fan. Semoga mereka baik-baik aja.." hali.

Elemental(-Gemsol) terus-menerus memikirkan dimana Gempa dan Solar. Sudah dari satu jam mereka mencari, tetap saja hasilnya nihil. Hingga tiba-tiba seorang tim penyelamat datang.

"Perhatian, warga-warga! Kami dari tim penyelamat mendapatkan satu korban baru, mohon hampiri kami di pos penyelamatan jika korban adalah keluarga atau teman kalian." Ucap anggota tim penyelamat.

"Ciri-ciri nya yaitu, korban berkelamin laki-laki. Tinggi nya sekitar 178cm, rambut nya bersurai coklat dengan warna putih sedikit di antara rambut depannya. Lalu, memiliki netra iris coklat keemasan, apakah ada yang mengenalinya?"

DEGG!!

Elemental mendengar nya, jantung mereka seakan-akan berhenti berdetak. Terkejut, tak percaya, semua nya menganga.

Itu semua adalah ciri-ciri Gempa, saudara atau kakak Elemental.

Terlihat, air mata siap menggenangi di antara mata-mata mereka. Lalu, mereka semua dengan cepat menuju pos penyelamatan.

Lagi lagi, semuanya diam tak bergeming. Mereka melihat jasad Korban yang dimaksud tim penyelamat tadi, terbaring diam di tanah. Ya, itu adalah jasad gempa.

Sisa-sisa abu vulkanik masih sedikit menutupi tubuh gempa, luka lebam karena terkena sedikit lava ada di sekujur tubuhnya. Kedua kelopak mata yang sudah tertutup, bibir yang pucat pasi sama seperti wajahnya.

Semua itu dapat Hali, Taufan, Blaze, Ice dan Thorn lihat, mereka semua tak percaya. Air mata sudah membendung, mereka semua menangis terisak-isak.

Taufan, ia yang pertama memeluk tubuh Gempa dengan tangisan yang sangat-sangat tak karuan. Tak menghiraukan abu vulkanik yang akan menempel pada tubuhnya, Semua nya juga ikut memeluk jasad Gempa.

"Hiks.. hiks.. kak gem!!! Hiks... Huaaa!!!!! Kak gem... Haa... Hiks... Hiks..." Isak Taufan.

"Hiks.. hiks... Kak gem... Kenapa... Hiks.. hiks... Haaa!!!!!!! Kak gem!!!!!!" Thorn berteriak, air mata menetes deras.

"Gem.. kau.. hfs!" Hali hanya mampu menggigit bibir bawahnya, ia tak kuasa melihat adik nya terkapar tak berdaya karena menjadi korban letusan gunung Merapi.

"Hiks.. kak gem... Bangun... Hiks.. hiks.." ice mulai mengguncangkan tubuh gempa.

"Hiks.. kak gem!!! Cepat bangun!!! Hiks.. hiks... Hiks... Jangan tinggalin kami... Kak gem..." Perasaan blaze tak karuan, ia tak percaya bahwa kakak nya ini akan meninggalkan diri nya sekarang.

Mereka semua terus menangis tersedu-sedu, meratapi kematian saudara nya yang meninggal akibat korban dari letusan gunung.

Semua terpukul oleh kematian Gempa, saudara mereka yang selalu perhatian terhadap mereka. Saudara yang mereka anggap seperti ibu mereka, yang selalu ada, yang selalu perhatian, yang selalu menyayangi, yang selalu membuat semua nya menjadi senang.

Mengapa gempa harus berakhir seperti ini? Kenapa harus seperti ini? Ini semua sungguh tak bisa dipercaya!

.

Pada pukul 9 malam, ambulans mulai membawa para korban yang sudah di evakuasi menuju rumah atau tempat asalnya. Begitupun jasad Gempa, ia tengah dibawa oleh ambulans menuju rumah.

Di ambulans, hanya Blaze, Ice dan Thorn yang ikut serta. Hali dan Taufan, mereka tengah sibuk membereskan barang-barang yang masih berada di vila.

Posisi BlaIcThor.

"Ini kak gem masak ayam kari, kesukaan mu." ucapan Gempa pada ice sambil tersenyum tulus.

"Iya, kak gem bawa 10 jagung tadi." Ucapan gempa tanpa rasa bersalah pada Blaze.

"Ini bukan?" Tanya gempa pada Thorn sambil menyodorkan plastik berisi camilan.

Semua itu masih terbayang-bayang dalam pikiran Blaze, Ice dan Thorn. Rasa nya sulit menerima kenyataan bahwa gempa harus meninggalkan mereka secepat ini.

Di dalam mobil ambulans, mereka tidak berhenti menangis, mengguncangkan tubuh gempa, bahkan sampai mengelus-elus rambut gempa. Berharap ini hanya sebuah lelucon dari gempa, tapi nyata nya tidak.

.

.

.

Posisi HalTau

"Kak..." Lirih Taufan memanggil hali.

"Hah.. sabar, fan.. ini sudah takdir.." jawab hali, setelah menghela nafas.

Mereka berdua pun segera mengemasi barang-barang ke dalam mobil, lalu berangkat menuju rumah. Di perjalanan, hening melanda mereka berdua.

Taufan menjadi lebih pendiam dibanding sebelumnya, ia terus menerus mengingat hal-hal tentang Gempa. Yang membuat nya menunduk dan menangis.

"Itu kak gem bawa perlengkapan-perlengkapan buat ntar disana. Biar gak susah, dikaki gunung kan pasti susah buat nyari-nyari sesuatu."

Ucapan Gempa itu memenuhi isi pikiran Taufan, ia kembali terisak.

"Hiks.. hiks.. hiks.. hiks.. kak gem... Hiks.."

Hali yang melihat sekaligus mendengar nya pun hanya menatap Taufan sendu, ia juga terpukul atas kepergian Gempa.

"Gem pengen deh, kita terus-menerus merasakan ketenangan kaya gini."

Ucapan gempa pada hali itu masih dapat hali ingat jelas, betapa tak karuannya hati hali sekarang.

"Gem, aku juga pengen kita bareng-bareng terus... Tapi kenapa kau malah pergi... Gem..." Batin hali putus asa.

Tanpa disadari, hali mulai menitikkan air mata. Ia menyetir sambil menangis tipis, lalu menyadari nya. Dan mengusap airmata nya perlahan.

~

"Nak, bolehkah bapak tau siapa nama nak?" Tanya bapak tua yang menolong solar.

Kini, mereka sedang dimobil bapak tua itu. Kedua nya tak dapat menemukan saudara nya solar, jadi solar terpaksa ikut dengan bapak itu.

"Nama saya, solar light. Panggil aja, solar pak." Jawab Solar.

"Oh, solar light.. nama yang bagus..." Bapak itu sedikit tersenyum.

"Bapak sendiri, nama nya siapa?" Tanya solar.

"Nama bapak, bapak Edgar. Bapak sendiri orang Inggris, namun bapak ahli bahasa Indonesia. Jadi, bapak tak susah memakai bahasa Indonesia. Oh iya, salam kenal ya, solar." Jelas Edgar.

Solar hanya mengangguk, diri nya terlihat tak semangat. Seakan-akan ia sangat merindukan saudara-saudara nya, ia ingin sekali bertemu mereka.

Namun, apalah takdirnya sudah menentukan. Saat letusan gunung Merapi, solar beda basemen dengan para saudara nya. Hingga saat mencari-cari saudara nya, mereka tak dapat menemukan saudara nya solar.

Bersambung...

Rahasia Solar 2 || ⚠️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang