veintitrés;bad

77 8 0
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾𝐃𝐈𝐒𝐓𝐑𝐔𝐓𝐓𝐎☽༓・*˚⁺‧͙

Julia sudah sampai di lantai 6, dan lift pun terbuka menunjukan beberapa karyawan dengan dua CEO yang sedang bersalaman bersama.

Gadis itu malu jika melewati mereka, tapi disisi lain, ia juga harus menghindari para security yang sudah di lantai 6 juga itu.

Mau tak mau ia langsung berlari ke arah yang tak menentu hingga tatapannta jatuh pada wajah Holland yang melihat dirinya dengan heran.

"Lia?" Gumamnya membuat CEO disampingnya menatap Julia juga.

CEO itu menghela nafas. "Bagaimana bisa orang gila ini masuk ke dalam gedung Elit seperti ini?" Ujarnya pada Holland.

Holland tak peduli dan hanya menatap CEO paruh baya itu dengan tajam.

Julia berlari dan segera memeluk Holland. "AAAA TOLONGGG GUE TAKUTT!" Teriak Julia membuat dirinya menjadi atensi saat ini.

"Selamat pagi pak, mohon maaf sebelumnya, ada penyusup masuk secara tiba tiba-"

Julia terlihat marah langsung menyimpan kedua tangannya di pinggang dan menatap kedua security itu dengan tatapan sengit.

"Heh! Apa lo bilang?! Cantik cantik gini lo bilang gue penyusut?! Kasih tau bang!" Titah Julia yang menepuk pundak Holland.

"Anda jangan seenaknya menepuk pundak tuan Holland!" Marah salah satu Security disana.

CEO paruh baya yang bekerjasama dengan Holland berbicara. "Anak zaman sekarang itu memang tidak tau sopan santun. Seenaknya berbicara dan bertindak" Ujarnya.

"Anda anak siapa? Dari keluarga mana? Apa orang tua Anda tidak mengajari Anda sopan santun? Setidaknya tau situasi kondisi dan tempat. Ini bukan tempat untuk bermain" Cerca CEO itu. "Anak tidak tau sopan santun"

Julia terdiam. Ia menyadari, tindakannya memang membuat kegaduhan seisi gedung dan membuat Holland menahan rasa malu nya didepan clien nya sendiri karena ulah Julia.

"Saya..." Gumam Julia dengan suara getir.

"Dia adik saya" Kini Holland bersuara membuat semuanya kaget melihat fakta satu itu. Meski mereka tau Holland memiliki adik perempuan, tapi mereka tak pernah tau wajah aslinya.

CEO paruh baya tadi terlihat gugup. "A-ah.. Maksud saya-"

"Maaf, jika adik saya membuat Anda risih" Ucap Holland. "Dan.. Maaf kembali, saya tidak menyukai perkataan Anda terkait adik saya. Anda tau apa? Bukankah Anda juga adalah orang tua yang tak pernah bisa menjaga mulutnya sendiri?"

"Saya memutuskan kontrak kerjasama ini, dan Anda bisa keluar dari sini"

Holland merobek kertas yang asistennya bawa itu dan memberikan kode pada kedua security tadi untuk menuntun CEO tua itu keluar gedung.

"Tapi, saya tidak bermak- tuan Holland, anda tidak bisa memutuskan sepihak sepeti ini"

"Dan anda tidak bisa berbicara seenaknya di depan saya" Balas Holland.

CEO tua itu gelagapan dan berakhir keluar gedung dengan kekesalannya. Asisten Holland yang tau apa keinginan Holland segera memerintah beberapa anak buahnya untuk mengurusi CEO itu.

Di lain sisi, Julia terdiam, merasa bersalah karena kelakuannya. Ia pun berjalan perlahan meninggalkan Holland namun yang ditinggalkan segera menariknya.

"Mau kemana?" Tanyanya lembut.

Julia menunduk dan melepaskan cengkraman Holland perlahan. "Maaf.." Lirihnya getir.

Holland mengusap surai Julia. "Its okay. Its anyone sick?" Tanyanya lembut yang diberikan gelengan oleh Julia.

"My bad. Aku mau pulang, maaf bikin abang malu, maaf, karena aku gak deket sama ayah bunda, jadi aku.."

Holland memeluk Julia dan menenangkannya. "Kenapa minta maaf? You didnt do anything wrong, babe. Don't worry "

Ucapan itu sungguh menenangkan untuk Julia membuat dirinya membalas pelukan Holland dengan tangisannya.

"Jangan pikirin kata orang tadi, sebentar lagi dia pasti nyesel. Pulang aja yuk" Ajak Holland lalu membawa Julia yang masih memeluknya menyembunyikan wajahnya yang malu karena menangis.

"Kenapa kamu kesini?" Tanya Holland di tengah perjalanannya.

Julia memberikan ponsel Holland. "Ponsel abang ketinggalan" Ucapnya namun Holland malah tertawa terbahak bahak membuat Julia heran. "Kenapaa ketawa.."

"Abang kan punya HP yang lain, sayang. HP yang itu gak abang pake buat kerja.." Ujarnya lembut.

Julia langsung mendorong Holland. "Ih abang mah gak bilang! Aku kan harus capek capek kesini! Ish!" Kesal Julia.

Holland tertawa. "Ya siapa juga yang nanya" Ucapnya.

༶•┈┈⛧┈♛

"Beritahu Julia sebelum Francisco memberitahunya" Titah seorang pria dengan jas berwarna mocanya.

Pria yang lainnya dengan hoodie hutamnya tersenyum kecil. "Mau sampai kapan kamu mengkhianati tuan mu itu? Dasar pengkhianat"

"Pengkhianatan akan terus terjadi. Bohong jika semua pembisnis dan seseorang yang gila kekuasaan tidak berkhianat, pada manusia, Tuhan, ataupun uang. Demi perusahaan dan.. Kekuasaan, apapun bisa dilakukan"

Pria dengan hoodie hitam itu terkekeh. Apa yang dikatakan kakaknya benar. Pengkhianatan menjadi kunci kesuksesan.

"Jangan lupakan bahwa kau juga pengkhianat, adikku"

♠︎♤♣︎♧

Aku mungkin bakal bawa cerita ini sampe chapter 35, atau empat puluh ya teman teman!! Semangat membacaa!

Jangan lupa votee

𝐃𝐈𝐒𝐓𝐑𝐔𝐓𝐓𝐎 (𝙼𝙰𝙵𝙸𝙰 𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈) || 엔하이픈 ᴇɴʜʏᴘᴇɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang