[ 20. Kotak Rahasia ]

249 34 12
                                    

Kini, makan malam sudah tiba. Kondisi Solar sudah membaik sejak bangun tadi, itu pun ia masih ragu-ragu untuk keluar dari kamar. Namun, karena di bujuk hali, akhirnya ia mau.

"Solar udah baik-baik aja?" Tanya Amato.

"Iya, yah. Solar udah baikan kok," jawab Solar.

"Tadi tuh, kau kenapa sih sol?" Blaze.

"Eum.. tadi.. tadi solar keinget om Edgar.." jawab ragu-ragu Solar.

"Keinget om-om itu? Heh, itu om-om kalo gak bawa bodyguard dah gue tonjok-tonjok tuh muka nya!" Blaze.

"Yeh, kak blaze kan gak tau gimana om edgar ituu.." Solar hanya menatap malas Blaze.

"Emang kenapa om itu?" Kini yang bertanya ialah hali.

Solar awalnya ragu untuk bercerita, namun ia juga tak tahan jika harus menanggung nya sendiri.

"Om Edgar itu... Psikopat kak.." lirih Solar, namun masih dapat di dengar.

Amato, Hali dan Blaze yang mendengar itu seketika terkejut, sampai-sampai mereka tersedak makanan mereka sendiri.

"Uhuk! Uhuk uhuk! A-apa? Psikopat?!" Amato bahkan tak percaya.

"Uhuk! Yang benar saja, sun?" Hali.

"Psikopat? Gila!!!" Blaze.

"I-iya.. sebenarnya Solar takut cerita ini sama kalian.. i-itu sangat menakutkan.." Solar menundukkan kepalanya.

"Solar.. gakpapa, cerita in aja. Kan si om Edgar itu udah gak ada, mayat nya udah ditemukan polisi kemarin." Amato.

Solar menghela nafas panjang, lalu mulai menceritakan seluruh kejadian buruk yang ia lihat saat berada di dekat Edgar.

"Gila banget tuh om-om, sampe segitunya!" Blaze tak percaya.

"Tapi.. yang ayah tahu, Edgar itu dulu nya psikiater deh.. tapi ntahlah, itu gak pasti.." Amato.

"Psikiater? Mana mungkin dia psikiater yah, jelas-jelas orang gila kek gitu jadi psikiater.." Sepertinya hali mulai ketularan Blaze.

"T-tapi Solar beneran liat kok, yah! Om Edgar itu.. jahat.." Solar.

"Iya, Solar. Ayah percaya, di Inggris juga dia selalu sombong sama perusahaan nya." Amato.

"Oh ya, sertifikat perusahaan ayah kemarin gimana?" hali.

"Sertifikat perusahaan ayah aman-aman aja, kemarin ayah udah suruh sekertaris ayah yang ada di Inggris buat kesini ngurus sertifikat itu." Jelas Amato.

"Oh, syukur deh." Hali.

"Oh ya, sol. Tadi ada yang ngirim kotak tuh buat kau, " Blaze.

"Kotak? Kotak apa?" Solar.

"Ya gak tau, mangka nya ntar buka bareng-bareng. Kita juga penasaran ma tu kotak, lagian yang ngasih juga rahasia kata nya." Blaze.

"Hm.. yaudah ntar ku buka." Solar.

.

.

.

Kini, saat nya Solar membuka kotak nya. Ia memang penasaran dengan isi kotak itu, apalagi kata Blaze pemberi kotak itu rahasia kan?

Perlahan, Solar membuka kotak itu. Membuka tutup kotak, lalu melihat isi nya.

"Apa isi nya, Sol?" Blaze ikut penasaran.

"Ini.. kacamata visor kak.." Solar mengambil sebuah kacamata visor dari dalam kotak, kacamata visor itu sama persis dengan yang Solar pakai saat ini.

"Lho.. kok sama?" Hali.

"Gak tau, ini juga ada surat kak." Solar mengambil surat dari dam kotak itu.

"Coba baca in, Sol." Blaze.

"Iya, kak."

" "Kacamata visor ini buat kamu, Solar.. yah, walaupun ini sama persis sama yang sedang kamu pakai kan? Tapi aku memang sengaja beliin kamu yang sama persis, bisa aja nanti kacamata mu yang sekarang rusak jadi ada ganti nya.

Semoga kamu suka ya,
Oh ya, seperti nya sebentar lagi kita akan bertemu. Tunggu aku, ya..

M-my love" ?!!"

"Hah?! My love?!" Hali dan Blaze terkejut.

"Solar, kamu punya pacar?" Tanya Amato, ia juga bingung.

"Hah? Enggak, yah. Solar sama sekali gak deket sama perempuan, malahan sebelumnya kan Solar masih sama om Edgar." Solar.

"Iya juga, sih." Amato berpikir.

"Ekhem.. ada yang punya pacar diem-diem nih..~" Blaze sedikit menggoda Solar.

"Ih kak blaze!! Solar itu gak punya pacar, kak!!" Balas Solar tak terima.

"Solar.. jujur, kau punya pacar?" Ada aura negatif dari Hali, sepertinya ia sedikit marah (?).

"E-enggak, kak hali!! Beneran deh, solar gak bohong kak!!" Yakin Solar.

"Lah terus kenapa ini ada my love-my love an segala? Pasti kau punya pacar diem-diem kan?" Ketus Hali dengan nada dinginnya.

"Enggaakk kak haliii!!! Solar gak ada pacar!!" Tolak Solar.

"Enggak mungkin, kak hali. Pasti itu cuma buat pembelaan doang, kak." Blaze ikut-ikutan.

"Ah gak tau, deh. Pokok nya Solar gak punya pacar, terserah kak hali sama kak blaze gak percaya, huh!" Kesal Solar.

"Udah, udah. Solar, itu kacamata nya kamu simpen, surat nya juga. Siapa tau nanti bakal berguna." Amato.

"Iya, yah." Solar.

"Yaudah, semua nya pergi tidur." Amato.

Lalu, semua nya pun menuju kamar masing-masing.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kira-kira.. siapa ya yang ngirim surat itu?"

Kini, Solar sedang bertanya-tanya pada diri nya sendiri tentang surat tadi. Tak bisa dibohongi, surat tadi cukup membuat Solar kepikiran terus, ia sangat penasaran juga bingung.

"Eh.. pas masih di rumahnya om Edgar, aku juga dapet pesan aneh kan ya?"

"Apa jangan-jangan.. itu orang yang sama?"

"Kata-kata nya juga pake embel-embel 'my love' .."

"Hm.. tapi siapa ya? Seingetku aku emang gak ada deket-deket sama cewek.."

Saking seringnya berpikir, solar malah pusing.

"Ah sudahlah, bikin pusing aja. Mending tidur.." gumam Solar lalu memejamkan matanya.

Belum sepenuhnya tertidur, tiba-tiba ia teringat sesuatu. Solar kembali membuka mata nya, mata nya mulai berkaca-kaca.

Ia teringat gempa.

Gempa yang selalu menyuruh nya tidur, mengomel jika Solar begadang. Ia mengingatnya, juga merindukan nya.

Malam itu, ia terisak dalam diam. Meluapkan kerinduan nya terhadap kakak kedua nya yang selalu menjaga nya agar tidak begadang dan selalu menjaga kesehatan nya.

.

Sementara di tempat lain..

"Hm.. tunggu aku, Solar. Sebentar lagi pasti kita akan bertemu.."

"Apakah kau masih mengingatku ya, Solar? Hahaha, pasti kau tak ingat."

"Sebentar lagi rencana ku akan dimulai.. rencana untuk memiliki mu seutuhnya, my love."


















Bersambung...
[ Kali ini 50 vote baru nai up 2 chapter sekaligus -_- nai pusingggggggg ]

Rahasia Solar 2 || ⚠️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang