Pagi hari nya, lebih tepatnya sudah waktunya sarapan pagi. Amato, Hali dan Blaze sudah berada di kursi meja makan masing-masing, namun Solar sedari tadi tak kunjung datang.
"Ini si bensin lama bener dah, lagi ngapain sih?" Gerutu Blaze yang sudah tak sabar memakan sarapannya.
"Tunggu bentar lagi, Blaze." Amato berucap.
"Yah, Hali panggilin aja ya." Hali.
"Iya, suruh cepetan turun buat sarapan." Amato.
Lantas, hali segera menaiki tangga menuju kamar sang bungsu.
Tok tok tok
"Sunnie?" Panggil hali.
Hening, tak ada sahutan sedikitpun dari sang empu yang berada didalam kamar.
Karena khawatir, hali membuka pintu kamar Solar. Untung nya tidak di kunci, jadi ia tak perlu mendobrak nya.
Ceklek!
"Sun—SUNNIE?!!" pekik hali, ia terkejut.
Hali langsung sigap menuju kasur Solar, memeluk Solar erat-erat. Apa yang terjadi pada adiknya (?), sampai-sampai tubuhnya bergetar hebat juga Isak tangis yang tak terhenti.
"Apa yang terjadi, sunnie?" Hali sangat khawatir dengan kondisi Solar saat ini.
"Hiks.. hiks.. ha.. hiks.. k-kak.. hiks.." tubuh Solar kini perlahan melemas.
Hali melepaskan pelukannya, menangkup kedua pipi Solar agar melihatnya.
Netra iris silver yang asli nya terang kini menggelap, juga ikut bergetar seperti tubuhnya. Bibir juga wajah nya memucat, jari jemari nya juga dingin.
"Sun, ada apa? Tolong jangan buat kak hali khawatir.." ujar Hali dengan nada pelan.
"S-solar.. hiks.. takut.. hiks.. hiks.." air mata Solar semakin deras mengaliri pipinya.
Hali kembali memeluknya, ia tak kuat melihat Solar yang terus menerus seperti ini. Kondisi nya tak baik-baik saja sekarang.
"Tak perlu takut, sunnie. Kak hali ada buat Solar, Solar gak sendirian.. Sudah ya, jangan nangis lagi." Bujuk Hali.
Tak lama, kondisi Solar mulai membaik. Tubuhnya tak lagi bergetar, tetapi mata nya sembab. Ia menunduk lesu.
"Maaf.. kak.." lirih Solar.
"Kenapa minta maaf?" Tanya Hali sambil melepaskan pelukannya.
"S-solar.." Solar ragu-ragu untuk menjawab.
"Sudah, ayo sarapan." Hali menggandeng tangan Solar, menuju ruang makan.
.
.
.
.
.
.
"Ngapain sih, sol? Lama bener kau." Blaze memuncungkan bibirnya, tanda ia kesal.
"Maaf, kak." Jawab Solar singkat.
Mereka pun memulai acara makan mereka bersama-sama.
"Solar, kenapa mata mu sembab?" Tanya Amato.
"Anu.. itu.."
"Tadi trauma Solar kumat lagi, yah." Hali langsung berucap.
"Apa?" Kejut Amato dan Blaze.
Solar hanya menunduk lesu.
"Solar, apa yang terjadi?" Tanya Amato, terkesan sangat khawatir.
"So-solar.. masih takut yah.. kejadian om Edgar itu susah buat Solar lupain.." lirih Solar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Solar 2 || ⚠️ [END]
Fanfiction(づ ̄ ³ ̄)づ Balik lagi ma naii yang hobi typo iniii~ Cerita ini adalah cerita season 2/ lanjutan dari "Rahasia Solar" yang pertama. Cuman, di sini agak berbeda. kenapa berbeda? karena di sini Naii buat lebih agak sadis. Jadi, mohon ya bijak dal...