[ 6. Akan Bertemu Kakak ]

301 39 11
                                    

Dua hari telah berlalu, tetapi Solar masih saja berada di rumah Edgar. Ia hanya baca buku, makan, istirahat, baca buku lagi dan melakukan itu berulang-ulang.

Ia selalu dijaga ketat oleh pelayan dan Edgar jika berada di luar rumah, sedangkan jika di dalam rumah mereka biasa-biasa saja terhadap solar.

Pagi ini, solar masih tertidur. Ia tertidur sangat larut semalam, sekitar pukul 12 malam. Semalam solar tak henti-henti nya menangis sebab merindukan kakak-kakaknya, ditambah feeling nya yang buruk terhadap kakak-kakak nya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu kamar Solar terdengar, namun solar masih saja tertidur.

"Solar...?"

Seseorang membuka pelan kamar solar, lalu mendekati solar yang masih tertidur di kasur.

"Masih tidur, toh? Bangun, solar.. sudah pagi..." Ucap Edgar yang memasuki kamar solar, sambil mengguncang tubuh solar pelan.

Perlahan kedua kelopak mata yang memiliki netra iris silver itu terbuka, melihat bingung ke Edgar.

"Bangun, solar. Hari ini kita akan keluar," ucap Edgar dengan senyuman, sambil mengelus-elus rambut solar.

"Ekh... Iya.." jawab Solar.

*Skip.

.

.

.

Di ruang makan.

Solar baru saja turun, ia menuju ke tempat makan. Dilihat, Edgar sudah duduk di sana sambil memakan roti panggang yang berisi selai cokelat.

Edgar tersenyum lembut pada solar, lalu berkata.

"Makanlah dulu, solar. Kamu mau makan apa? Kalo laper bangat, makan nasi aja. Kalo gak terlalu laper, cukup makan roti panggang saja." Pinta Edgar.

Solar hanya mengangguk, lalu mengambil sebuah roti panggang yang disediakan di meja.

Selama makan, suasana menjadi hening. Tak ada yang membuka topik pembicaraan, Edgar maupun Solar masih sibuk memakan roti panggang nya masing-masing. Ya walaupun sebenarnya Edgar ingin berbicara pada Solar.

"Eum, om.." tiba-tiba Solar memanggil Edgar.

"Iya, ada apa?" Jawab Edgar, memandangi Solar.

"Kita mau keluar kemana..?" Tanya Solar ragu-ragu.

Solar bingung terhadap sikapnya pada Edgar, di satu sisi ia merasa tak nyaman jika terus menerus merepotkan Edgar. Namun, di sisi lain ia senang dapat bertemu dan di tolong oleh Edgar.

"Hm..? Bukannya kamu rindu kakak-kakak mu?" Jawab Edgar itu serasa membuat Solar terkejut.

"Maksudnya?" Solar tak faham.

"Solar, kita akan mencari kakak-kakak mu." Edgar mengatakan sambil menyeruput teh nya.

Mata solar berbinar-binar, ia sangat senang.

"A-apa om serius?" Solar memastikan, dibalas anggukan serta senyuman lembut oleh Edgar.

"Yeyy!! Makasih, om Edgarr!!! Makasih bangett, om!!" Solar heboh di tempat duduknya.

Edgar hanya terkekeh geli melihat nya.

~

Posisi Hali dan yang lain.

Semua nya (yang tersisa) sedang berada di ruang televisi, mereka sedang berkumpul membicarakan tentang Solar.

"Kak, kita kapan nyari solar nya?" Tanya blaze.

"Hm... Kakak bingung, kita kemana nyari solarnya?" Jawab sekaligus tanya hali.

"Iya juga, sih. Gimana ya..? Eh, Thorn! Ada ide gak?" Blaze menyenggol lengan Thorn pelan, agar Thorn memandang nya.

Tetapi, thorn sama sekali tidak memandang Blaze maupun hali. Ia hanya menatap lurus, tatapan kosong seperti sebelumnya. Thorn hanya menggeleng pada Blaze.

"Thorn, kau kenapa sih?" Tanya hali, agak geram dengan sikap diam adik nya ini.

"Iya, kalian pada kenapa sih? Kak ufan juga ikut-ikutan diem, mikirin apa??" Blaze juga sama halnya dengan Hali.

Taufan dan Thorn bukannya menjawab pertanyaan Hali dan Blaze, mereka malah berdiri.

"Mau kemana?" Tanya hali.

Mereka berdua tetap mengacuhkan nya, mereka melangkah menaiki tangga. Taufan menuju kamarnya, begitupun Thorn.

Hali dan Blaze yang melihat itu pun saling pandang, bingung.

"Mereka kenapa sih, kak?" Tanya blaze.

"Ya, gak tau." Hali.

"Eh ya kak, gimana nyari solar nya?" Blaze.

"Kita coba telepon penjual makanan warung pas di vila gunung merapi dulu, tanya apa mereka lihat solar. Kalo gak lihat, minta tolong buat nyariin solar." Hali.

"Terus kalo gak berhasil juga?" Blaze.

"Kita coba cari di daerah sini sama sekitaran gunung merapi nya lagi. Kalo tetep gak ada..." Hali menggantungkan kata-kata nya.

"Gimana..?" Blaze.

"Kita telepon ayah." Ucapan hali itu membuat Blaze terkejut, mata nya membulat.

"Kak hali serius?"

"Kita gak punya pilihan lain lagi, blaze."

"Aku tau, kak. Tapi... Jika kita malah menganggu pekerjaan ayah bagaimana..? Apalagi ayah kan masih punya depresi nya..." Keluh Blaze.

"Kita berdo'a saja, semoga ayah bisa mengerti dan bisa membantu kita." Hali.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Setengah jam mobil hitam mewah itu masih melaju, ia adalah mobil Edgar. Benar, kali ini Edgar sedang pergi bersama Solar.

Dengan tujuan untuk mencari keberadaan kakak-kakaknya solar.

"Solar kelihatannya seneng banget, ya..?" Ucap Edgar yang duduk di kursi mobil sebelah Solar.

"Iya, om. Solar seneng banget bakal ketemu kakak-kakaknya solar!" Jawab Solar gembira.

Edgar hanya menanggapi nya dengan senyuman tipis nan lembut pada solar. Tetapi, batin nya tak sama dengan ekspresi nya.

"Untung saja aku sudah merencanakan semuanya, hah. Kali ini pasti keluarga 'dia' akan hancur di tangan ku!." 

~






















Bersambung...

Vote komen yaa,
" Semakin banyak vote, semakin banyak penulisan di chapternya. "

Rahasia Solar 2 || ⚠️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang