(50)-Permulaan dari Akhir

4 4 0
                                    

•HAPPY READING•

***

Hari itu, meskipun langit di luar terlihat cerah, ada awan gelap yang menggantung di kepala Riza. Kemenangan di pengadilan hanyalah salah satu babak dari sebuah permainan yang lebih besar, dan Riza tahu itu. Para investor mungkin sudah kalah di depan hukum, tetapi mereka bukanlah tipe orang yang akan menyerah begitu saja.

Pagi itu, saat timnya bersiap untuk kembali ke rutinitas kantor setelah perayaan sederhana semalam, telepon di meja Riza berdering. Di ujung sana adalah Maya, dengan nada yang serius dan tegas.

“Kita punya masalah baru, Riza. Para investor berencana untuk melancarkan serangan balik, tapi bukan di pengadilan kali ini. Mereka akan memanfaatkan media untuk merusak reputasi kita,” kata Maya tanpa basa-basi.

Riza terdiam sejenak. Dia sudah memperkirakan akan ada langkah berikutnya dari para investor, tapi tidak menyangka akan secepat ini.

Di ruang rapat kantor, seluruh tim berkumpul. Rina, Andi, Dani, dan Bintang duduk mengelilingi meja besar, sementara Maya berdiri di depan, menyajikan laporan tentang ancaman terbaru yang dihadapi tim.

“Mereka akan melibatkan media besar dan para influencer untuk menjatuhkan kita. Artikel-artikel negatif sudah disiapkan, menyudutkan kita dengan berbagai tuduhan yang tidak benar. Ini tidak lagi tentang hukum, tapi tentang opini publik,” jelas Maya.

Dani, yang biasanya selalu bisa menemukan humor di segala situasi, kali ini tampak tegang.

“Mereka benar-benar ingin menghancurkan kita, ya?”

“Dan mereka tahu, serangan di media bisa lebih berbahaya daripada di pengadilan,” tambah Rina.

Riza menghela napas panjang. “Jadi, apa rencana kita? Kita tidak bisa hanya duduk diam dan membiarkan mereka mengambil alih narasi.”

Maya tersenyum tipis, menandakan bahwa dia sudah memikirkan rencana.

“Kita akan melakukan hal yang sama, tapi dengan cara kita. Kita punya bukti-bukti yang bisa membuktikan bahwa tuduhan mereka tidak berdasar. Kita juga punya dukungan dari beberapa media independen yang tidak bisa dipengaruhi oleh uang mereka.”

Bintang menimpali, “Tapi opini publik itu berubah cepat. Kita harus bergerak sekarang sebelum mereka berhasil membentuk persepsi buruk tentang kita.”

“Setuju,” kata Riza tegas. “Mulai dari sekarang, kita harus lebih vokal di media. Kita perlu berbicara dengan jurnalis, membuat pernyataan publik, dan memastikan cerita kita didengar.”

Andi, yang selama ini lebih banyak bekerja di belakang layar, angkat bicara. “Aku juga bisa membantu. Aku punya beberapa koneksi di media yang mungkin bisa membantu kita mendapatkan platform yang lebih besar.”

Maya mengangguk setuju. “Bagus. Kita akan meluncurkan serangan balik secara strategis. Tapi kita harus hati-hati—mereka bisa mencari celah di mana saja untuk menjatuhkan kita.”

Di tengah situasi yang semakin memanas, Riza menerima undangan pertemuan dari seorang pebisnis yang cukup berpengaruh, Pak Rahman.

Dia adalah sosok yang dikenal memiliki reputasi baik di industri dan tidak terlibat dalam permainan kotor seperti para investor. Pertemuan ini bisa menjadi kunci bagi Riza untuk mendapatkan dukungan yang lebih kuat.

Di ruang rapat sebuah hotel mewah, Riza bertemu dengan Pak Rahman. Pria itu langsung to the point.

“Saya tahu apa yang sedang terjadi dengan Anda dan tim Anda, Riza. Saya juga tahu bahwa para investor tidak akan berhenti sebelum mereka mendapatkan apa yang mereka mau.”

Riza mengangguk. “Itu benar. Mereka tidak hanya menggunakan jalur hukum, sekarang mereka juga berusaha menyerang kami melalui media.”

Pak Rahman tersenyum. “Saya di sini untuk membantu. Saya punya cukup pengaruh di media dan beberapa koneksi yang bisa membantu Anda menjaga reputasi perusahaan.”

Riza sedikit terkejut dengan tawaran itu. “Kenapa Anda ingin membantu kami?”

Pak Rahman menatapnya dengan serius. “Karena saya percaya pada orang-orang yang berjuang dengan jujur. Saya sudah terlalu sering melihat para investor seperti itu memanipulasi segalanya demi kepentingan pribadi. Dunia butuh lebih banyak orang seperti Anda, yang tidak takut berdiri untuk kebenaran.”

Riza terharu mendengar kata-kata Pak Rahman. Meskipun ancaman terus mengintai, setidaknya dia tahu bahwa ada orang-orang di luar sana yang bersedia mendukung perjuangannya.

Setelah pertemuan itu, Riza kembali ke kantornya dengan semangat baru. Dia dan timnya mulai menyusun strategi untuk menghadapi serangan media.

Rina dan Maya fokus pada kampanye media sosial, memastikan pesan-pesan mereka sampai kepada publik dengan cara yang positif.

Bintang dan Dani bekerja sama dengan jurnalis untuk mempublikasikan artikel-artikel yang menunjukkan sisi sebenarnya dari konflik ini.

Meskipun tantangan besar masih menanti, mereka merasa lebih siap dari sebelumnya.

Beberapa hari kemudian, artikel pertama dari para investor mulai muncul di media besar. Tuduhan-tuduhan tentang kecurangan bisnis dan manipulasi mulai tersebar, dan komentar-komentar negatif mulai membanjiri media sosial.

Namun, tim Riza tidak tinggal diam. Mereka merespon setiap tuduhan dengan bukti-bukti yang jelas dan kuat, serta memberikan wawancara kepada media yang mendukung mereka.

Di media sosial, Maya mengawasi setiap percakapan, memastikan bahwa cerita mereka tidak tenggelam oleh berita palsu yang disebarkan oleh para investor.

“Perang opini sudah dimulai,” kata Bintang saat mereka membaca artikel demi artikel yang beredar di internet. “Tapi kita tidak akan mundur.”

to be continued
Published:03, Oktober,2024

Masa Bintang [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang