(21)-Menghadapi Rintangan Baru

13 9 0
                                    

•HAPPY READING•

***

Setelah pencapaiannya di kompetisi desain, Riza mulai merasa lebih percaya diri dengan pilihannya.

Namun, perjalanan di dunia desain tidak selalu mulus. Meskipun telah mendapatkan pengakuan, tantangan baru segera muncul, menguji ketekunan dan dedikasinya.

Di kampus, semester baru dimulai dengan beban tugas yang semakin berat. Setiap dosen tampaknya ingin menantang mahasiswa untuk berpikir lebih dalam, lebih kreatif, dan lebih inovatif.

Riza merasakan tekanan ini lebih dari sebelumnya. Ada ekspektasi baru setelah kemenangan di kompetisi, dan dia tidak ingin mengecewakan dirinya sendiri atau orang-orang di sekitarnya.

Tekanan Ekspektasi

Setiap kali Riza duduk di depan komputernya untuk bekerja, pikirannya penuh dengan kecemasan. Tugas yang diberikan kali ini adalah membuat kampanye desain visual untuk sebuah produk fiktif.

Sementara teman-temannya dengan cepat menemukan ide-ide brilian, Riza merasa seolah-olah dia terjebak dalam kebuntuan. Pikiran tentang ekspektasi tinggi yang dia rasakan setelah kemenangannya di kompetisi selalu menghantuinya. Bagaimana jika dia tidak bisa membuat sesuatu yang lebih baik kali ini?

Maya, yang kini menjadi teman dekatnya, mulai melihat perubahan dalam diri Riza. “Kamu kelihatan capek, Za. Ada apa?” tanya Maya saat mereka duduk bersama di kafe kampus.

“Aku nggak tahu, May. Rasanya beban ini terlalu berat. Aku takut nggak bisa memenuhi ekspektasi,” jawab Riza dengan suara pelan.

Maya menatap Riza dengan tatapan penuh pengertian. “Aku tahu ini sulit, tapi kamu nggak harus sempurna setiap saat. Kita semua sedang belajar, dan nggak apa-apa kalau kadang hasilnya nggak sesuai harapan.”

Kata-kata Maya membuat Riza merenung. Mungkin dia terlalu keras pada dirinya sendiri. Mungkin dia perlu kembali menikmati proses belajar, bukan hanya fokus pada hasil akhirnya.

Pertemuan dengan Dosen Pembimbing

Dalam kebingungannya, Riza memutuskan untuk menemui dosen pembimbingnya, Pak Budi, yang dikenal bijaksana dan selalu memberikan nasihat yang membangun.

“Pak, saya merasa terjebak. Setelah menang kompetisi kemarin, rasanya ekspektasi pada saya terlalu besar, dan saya nggak yakin bisa terus memenuhi standar itu,” Riza mengungkapkan keresahannya.

Pak Budi tersenyum tipis. “Riza, di dunia seni dan desain, kamu harus ingat bahwa kreativitas itu seperti ombak. Kadang datang besar, kadang kecil. Kemenanganmu kemarin adalah pencapaian besar, tapi bukan berarti kamu harus terus menekan diri untuk selalu sempurna. Biarkan diri kamu bereksplorasi, jangan terjebak pada hasil akhirnya saja.”

Riza terdiam, merenungkan kata-kata itu. Mungkin benar, dia telah terlalu fokus pada tekanan eksternal dan lupa mengapa dia mencintai desain sejak awal—karena kebebasan untuk berekspresi dan berkreativitas.

Langkah Baru

Dengan semangat yang diperbarui, Riza memutuskan untuk memulai proyek kampanye desainnya dengan perspektif yang berbeda.


Alih-alih mencoba memenuhi harapan orang lain, dia memilih untuk mengekspresikan ide-ide yang paling mewakili dirinya. Setiap elemen desain yang ia buat kali ini terasa lebih personal, lebih menyenangkan, dan lebih menggambarkan karakter Riza yang sebenarnya.

Saat tenggat waktu semakin dekat, Riza merasa jauh lebih puas dengan hasil kerjanya. Dia menyadari bahwa kuncinya adalah tetap setia pada dirinya sendiri, bukan berusaha memenuhi ekspektasi yang dia kira orang lain miliki tentang dirinya.

Hari Presentasi

Hari presentasi pun tiba. Semua mahasiswa di kelas itu tampak tegang, termasuk Riza. Mereka harus mempresentasikan kampanye desain mereka di depan para dosen dan mahasiswa lainnya.

Ketika giliran Riza tiba, dia berdiri di depan kelas dengan senyum gugup, tetapi yakin. Dia menjelaskan proses kreatifnya, pilihan desain yang dia buat, dan mengapa dia memilih konsep yang lebih sederhana namun kuat. Saat presentasinya selesai, ruangan hening sejenak, dan kemudian tepuk tangan memenuhi aula.

Pak Budi tersenyum puas. “Ini adalah salah satu karya terbaik yang saya lihat di kelas ini, Riza. Kamu berhasil menunjukkan identitasmu dalam desain ini, dan itu yang paling penting.”

Riza merasa lega dan bangga. Dia berhasil melewati rintangan yang dia ciptakan sendiri. Lebih dari sekadar menyelesaikan tugas, dia berhasil mengatasi rasa takut dan tekanan yang selama ini menghantuinya.

Perkembangan Persahabatan

Selain menghadapi tantangan akademik, hubungan persahabatan Riza dengan Maya semakin erat.

Mereka saling mendukung satu sama lain di tengah tekanan tugas dan kehidupan kampus.

Sementara itu, hubungan Riza dengan teman-teman SMA seperti Rina dan Andi mulai berjarak karena kesibukan masing-masing.

Mereka tetap berhubungan melalui pesan singkat, tetapi Riza tahu bahwa mereka semua sedang menjalani hidup baru dengan tantangan masing-masing.

Di tengah perubahan ini, Riza menyadari bahwa masa-masa SMA telah berakhir, dan kini dia harus mulai mengukir kehidupannya sendiri di dunia yang lebih luas. Meskipun perubahan itu terasa menakutkan, dia siap untuk terus melangkah.

to be continued
Published:05,juli,2024

Masa Bintang [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang