[ 22. Psikiater ]

241 23 26
                                    

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)
Happy reading -!

Pagi hari nya, lebih tepatnya saat jam menunjukkan hampir pukul 9 pagi. Solar tengah menonton televisi, sambil menemani ayahnya yang sedang berkutik dengan laptop nya di sebelahnya.

"Yah, hari ini psikiater nya beneran dateng?" Tanya Solar tiba-tiba.

"Iya, kata nya jam 9 ini." Jawab Amato tanpa mengalihkan pandangannya ke Solar.

"Tapi ini hampir jam 9 yah, kok belum dateng?"

"Sebentar lagi pasti dateng, solar."

Tak lama, suara ketukan pintu rumah terdengar. Itu membuat Solar dan Amato mengalihkan perhatian nya,

"Itu pasti psikiater nya. Solar, kamu tunggu sini dulu aja ya." Pinta Amato, di balas anggukkan kepala oleh Solar.

Amato pun menuju pintu rumah untuk membukakan pintu untuk psikiater nya.

Ceklek!

"Selama pagi, tuan." Sapa perempuan yang berada di depan pintu dengan senyuman manis nya.

"Kamu psikiater yang kemarin saya pesan ya?" Tanya Amato to the point, dengan ramah.

"Iya, tuan. Perkenalkan nama saya Vexia Mal, semoga saya dapat membantu anda tuan." Ujar perempuan itu, nama nya ialah Vexia.

"Vexia ya, oh ya jangan panggil saya tuan. Panggil saja saya Pak Amato, ayo silahkan masuk." Amato mempersilahkan Vexia untuk memasuki rumahnya.

"Baik, pak. Terimakasih." Vexia pun masuk ke dalam rumah Elemental.

.

Kini di ruang tamu, sudah ada Amato Solar dan Vexia. Sedari tadi pandangan Solar tak luput dari wajah Vexia, ia sedikit penasaran.

"Nah solar, ini psikiater mu. Silahkan berkenalan." Ujar Amato.

"Vexia Mal, panggil saja saya Vexia. Saya sekarang yang menjadi psikiater anda." Ujar Vexia lembut sembari mengulurkan tangannya ke Solar.

"Solar Light, panggil saja Solar." Solar menjabat tangan Vexia.

"Tolong ya, Vexia. Bantu Solar, dia punya trauma berat." Amato.

"Saya akan membantu Solar semampu saya, pak." Vexia.

"Baiklah. Solar, antar Vexia ke kamar mu saja ya, kalau di sini takutnya ayah malah ganggu." Amato.

"Ya, yah." Solar.

.

.

.

Setelah berada di kamar Solar, Solar duduk di kursi belajarnya. Sedangkan Vexia, ia sedang sibuk dengan catatannya yang ia bawa.

"Sepertinya aku tidak asing lagi dengan perempuan ini..." Batin Solar, ia masih menatap lekat-lekat wajah Vexia.

Vexia yang sadar ia sedang diperhatikan pun menoleh ke Solar.

"Ada apa, Solar?" Tanya Vexia heran.

"Ah maaf, tidak ada apa-apa. Bisa kita mulai?" Solar.

"Tentu." Vexia tersenyum manis pada Solar.

Tak sadar, rona merah menghiasi wajah Solar karena melihat senyuman manis dari Vexia itu.

"E-eh.. ada apa denganku? Argh! Lupakan saja!!" Batin Solar.

.

Selama pengobatan, semua nya berjalan lumayan lancar. Tetapi terkadang Solar tiba-tiba ketakutan, dan langsung ditenangkan oleh Vexia.

Rahasia Solar 2 || ⚠️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang