(31)-Kenangan dan Kembali ke Akar

5 5 0
                                    

•HAPPY READING•

***

Setelah kesuksesan pameran di Eropa, Riza merasakan gelombang kebanggaan dan kepuasan dalam dirinya.

Namun, di tengah segala kesibukan dan pencapaiannya, ada sesuatu yang terus mengganggu pikirannya.

Perasaan rindu yang dalam terhadap tanah airnya, keluarganya, dan teman-teman yang dia tinggalkan di Indonesia mulai mendominasi pikirannya. Walau Eropa telah membukakan banyak pintu baru, hatinya merasa belum sepenuhnya damai.

Pada suatu pagi, Riza duduk di balkon apartemennya sambil memandang keluar ke kota yang kini terasa akrab, namun jauh dari rumah. Email dari ibunya muncul di ponselnya, mengingatkannya bahwa ulang tahun Ardi sebentar lagi tiba. Tiba-tiba, Riza merasa ada dorongan kuat untuk pulang, meski hanya untuk sementara waktu.

Memutuskan untuk Pulang

Pikiran untuk kembali ke Indonesia membuat Riza merenung lebih dalam. Eropa telah memberinya banyak pelajaran, tetapi ada sesuatu yang tak bisa tergantikan: hubungan dengan orang-orang yang telah membentuknya menjadi dirinya yang sekarang.

Tanpa pikir panjang, Riza memesan tiket pesawat kembali ke Indonesia. Dia merasa perlu kembali untuk merasakan kehangatan dari tempat asalnya, bertemu dengan keluarga, Ardi, dan Maya—orang-orang yang selalu mendukungnya.

Ketika dia memberi tahu direktur kreatif di perusahaannya bahwa dia akan mengambil cuti beberapa minggu untuk kembali ke Indonesia, mereka mengerti. "Kami akan menantikan kembalimu, Riza. Kau sudah memberikan kontribusi besar di sini, jadi cuti sebentar tidak akan menjadi masalah."

Reuni di Tanah Air

Begitu sampai di bandara, Riza disambut oleh angin tropis yang hangat. Senyumnya merekah saat melihat ibunya berdiri di luar gerbang kedatangan dengan pelukan hangat yang menantinya.

"Akhirnya pulang juga, Nak. Kami semua rindu sama kamu," ucap ibunya dengan air mata yang hampir mengalir.

Riza merasa emosinya meluap saat dia memeluk ibunya. Kembali ke rumah selalu membawa kenyamanan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Sesampainya di rumah, Riza disambut oleh keluarganya yang sudah menunggu dengan makanan khas yang dia rindukan selama ini.

Namun, dalam hatinya, ada keinginan kuat untuk segera bertemu dengan Ardi. Meskipun mereka terus berkomunikasi lewat telepon, rasanya berbeda jika bertemu langsung.

Pertemuan dengan Ardi

Keesokan harinya, Riza menghubungi Ardi dan mengatur pertemuan di kafe tempat mereka biasa berkumpul. Ketika Riza tiba, Ardi sudah menunggunya di sudut ruangan dengan senyum lebar di wajahnya.

"Riz! Aku nggak percaya kamu beneran pulang!" seru Ardi sambil berdiri dan memeluk Riza erat.

"Aku juga nggak nyangka, Di. Rasanya aneh, tapi aku kangen semua ini," jawab Riza, merasakan kehangatan pertemanan mereka yang tak pernah pudar.

Mereka berbicara tentang segala hal—tentang pengalaman Riza di Eropa, perkembangan Ardi dengan proyek-proyeknya, dan kabar terbaru dari teman-teman mereka.

Meski Riza telah melalui banyak hal di luar negeri, pertemuannya dengan Ardi membuatnya merasa kembali ke diri sendiri, ke bagian hidupnya yang sangat dia hargai.

Pertemuan dengan Maya

Selain Ardi, Maya juga sudah menunggu kesempatan untuk bertemu dengan Riza. Sejak Maya pergi ke luar negeri untuk studinya, mereka jarang memiliki kesempatan untuk bertatap muka. Kini, Maya juga sedang berada di Indonesia, jadi mereka memutuskan untuk bertemu di tempat favorit mereka di tepi pantai.

Ketika Maya tiba, Riza bisa melihat perubahan yang lebih mendalam dalam dirinya. Ada ketenangan dan kedewasaan yang terpancar dari cara Maya berbicara dan bersikap.

“Kamu tampak lebih bahagia, Riz,” kata Maya sambil memandang laut. “Aku senang kamu menemukan apa yang kamu cari.”

Riza tersenyum kecil. “Aku belajar banyak, May. Tapi aku juga menyadari, pulang ke sini membuatku merasa lebih lengkap. Aku nggak bisa sepenuhnya meninggalkan semuanya di sini.”

Percakapan mereka terus mengalir dengan lancar, seperti dua teman lama yang saling berbagi cerita tanpa ada jarak di antara mereka. Meski ada perbedaan jalan yang mereka tempuh, hubungan mereka tetap erat.

Memikirkan Masa Depan

Setelah beberapa hari di Indonesia, Riza mulai memikirkan arah hidupnya ke depan. Meski Eropa menawarkan banyak peluang, ada sesuatu yang menariknya kembali ke tanah air. Dia merasa bahwa di sini, di tempat ini, ada akar yang tidak bisa ia tinggalkan begitu saja.

Namun, dia juga tahu bahwa pekerjaan di Eropa memberinya peluang besar yang tak bisa diabaikan. Saat ini, Riza berada di persimpangan jalan—antara memilih untuk kembali ke Eropa dan melanjutkan karier internasionalnya, atau mencari cara untuk menyeimbangkan antara karier global dan koneksi emosionalnya dengan Indonesia.

Riza berbicara dengan Ardi tentang dilema ini, berharap mendapat sedikit pencerahan.

"Aku paham perasaanmu, Riz. Kadang, kita memang merasa ditarik ke arah yang berbeda. Tapi aku yakin, apa pun yang kamu pilih, kamu bisa membuatnya berhasil. Kamu udah terbukti bisa sukses di dua dunia ini," kata Ardi dengan bijak.

To be continued
Published:16, September,2024

Masa Bintang [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang