[ 5. Rasa Bersalah Ice ]

346 36 41
                                    


Malam hari pukul tujuh malam, semilir angin meniup tipis-tipis rambut seorang pemuda.

Pemuda yang memiliki Surai rambut putih di antara rambut coklatnya, bola mata dengan netra biru laut, dan ekspresi yang selalu tenang.

Tetapi, di dalam ekspresi tenang nya itu tidak sama persis dengan apa yang ada di dalam pikiran nya.

"Semua ini terjadi karena aku..."

"Kenapa harus aku... Kenapa..?!"

"Kenapa juga harus kak gem yang pergi... Hiks..."

Pikiran ice berkecamuk, ia kacau.

Ia memandangi arus deras sungai dibawahnya, sejuk udara nya. Sekarang ini, ice sudah berada di jembatan sungai balai kota.

Ia terduduk di pembatas jembatan, memandangi arus sungai dengan isakan tangis yang memilukan.

Ditengah-tengah pikiran nya yang kacau, tiba-tiba pikiran gila muncul di kepala nya. Ia tersenyum tipis, isakan tangis nya terhenti.

"Kak gem pergi sendirian..." Batin ice miris.

"A-aku... Akan menemanimu, kak gem..." Gumam ice, masih dengan senyum mirisnya. Mata nya kini tertuju pada arus sungai dibawah nya.

"Maafkan aku..."

Ucapan terakhir ice yang terdengar sangat menyayat hati, ia menjatuhkan tubuh nya ke arus deras sungai itu.

Menenggelamkan diri nya sendiri bersamaan semua pikiran kacau nya, meninggalkan saudara-saudara nya. Dan ia lebih memilih menyusul Gempa, kakaknya.

Malam itu, ice menceburkan dirinya ke sungai jembatan balai kota.

~

Tepat pukul 12 malam, ponsel hali berdering. Tanda ada yang menelpon nya malam-malam begini.

Ia memaksa kedua mata nya untuk terbuka, lalu menjawab telepon itu.

"Ya?" Hali menjawab.

"Apakah ini kakak atau saudaranya dari  keluarga ice frost?"

Suara bapak-bapak polisi itu setengah membuat hali terkejut. Bagaimana pak polisi itu mengetahui nya bahwa ia kakak nya ice?

"Iya, saya kakaknya ice. Ada apa ya?" Hali.

"Itu... Ice..."

.

.

.

Tap tap tap tap

"Hah..hah.. hah...hah..ice..hah..."

Hali ia sekarang sudah berada di jembatan balai kota, ia mendapat kabar bahwa adik ke-empat nya menceburkan diri.

Sesampainya disana, ia melihat segerombolan polisi mengerubungi sesuatu. Hali mendekat, ia terkejut sekaligus tak percaya.

Adik ke-empatnya, ice. Ia sudah terkapar di tanah (darat) dengan kondisi basah dan pucat.

Hali mengguncangkan tubuh ice, mencoba membangunkan ice.

"Ice..!! Bangun!!!" Hali terlihat sedikit menitikkan air mata.

"Ehm, maaf. Apakah anda kakak nya ice yang tadi saya telepon?" Tanya salah satu polisi, di balas anggukan oleh hali.

Rahasia Solar 2 || ⚠️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang