Siang terik, lebih tepatnya pukul satu siang. Mobil Edgar berhenti di sebuah rumah yang berpagar. Ya, rumah elemental.
"Apakah ini benar rumah saudara mu, solar?" Edgar memastikan.
"Iya, om. Ini adalah rumah solar dan saudara solar." Jawab solar antusias.
Solar dan Edgar keluar dari mobil, hanya berdua, sopir dan bodyguard Edgar tidak ikut keluar.
Dapat solar lihat setelah keluar mobil, para kakak-kakaknya (Hali,Blaze, Taufan dan Thorn) tengah berkumpul di depan pintu. Namun, mereka tak melihat solar.
Solar hendak berteriak, namun dengan cepat Edgar halangi. Solar memandang Edgar heran, mengapa ia menghalangi agar solar tak berteriak.
Tiba-tiba Edgar berbisik pada solar.
"Kau lihat itu? Itu kakak-kakak mu, bukan?" Bisik Edgar, lalu dibalas anggukan oleh Solar.
"Ehm, sebelumnya om minta maaf, solar. Kau lihat kakak mu yang dua itu, yang diam menatap kosong?" Tanya Edgar, melihat Taufan dan Thorn.
"Iya lihat, om. Itu yang bola mata nya biru kak Taufan, dan yang bola mata nya hijau zamrud itu kak Thorn." Jelas solar.
"Dan kau lihat kakak mu yang memakai kaos hitam itu?" Edgar.
"Itu kak hali."
"Hali, iya hali. Kau tidak kasian dengan hali?" Edgar.
"Maksud, om?" Solar kebingungan.
"Sebelumnya maaf ya, solar. Kau tidak kasian dengan kak hali itu? Sepertinya dia kelelahan menjaga adik-adik mu yang lain, lihat saja itu. Apalagi dia marah-marah sama kakak mu yang dua itu." Edgar.
Solar melihat lagi ke arah kakak-kakak nya, ia merasa benar juga apa kata Edgar.
" Kak hali memang sulung di keluarga, dia yang tertua berarti dia yang harus menjaga kami.. tapi.. kata om Edgar benar juga... Seharusnya aku tahu.. aku tak mau menambah beban kak hali... Aku ini juga adik yang merepotkan... Hah..."
Solar terhanyut dalam lamunannya, ia bingung harus bagaimana.
"Solar..? Hey, solar.." panggil Edgar membuyarkan lamunan solar.
"Ah iya, om." Solar.
"Gimana menurut mu, solar?" Tanya Edgar lagi.
"Eum.. kata om bener juga.. solar tak mau menambah beban kak Hali... Tapi.. kalau solar gak balik ke rumah, solar harus pergi kemana..." Jawab sekaligus keluh solar.
"Untuk urusan tinggal dan keseharian, solar tinggal di rumah om aja. Om juga kesepian kalo gak ada yang nemenin om, solar mau kan?" Edgar.
"Hm... tapi aku juga akan merepotkan om Edgar kalo gitu..." Batin Solar.
"Tenang saja, solar. Kau tidak merepotkan om, kok. Om malah seneng kalau solar ikut om Edgar." Bujuk edgar.
Solar mengangguk, "yaudah, om. Makasih ya."
"Sudah ku duga, haha. Rencana ku berhasil, tak sia-sia aku kirimkan orang-orang jahil itu." Batin Edgar.
"Iya, solar. Yuk masuk lagi ke mobil, habis ini kita ke restoran buat makan siang." Ujar Edgar.
~
Pikiran solar kemana-mana, ia masih bimbang dalam pilihannya. Ia ingin sekali berkumpul dengan kakak-kakak nya, sedangkan ia juga tak mau membebani kakak-kakaknya.
Melihat solar melamun dengan ekspresi gelisah, Edgar menepuk pundak solar. Solar terkejut, ia langsung menoleh ke Edgar.
"Tenang saja, perlahan kau akan terbiasa." Ucap Edgar dengan senyuman, seakan tahu apa yang dipikirkan solar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Solar 2 || ⚠️ [END]
Fanfiction(づ ̄ ³ ̄)づ Balik lagi ma naii yang hobi typo iniii~ Cerita ini adalah cerita season 2/ lanjutan dari "Rahasia Solar" yang pertama. Cuman, di sini agak berbeda. kenapa berbeda? karena di sini Naii buat lebih agak sadis. Jadi, mohon ya bijak dal...