(13)-pilihan yang sulit

38 10 0
                                    

HAPPY READING•

***

Setelah ancaman dari Dani dan gengnya, hari-hari di sekolah menjadi semakin tegang bagi Riza dan teman-temannya.

Riza tahu bahwa pertempuran dengan masa lalunya belum berakhir, dan Dani tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan balas dendam yang diinginkannya.

Namun, Riza juga mulai merasakan ketenangan baru, hasil dari pertemanan yang tumbuh antara dirinya, Bintang, Rina, dan Andi.

Mereka menjadi lebih dekat, dan meskipun situasi di sekolah terasa seperti bom waktu yang siap meledak, persahabatan mereka memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan.

Pada hari Jumat, sekolah mengadakan pertemuan besar di aula untuk pengumuman acara tahunan sekolah.

Bintang, Rina, dan Andi sudah duduk di barisan depan, sementara Riza datang terlambat, masuk dengan langkah perlahan dan duduk di belakang.

Meski berada di tempat yang ramai, Riza merasa terisolasi, seolah-olah tatapan semua orang tertuju padanya. Meski banyak yang sudah mulai menerima perubahan dalam dirinya, beberapa orang masih memandangnya dengan curiga.

Ketika kepala sekolah berdiri di atas panggung untuk mulai berbicara, pintu aula tiba-tiba terbuka dengan keras.

Dani dan gengnya masuk dengan penuh percaya diri, mengalihkan perhatian semua orang. Mereka berjalan langsung menuju Riza dan duduk tidak jauh darinya, senyum sinis di wajah mereka.

Riza merasakan ketegangan di dalam dirinya, tetapi ia berusaha tetap tenang. Saat pengumuman berlangsung, Dani terus melirik ke arahnya, seolah-olah menantang Riza untuk melakukan sesuatu.

Tapi Riza tetap diam, memilih untuk tidak terprovokasi. Baginya, ini adalah ujian kesabarannya yang sebenarnya.

Setelah pertemuan selesai, Dani mendekati Riza dengan sikap santai.

“Kau tahu, Riza, kau bisa bersikap tenang di depan semua orang, tapi kami tahu siapa dirimu sebenarnya,” katanya dengan nada mengejek. “Kau bisa berpura-pura jadi orang baik, tapi itu nggak akan bertahan lama.”

Riza menatap Dani dengan tatapan yang dingin, tapi dia tetap tak berkata apa-apa. Dia hanya ingin keluar dari situasi ini dengan damai. Namun, Dani sepertinya tidak akan membiarkannya pergi begitu saja.

“Kita semua tahu,” lanjut Dani, “suatu saat nanti, kau akan kembali jadi dirimu yang dulu. Kau nggak bisa kabur dari siapa dirimu sebenarnya.”

Saat itu, Bintang, Rina, dan Andi mendekat. Bintang berdiri di samping Riza, menatap Dani dengan tajam.

“Dani, sudah cukup. Riza nggak seperti yang kau bilang. Kau hanya nggak bisa terima kalau dia udah berubah.”

Dani tertawa pelan. “Oh, jadi kau sekarang juru bicaranya, Bintang? Lucu. Kalian semua pikir bisa melindungi dia dari kebenaran?”

Rina ikut angkat bicara. “Kebenaran apa? Yang kami lihat sekarang adalah Riza yang berbeda. Dia udah cukup menderita karena masa lalunya, dan kau terus saja menyeret dia kembali ke sana.”

Andi, yang biasanya lebih pendiam, juga maju.

“Kami di sini untuk saling mendukung. Kalau kau mau mengganggu Riza, itu sama saja dengan mengganggu kami semua.”

Dani menyipitkan matanya, tapi tidak menjawab. Dia hanya tersenyum sinis dan pergi dengan gengnya, meninggalkan mereka berdiri di aula yang perlahan mulai kosong.

Setelah mereka pergi, Riza menatap ketiga temannya dengan rasa syukur. “Makasih, kalian nggak harus melakukan itu.”

“Kami di sini untukmu, Za,” kata Bintang dengan serius. “Ini bukan cuma masalahmu. Ini masalah kita semua.”

Riza merasa hatinya hangat mendengar kata-kata itu. Selama ini, dia selalu merasa sendirian dalam menghadapi masalahnya, tapi sekarang, dia mulai melihat bahwa dia tidak perlu berjuang sendiri lagi.

Namun, meski ancaman dari Dani sejenak mereda, Riza tahu bahwa mereka belum selesai. Dani dan gengnya semakin terpojok, dan itu hanya membuat mereka semakin berbahaya.

Riza harus membuat pilihan yang sulit—tetap berada di jalur perubahan atau menghadapi Dani secara langsung dan menyelesaikan masalah ini sekali untuk selamanya.

Hari itu, ketika Riza pulang ke rumah, dia duduk di kamarnya, merenung. Pikiran tentang masa lalunya terus menghantui, tapi dia juga memikirkan masa depannya.

Dia sadar bahwa jika dia kembali ke cara lamanya hanya untuk melawan Dani, semua usahanya selama ini akan sia-sia. Namun, dia juga tidak bisa terus-menerus hidup dalam ketakutan.

Sambil memegang bola basketnya, Riza akhirnya membuat keputusan. Dia akan tetap teguh pada jalur yang dia pilih, tapi kali ini, dia akan menghadapinya dengan cara yang berbeda.

Dia tidak akan bersembunyi atau lari. Dengan dukungan dari Bintang, Rina, dan Andi, dia tahu bahwa dia bisa mengatasi apa pun yang akan datang.

To be continued
Published:16,Maret,2024

Masa Bintang [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang