(15)-permulaan baru

33 11 0
                                    

•HAPPY READING•

***

Hari-hari setelah konfrontasi dengan Dani membawa perasaan campur aduk bagi Riza.

Di satu sisi, dia merasa lega karena telah berhasil mengatasi situasi tanpa kekerasan, tetapi di sisi lain, dia tahu bahwa masalah dengan Dani belum sepenuhnya selesai.

Meskipun Dani tidak lagi terang-terangan mengganggunya, ada tatapan penuh kebencian yang masih terlihat setiap kali mereka berpapasan di lorong sekolah.

Suasana kelas pun mulai berubah. Banyak siswa yang tadinya mendukung Dani, perlahan mulai menjaga jarak darinya.

Beberapa bahkan mulai mendekati Riza, seolah-olah sikapnya yang tenang dan konsisten mulai mendapatkan pengakuan dari orang-orang di sekitarnya.

Pagi itu, Riza duduk sendirian di bangku taman sekolah, merenung. Dia memikirkan semua yang telah terjadi sejak dia memutuskan untuk berubah.

Banyak hal yang tak terduga, tetapi dia bersyukur bahwa dia masih punya Bintang, Rina, dan Andi yang selalu ada di sisinya.

Tiba-tiba, langkah kaki terdengar mendekat. Riza menoleh dan melihat Rina berjalan ke arahnya dengan senyum kecil di wajahnya.

“Za, kau lagi ngelamun ya?” tanya Rina sambil duduk di sampingnya.

Riza tersenyum tipis. “Sedikit. Aku lagi mikirin semua yang udah terjadi.”

Rina mengangguk, mengerti. “Wajar, sih. Setelah semua yang kita lalui, aku juga sering mikir kalau semua ini terasa seperti mimpi. Tapi kau hebat, Za. Kau berhasil mengatasi semua ini dengan kepala dingin.”

“Terima kasih, Rin,” jawab Riza dengan tulus.

“Tapi aku nggak mungkin bisa melewati ini semua tanpa kalian. Kalian selalu ada untuk aku.”

Rina tersenyum hangat. “Kami juga nggak akan ninggalinmu. Kau bagian dari kami sekarang. Dan aku yakin, ke depannya kita bisa melalui semua ini bersama-sama.”

Saat itu, Bintang dan Andi datang bergabung. Bintang dengan gayanya yang ceria langsung melompat duduk di sebelah Riza, sementara Andi berdiri dengan ekspresi datarnya yang khas.

“Eh, lagi bahas apa nih?” tanya Bintang sambil melirik Rina.

“Kami cuma ngobrolin tentang semua yang udah terjadi,” jawab Rina santai.

Bintang mengangguk sambil tersenyum. “Yap, ini semua memang perjalanan yang gila, tapi kita berhasil. Dan Za, aku bangga banget sama kau.”

Andi hanya mengangguk setuju, seperti biasanya.

Percakapan mereka terhenti ketika seorang siswa dari kelas lain tiba-tiba datang menghampiri. Dia tampak ragu-ragu, tetapi setelah melihat bahwa Riza tidak tampak marah, dia mendekat lebih dekat.

“Riza, boleh aku bicara sebentar?” tanya siswa itu dengan nada hati-hati.

Riza mengangguk, sedikit bingung. “Tentu, ada apa?”

Siswa itu menghela napas dalam-dalam sebelum berbicara.

“Aku cuma mau minta maaf. Dulu aku sering ikut-ikutan Dani untuk mengejekmu. Tapi setelah melihat apa yang terjadi beberapa waktu lalu, aku sadar kalau kami salah. Kau bukan seperti yang Dani bilang. Jadi, aku mau minta maaf kalau selama ini aku pernah nyakitinmu.”

Riza terkejut mendengar permintaan maaf itu. Dia tidak pernah menyangka bahwa tindakan kecilnya menahan diri dari kekerasan bisa berdampak besar bagi orang lain.

Dengan tersenyum, dia menjawab dengan tenang.

“Terima kasih sudah datang dan minta maaf. Aku udah nggak menyimpan dendam. Yang penting, kita semua bisa belajar dari apa yang sudah terjadi.”

Siswa itu tersenyum lega dan pergi, meninggalkan Riza dan teman-temannya. Rina menatap Riza dengan kagum.

“Lihat? Perubahanmu benar-benar berdampak, Za. Bahkan orang lain mulai melihatmu dengan cara yang berbeda.”

Bintang mengangguk setuju. “Benar, kau udah bikin perubahan besar. Nggak cuma buat diri sendiri, tapi buat orang lain juga.”

Riza terdiam sejenak, merenung. Dia sadar bahwa perubahan memang tidak mudah, tetapi jika dia bisa menginspirasi orang lain untuk berubah juga, maka semua perjuangan yang telah dia lalui tidak sia-sia.

Hari-hari berikutnya, Riza merasakan ada perubahan besar di sekitar dirinya. Meskipun Dani masih menyimpan kebencian, dia mulai menjauhkan diri, seolah-olah dia mulai menerima kenyataan bahwa Riza bukan lagi musuh yang bisa dia hancurkan.

Geng Dani juga perlahan-lahan mulai berkurang, banyak dari mereka yang memilih jalan berbeda, seperti siswa yang meminta maaf kepada Riza.

Meskipun Riza masih harus menghadapi berbagai tantangan di sekolah, dia tidak lagi merasa sendirian.

Teman-temannya selalu ada di sisinya, dan semakin banyak siswa yang mulai melihat Riza sebagai seseorang yang layak dihormati, bukan karena kekuatannya, tetapi karena keberaniannya untuk berubah.

To be continued
Published:23,Maret,2024

Masa Bintang [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang