cuarto;de repente familia

112 12 0
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾𝐃𝐈𝐒𝐓𝐑𝐔𝐓𝐓𝐎☽༓・*˚⁺‧͙


Julia kini tengah menonton televisi di kamarnya, yah dari kemarin ia memang tidak keluar kamar, bahkan masih memakai baju seragam, dan belum makan.

Bagaimana akan keluar? Pintunya saja dikunci. Julia ingin pulang.

Clek!

Keajaiban memang selalu menyertai Julia dan buktinya adalah pintu sudah terbuka dan menampakkan sesosok pria dengan tatapan tajamnya maju ke arah Julia dengan langkah tegas.

"Mandi, terus makan ke bawah" Ujarnya dingin lalu pergi lagi keluar.

Rasanya merinding sekali. Julia pun langsung berdiri karena ia tak sabar untuk makan, ia langsung membuka lemari pakaian dan ternyata banyak sekali pakaian remaja wanita seperti Julia.

"Padahal kemarin gak ada cewek disini" Pikirnya lalu langsung memilih pakaian dan membersihkan diri.

Jika ia tau dari kemarin disini ada pakaian, maka ia tidak akan copang caping seperti ini. Sialan.

Setelah semuanya selesai, Julia keluar, dan menanyakan tempat makan pada salah satu penjaga dan diantarnya dengan ramah.

Julia sampai di tempat makan lalu sebelumnya mengucapkan terimakasih pada penjaga tadi karena telah mengantarnya.

Dengan langkah ragu, ia berjalan menuju mereka, dan Holland dengan beberapa lainnya terlihat tersenyum menyambutnya.

"Kemari Lia, maksud saya Julia, kita makan bersama layaknya keluarga" Ajak Holland.

Julia yang semula melangkah biasa kini menghentikan langkahnya. "Tunggu! Gue kan di sandera, kok malah ngajak kekeluargaan" Ujar Julia.

Mereka pun semua terdiam dan beberapa menatap Holland. Yang ditatap langsung bertindak membawa Julia ke kursinya dan mendudukannya. Hampir saja semuanya tertawa karena Julia hampir tenggelam di meja makan.

"Jadi, sekarang kita adalah keluarga, ubah nama Mallardmu menjadi Zurzolo, paham?" Ujar Holland lembut.

"Ke.. kenapa?" Bingung Julia lalu menatap Sammuel yang sekarang sedang menggelengkan kepala pelan pertanda tidak tau.

"Ah.. Kita kebanyakan cowok nya, kali kali punya adik cewek gitu" Jelas Justin berbohong.

Julia pun mengangguk paham. "Tapi-"

"Tidak ada pertanyaan lain, Julia. Mulai saat ini kamu resmi menjadi keluarga Zurzolo" Ujar Holland yang ternyata sudah duduk di kursinya lagi.

Holland mengangkat gelas yang berisi anggurnya diikuti oleh adik adiknya yang lain, meskipun ada beberapa dari mereka yang terlihat tidak menerima keadaan Julia dikeluarga ini.

Selamat datang di keluarga barumu, nona. Tetaplah menjadi dirimu, sampai aku tau kau yang sebenarnya nona Zurzolo.

Acara makan pun dimulai, namun pikiran Julia masih berkecamuk, kenapa nama belakangnya dihilangkan? Bukannya itu nama biasa saja, kenapa harus dihilangkan.

Brak!

"Asu! HP gue dimana anjir!" Panik Julia disela sela makannya sambil menggebrak meja membuat semua yang ada dimeja makan menatapnya sengit.

Julia langsung berlari menuju kamarnya, mencari handphonennya dimana mana namun sepertinya tak ada, padahal hari ini ia harus mengupload videonya.

"Hpnya kemana.." Gumam Julia resah. Bukan karena apa apa, tapi itu pemberian mendiang sang ayah, bagaimana ia tidak sedih.

Sementara di tempat makan, semuanya terdiam saling tatap, hingga tiba tiba Petter berdiri dengan menyimpan garpu dan sendoknya cukup keras.

"Hem.. See? " Tanyanya pada Holland. "Pengacau" Ucapnya lalu pergi entah kemana yang pasti ke lantai atas.

Semuanya menghela nafas bersama. "Yah.. Mungkin setelah kuajari sopan santun, nona Mallard akan paham" Ujar Jay lalu melahap makanannya. "Maksudku.. Nona Zurzolo?"

Dikamarnya, Julia masih mencari cari handphonenya. Padahal benda itu cukup besar dan pasti sangat terlihat.

"Konten kreator hpnya unik ya?" Ujar seseorang tiba tiba.

Julia yang semua berjongkok dibalik kasurnya kini berdiri dan menatap Petter lalu tatapannya beralih pada handphonenya yang berada pada tangan Petter.

Kini wajahnya tersenyum cerah lalu berjalan menuju Petter dan hendak mengambil handphone itu, tapi Petter memasukan handphone itu kedalam sakunya.

"Lo-"

"Apa?" Tanya Petter sengit.

"Balikin HP gue!" Pinta Julia.

Petter mengeluarkan kembali handphone Julia. "HP ini?" Tanyanya lalu ia jatuhkan ke lantai dengan wajah nya yang terlihat mengesalkan.

Julia yang melihat itu marah besar dan hendak mengambil handphonennya namun Petter menginjak handphonenya dengan keras.

"Lo apa apaan sih?! Itu HP gue!" Bentak Julia marah.

"Lalu?" Tanyanya. "Benda kayak gini bisa di sebut sebagai handphone ya?" Ujarnya menatap handphone yang sudah hancur itu. "Rongsokan"

Julia yang marah segera mendorong pundak Petter dengan sekuat tenaga hingga Petter memundurkan diri satu langkah.

Julia langsung mengambil Handphone nya yang terlihat sudah rusak dan berusaha menyalakannya namun tak kunjung menampilkan gambar apapun.

"Maksud lo kayak gini tuh apa hah?! Bisa gak jadi orang jangan seenaknya?! Kalo gak tau apa apa jangan bertindak kurang ajar!" Bentak Julia.

Petter tersenyum sungging. "Lo segininya gara gara HP itu? Ck! Miris" Ujarnya.

"Lo yang gak tau apa apa! HP ini pemberian bokap gue! Dan lo! Gak akan pernah tau gimana rasanya!" Ujar Julia lalu pergi keluar dari kamarnya, berlari kecil untuk keluar dari rumah ini dengan air matanya yang bercucuran.

"Lia?" Gumam Justin yang melihat Julia berlari kecil keluar rumah dengan air matanya.

Justin langsung berlari. "Julia!" Panggilnya namun Julia tak mengindahkannya.

Justin pun menarik tangannya agar Julia berhenti. "Why? What's wrong with you?" Tanya Justin lembut.

"Julia" Panggil Holland tiba tiba. "Ikut saya ke ruang tengah, bersama Justin" Titah Holland lembut lalu pergi dari sana.

Justin pun merangkul Julia untuk menenangkannya. "Hapus air matanya ya, jangan keliatan sama yang lainnya, oke?" Ujar Justin lembut yang diangguki oleh Julia.

♤♠︎♧♣︎

Jangan lupa vote sayang ♡

𝐃𝐈𝐒𝐓𝐑𝐔𝐓𝐓𝐎 (𝙼𝙰𝙵𝙸𝙰 𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈) || 엔하이픈 ᴇɴʜʏᴘᴇɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang