‧͙⁺˚*・༓☾𝐃𝐈𝐒𝐓𝐑𝐔𝐓𝐓𝐎☽༓・*˚⁺‧͙
Hari kedua di Swiss, mereka mengadakan acara ulang tahun Julia dengan mengadakan makan malam bersama. Meski telat Julia tetap bersemangat.
"Tiup lilinnya, abis itu make a wish! " Ujar Ricky dengan semangatnya.
Julia pun segera meniup lilinnya dan merapalkan harapan di dalam hatinya. Banyak sekali yang ia inginkan.
'Semoga, bisa tinggal lebih lama sama abang abang. Semoga bisa berdamai sama semuanya. Semoga semuanya lancar dan sehat. Semoga orang tua kita bahagiaa. Dan.. '
"Lama amat, kayaknya lo matre banget deh minta doa banyak banyak" Cibir Petter.
Julia hanya tersenyum singkat lalu memotong kue nya dan menyuapi para kakaknya setelah itu Damian.
Setelah selesai, mereka memberikan Julia banyak hadiah. Mulai dari perhiasan, Ipad, bahkan sertifikat rumah.
"Ngapain ngasih gue sertifikat rumah?" Tanya Julia pada Petter.
Petter terdiam. "Siapa tau lo butuh, soalnya rumahnya tahan gempa, tsunami, banjir, tahan peluru, anti badai" Jawab Petter dengan semangat.
"Anti badai ndas mu!" Cibir Sammuel.
Petter berdecak. "Tapi rumahnya lumayan kan buat manusia travel size kayak lo"
Menyelesaikan percakapan, mereka pun pergi ke halaman rumah dan bersiap siap untuk barbeque an disana, dan jika sudah seperti ini, pasti saja ketujuh pria itu pasti mabuk tanpa sepengetahuan Julia tentunya.
Setelah semuanya matang, mereka menyiapkan api unggun untuk menghangatkan diri karena rencananya mereka akan begadang merayakan hari ulang tahun Julia.
"Gue belum pernah ngerasain ini sebelumnya" Celetuk Ricky di tengah keheningan malam. "Gue belum pernah ngerasa sehangat ini di dalam keluarga ini. Gue belum pernah ngerasain rasanya ngerayain ulang tahun kayak gini, gue juga belum pernah.. Sedeket ini sama kalian" Dia tersenyum lembut.
"Gue bener bener bersyukur, karena lo, kita bisa sehangat ini" Ujar Ricky menatap Julia lembut. "Keluarga yang gue pikir dingin, suram, dan kejam ini, ternyata bisa sehangat ini karena lo. Makasih juga buat semuanya, karena kalian disini berperan sebagai pelengkap kehangatan" Jelasnya.
Julia tersenyum begitupun yang lainnya. Mereka mengerti bahwa ternyata kebahagiaan tidak sulit untuk didapatkan.
"Di hari perayaan ulang tahun gue. Gue ucapkan terimakasih sama kalian semua. Jujur, gue juga belum pernah ngerasain hal yang kayak gini. Gue belum pernah dirayain ulang tahun, sama ayah bunda pun belum karena mereka terlampau sibuk" Jelas Julia dengan wajah sumringahnya.
"Gue minta maaf, gue udah egois, gue gak bisa ngertiin perasaan kalian. Maaf juga, karena dilain sisi kehadiran gue disini mungkin cuma benalu buat kalian karena gue nyusahin"
"Makasih juga, bang"
"Berkat kalian, gue belajar gimana caranya supaya lebih dewasa dan bertindak dengan pikir panjang. Makasih udah adopsi gue dan anggap gue sebagai adik kandung kalian"
"Tolong.."
"Tolong tetep jadi abang gue dikehidupan selanjutnya. Tolong tetep jagain gue sampe gue bisa jaga diri gue sendiri"
Semuanya tersenyum lembut mendengar peruntunan kata Julia yang membuat mereka terharu.
"Pesan dari gue.. Lo jangan pernah tumbuh, jangan dewasa, biar lo selalu gue jaga" Jelas Jay.
Semuanya tertawa singkat mendengar pesan dari Jay yang sangat mustahil.
Holland yang ada disamping Julia mengusap surainya lembut. "Maaf, abang belum bisa jadi kakak yang baik buat kalian semua. Dari kecil kalian udah banyak ribut sama bisnis bahkan sampai sekarang"
"Sebanyak banyaknya harta abang, abang gak akan pernah bisa ngasih apapun sama kalian sekalipun seluruh harta abang karena itu gak seberharga sama kasih sayang abang buat kalian semua"
"Kalian adalah hal yang paling penting buat abang. Maka dari itu, jangan pernah berpisah. Buat Ricky khususnya, maaf abang baru bisa kasih kehangatan sekarang"
"Untuk yang lainnya juga. Maaf abang belum bisa nunjukin rasa sayang abang dengan baik. Tapi, abang tau, kalian pasti tau seberapa besar kasih sayang abang"
Mereka kembali tersayat. "Gue sebagai anak kedua, gue bakalan bantu bang Holland, gue bakal jadi orang yang bermanfaat buat semuanya, khususnya Julia"
Semuanya pun terdiam. Mereka kini mulai mengerti satu sama lain, tanpa mereka sadari, mereka sudah saling menceritakan diri mereka masing masing lewat telepati.
"Kalian jadi suka deeptalk ya kalo mabok" Ujar Petter tiba tiba membuat Julia mengeritkan dahinya.
"Kalian mabok?!" Tanya Julia marah. "Ish! Pantesan bau alkohol! Ck! Jangan mabok depan gue lagi!" Kesalnya.
Mereka pun meminta maaf pada Julia masih dengan keadaan sadar meskipun terus meminun alkohol.
Banyak percakapan yang mereka keluarkan saat itu. Hingga Julia menatap Justin lamat. Entah mengapa, kini Justin menjadi pusat perhatiannya.
"Bang.." Panggil Julia yang masih menopang dagunya menatap Justin yang duduk disamping sebelah kirinya.
Justin menoleh dan berdehem sebentar dengan pipi merahnya karena pengaruh alkohol saat itu.
"I like your lips "
Entah mengapa, mungkin Julia juga mabuk akan ketampanan letujuh pria didepannya, apalagi Justin. Dia sempurna saat mabuk.
Justin menjadi salah tingkah dan menyentuh bibirnya sambil menahan malu. "My lips.."
"Apaan sih! Bibir gue lebih menggoda tau!" Kesal Altar tiba tiba.
Julia menggeleng. "Bagusan bibir bang Justin" Jawabnya enteng membuat Altar mendengus sebal.
Mereka tertawa karena memang benar, bahagia itu sederhana dan tak perlu mengorbankan siapapun.
♧♣︎♠︎♤
HAPPY EID MUBARAK!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐈𝐒𝐓𝐑𝐔𝐓𝐓𝐎 (𝙼𝙰𝙵𝙸𝙰 𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈) || 엔하이픈 ᴇɴʜʏᴘᴇɴ
FanfictionCerita yang penuh mystery, dan penuh plot twist, ayo baca!! Description👇 ‧͙⁺˚*・༓☾𝐃𝐈𝐒𝐓𝐑𝐔𝐓𝐓𝐎☽༓・*˚⁺‧͙ Apakah kedatangannya hanya menjadikan keluarga ini menjadi hancur? Julia, gadis yang disalahgunakan oleh seorang pria paruh baya bernama Gi...