(03)-jalan menuju keberanian

82 19 0
                                    

HAPPY READING•

***

Setelah momen berani di pameran seni, Bintang merasakan perubahan dalam dirinya. Dia tidak lagi merasa terkurung dalam bayang-bayang bullying.

Meskipun Rina dan Andi masih ada di sekolah, sikap mereka mulai berubah. Mereka tampak lebih berhati-hati, dan Bintang merasa sedikit lebih lega.

Keesokan harinya, saat Bintang memasuki kelas, Dito menyambutnya dengan senyuman lebar.

"Bin, kamu benar-benar mengesankan kemarin! Banyak yang membicarakan tentang keberanianmu!" kata Dito, semangat.

Bintang merasa senang mendengar hal itu, tetapi juga cemas."Apa mereka masih akan membullyku?" tanyanya dalam hati.

Selama beberapa hari ke depan, Bintang mulai merasa lebih percaya diri. Dia mulai berani berbicara lebih banyak di kelas dan bahkan ikut bergabung dalam kelompok diskusi. Namun, meskipun ada kemajuan, kenangan akan bully yang dialaminya tetap membayangi pikirannya.

Suatu sore, saat pulang sekolah, Bintang dan Dito memutuskan untuk berjalan-jalan di taman dekat sekolah. Mereka duduk di bangku dan berbicara tentang lukisan, impian, dan harapan masa depan. Dito, yang telah menjadi teman terdekatnya, terus mendukungnya.

"Kamu seharusnya lebih sering melukis. Itu adalah cara terbaik untuk mengekspresikan perasaanmu," sarannya.

Bintang mengangguk, tetapi dia juga merasa cemas tentang lomba seni yang akan datang. "Apa kalau aku ikut lagi? Aku takut mereka akan mulai lagi," ujarnya dengan nada ragu. Dito menatapnya serius. "Ingat, Bin. Berani itu bukan berarti tidak merasa takut. Itu berarti kamu melawan rasa takutmu," jawab Dito.

Hari lomba seni berikutnya pun tiba. Bintang bertekad untuk menunjukkan karyanya lagi, tetapi kali ini dengan tema yang lebih pribadi. Ia menggambar potret dirinya yang dikelilingi oleh bayangan, melambangkan rasa terasing yang dialaminya, tetapi juga melambangkan kekuatan yang mulai muncul.

Ketika acara pameran dimulai, Bintang merasakan ketegangan di dalam dadanya. Dia melihat Rina dan Andi datang lagi, tetapi kali ini, dia merasa lebih siap. Dengan dukungan Dito, dia berani berdiri di samping lukisannya dan menjelaskan makna di balik karya tersebut kepada pengunjung.

"Ini adalah potret diri saya. Setiap orang memiliki bayangannya masing-masing, tetapi kita bisa mengubah bayangan itu menjadi kekuatan," katanya dengan percaya diri.

Banyak siswa lain mulai mendengarkan, dan beberapa dari mereka bahkan memberi pujian atas keberaniannya untuk berbicara.

Namun, di tengah momen tersebut, Rina dan Andi mendekat lagi. "Oh lihat, si pelukis lagi. Pasti mau dapat pujian lagi, ya?" ejek Rina.

Bintang merasakan napasnya tercekat, tetapi kali ini dia tidak mundur.

Dengan suara tenang tetapi tegas, Bintang berkata."Saya melukis untuk diri saya sendiri, bukan untuk kamu. Jika kamu tidak bisa menghormati saya, itu masalahmu, bukan saya." Suara Bintang semakin menguat, dan Dito berdiri di sampingnya, memberikan dukungan.

Rina dan Andi tampak terkejut. Mungkin untuk pertama kalinya, mereka tidak bisa membalas ejekan. Bintang merasakan dukungan dari teman-teman sekelasnya. Beberapa dari mereka mulai bersorak, memberikan semangat pada Bintang.

***

Sekian untuk part-nya.
Tetap stay tune untuk membaca bab berikutnya.

To be continued
Dipublikasikan pada:12,Maret, 2024.

Sampai berjumpa di bab selanjutnya.
Salam sayang dari ryfal, author MASA BINTANG.

Masa Bintang [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang