[ 4. Dimana Solar ]

434 34 48
                                    

Pagi hari nya, di rumah Elemental berjejer buket bunga dukacita. Yah, hari ini adalah hari pemakaman Gempa.

Di pemakaman, semua nya terlihat masih saja menangis. Teman-teman mereka juga datang, seperti Fang, Gopal, Yaya dan Ying.

Mereka turut bersedih atas kematian Gempa, yang menjadi teman mereka juga.

"Kami turut berdukacita, ya." Ucap Fang mewakili teman-teman nya yang lain.

"Terimakasih." AllElemental (-Gemsol).

"Hiks.. hiks.. kak gem..." Thorn masih mengeluarkan airmata nya, sambil mengusap-usap batu nisan bertuliskan nama ' Gempa Earthquake '.

"Hah... Sabar, thorn..." Yaya kasihan terhadap thorn.

"Eh ya, dari tadi kok aku gak lihat solar?" Fang memecahkan keheningan yang sempat melanda.

"Iya, dimana solar?" Gopal.

"Solar hilang, dia hilang pas letusan gunung." Jelas hali.

"Kok bisa?!" Fang, Gopal, Yaya dan Ying terkejut.

"Dia masih di toilet waktu kami berkumpul, dan... Gempa juga menyusulnya.. tetapi.. semua ini terjadi..." Sambung hali.

"Jadi, sekarang solar belum ditemukan?" Tanya Ying.

Lantas, Hali menggeleng.

~

Posisi solar.

"Solar, ini kamar kamu. Istirahat ya, nanti kalo udah laper turun aja." Pinta Edgar lembut.

Solar hanya mengangguk, lalu mulai memasuki kamarnya. Dan Edgar menutupnya.

Seringai tipis terukir di bibir Edgar, ia menghela nafas lega. Lalu pergi dari kamar solar.

Solar, ia sedang menangis di kamarnya. Ia sangat-sangat merindukan saudara-saudara nya, termasuk gempa. Entah mengapa, firasat nya buruk tentang gempa.

Mungkin itu adalah sebuah ikatan persaudaraan, yang dimana di saat kita terluka pasti saudara kita merasakan nya juga.

"Hiks.. hiks.. kakak.. solar kangen... Hiks..."

Solar terus-menerus terisak, hingga ia lelah dan tertidur di kasur.

.

.

Satu jam kemudian, dapat solar dengar ketukan pintu kamarnya membangunkan nya.

Tok tok tok

"Solar..? Mari turun, kita makan."

Ah, itu suara Edgar. Bapak tua yang membawa solar, dan merawat solar.

Solar segera membuka pintu, dapat ia lihat Edgar tersenyum lembut pada solar. Solar hanya mengangguk, lalu mengikuti Edgar untuk turun ke lantai bawah dan makan bersama.

Di ruang makan, sudah tersaji beberapa makanan di meja. Pelayan-pelayan mulai mengambilkan makanan pada piring Edgar dan solar.

Solar sedikit tak enak diperlakukan seperti itu, layaknya tuan. Tetapi, memang solar heran terhadap Edgar ini.

Edgar adalah orang luar negeri, tetapi punya rumah sebesar ini di Indonesia (?). Tak hanya itu, mobil nya juga banyak sekali, mungkin sekitar 18 mobil yang terparkir di garasi luas nya itu.

Rahasia Solar 2 || ⚠️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang