[ 27. Mengaku ]

230 20 7
                                    

"Hiks.. kak blaze.." Solar menangis sambil memegangi wajah Blaze yang sudah lebam-lebam dibeberapa bagian.

"Udah, sol. Kak blaze gakpapa, ini tinggal di obatin juga bakal sembuh!" Jawab Blaze dengan suara seraknya.

"Kak blaze! Ini juga kan parah, kak.. hiks.. ayo kita ke rumah sakit aja!" Solar menarik lengan Blaze.

"Heh, sol! Jangan tarik-tarik tangan gue, sakit!!"

"E-eh..? Maaf-maaf, kak."

"Udahlah, ayo pulang ke rumah aja. Bantuin ngobatin lukanya, gak perlu ke rumah sakit." Kini gantian Blaze yang menarik Solar.

"Kak, nanti luka nya bisa infeksi! Terus nanti kalo--"

"Solar."

"Erk.. huh, baiklah. Ayo, pelan-pelan kak!"

.

.

.

.

"Solar, blaze tadi gimana?!" Amato langsung bertanya saat Solar memasuki ruangan Hali.

Amato sangat khawatir dengan anak keempatnya itu, karena tadi Solar memberitahunya lewat telepon bahwa dirinya dan Blaze diserang beberapa preman. Dan Blaze yang menghadapi preman-preman itu, sedangkan Solar mencari bantuan.

"Ayah, tenang dulu.. kak Blaze baik-baik aja, tadi luka dikit. Sekarang kak blaze lagi istirahat dirumah." Jawab Solar.

"Huh.. syukurlah.." Amato menghela nafas lega.

Hali mengerutkan kening, berpose berpikir.

"Kenapa tiba-tiba kalian diincer preman? Apa kalian melakukan kesalahan pada preman-preman itu?" Tanya Hali, tentunya dengan ekspresi serius.

"Hm.. aku juga gak tau, kak. Tapi perasaan Solar atau kak Blaze gak ngelakuin apa-apa sama preman itu, hm.. apa jangan-jangan..."

Kini memori Solar mengingat saat Blaze melarang Vexia untuk datang ke rumah hari ini, dan di hari ini juga Blaze diincar preman itu. Tunggu.. ini seperti bukan kebetulan (!).

"Apa mungkin Vexia..?" Tebak Solar, didalam hati.

"Jangan-jangan apa?" Amato ikut penasaran.

"Eum.. mungkin ada orang yang sengaja ngincer kak blaze.."

"Kamu gak diincer?" Amato mengangkat sebelah alisnya.

"Pas Solar sama kak Blaze ketemu sama preman-preman itu, preman itu tanya nama kak Blaze itu 'Blaze Fire' bukan, jadi.. mungkin mereka mengincar kak Blaze, yah."

"Hm.. bisa jadi, tapi siapa yang nyuruh preman-preman itu..?"

Solar hanya mengangkat bahu, tanda ia juga tidak tahu. Hali yang sedari tadi memperhatikan sikap Solar yang sedikit gelisah pun merasa curiga, curiga jika adiknya menyembunyikan sesuatu darinya dan yang lain.

.

.

"Fephire, apakah rencanamu berhasil?" Tanya Vexia sambil mengambil sepotong biskuit dan memakannya.

"Tentu saja, nona. 'Blaze Fire' sudah saya bereskan." Jawab bangga Fephire.

"Kau tidak berlebihan seperti yang ku katakan, kan?" Vexia memastikan asisten pribadi nya itu.

"Tidak, nona. Sesuai perintah anda, saya akan mengerjakannya dengan benar."

"Bagus, kau memang dapat diandalkan Fephire."

"Terimakasih, nona."

Ting!

------------------------------------------
< My Love Light

Rahasia Solar 2 || ⚠️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang