Hari ini adalah jadwal arisan ibu-ibu dari RT 04. Karna sudah bulan Januari, maka mereka akan memutar ulang dari awal arisan selama 12 bulan lagi. Walaupun usia kehamilan Nara sudah tergolong tua, tapi dia tetap pada pendiriannya yang tidak mau absen dari arisan bulanan.
"Hari ini arisannya mangkal dimana kamu?" tanya Alvaro sambil menuangkan segelas air putih pada Nara, mereka tengah makan siang bersama dirumah pada Minggu siang hari ini.
"Dirumah mbak Syafira kayanya," balas Nara.
"Berarti nanti jalan atau dianterin aja sama aku?" tanya Alvaro lagi sambil membawa nasinya ke wastafel dekat tempat makan mereka.
Nara tampak berfikir sejenak, "Aku agak males jalan sih, yaudah anter aja deh." Nara bangkit dari kursinya menuju wastafel juga. Nara segera mencuci tangannya dan membuka keran wastafel.
"Lah kok gak bisa nyala sih ini kerannya." Nara sedikit menarik lebih kencang lagi keran itu, dan sedikit-sedikit pula memukul kerannya.
SRRR
"Eh-eh-eh airnya tolong sayang, kerannya bocor!" teriak Nara sambil menjauhkan wajahnya dari keran yang terus memercikkan air deras kemana-mana.
"Nara tahan dulu pake tangan kamu! aku cari obeng bentar." Alvaro berlari menuju laci bawah dapur yang banyak terdapat alat-alat tukang, didapatnya lah obeng untuk menutup keran sementara. Setelah selesai membautnya, ternyata keran belum betul seperti semula.
"Ini mah harus panggil tukang sih."
Ting nong
"Eh ada yang bel, coba buka pintu dulu. Biar aku yang bersihin airnya," suruh Nara, Alvaro pun mengangguk dan segera membuka pintu kepada tamu yang datang.
"Loh Ravens, kenapa ya?"
Ravendra mengisyaratkan agar Alvaro sedikit mendekati dirinya untuk bicara, "Nanti kan semua cewek-cewek ini pada mau arisan tuh. Aku, Irsyad, sama Imran udah rencanain mau main ML nih," bisik Ravendra dengan hati-hati karna takut Nara akan mendengar hasutannya pada Alvaro lagi dan lagi.
Alvaro terbelalak mendengar ide dari Ravendra itu. Dia tampak berfikir sejenak, dan memeriksa kegiatannya nanti sore.
"Ide cemerlang tuh Rav, eh kumpul dimana kita nih?" tanya Alvaro tak sabaran. Dia memikirkan role apa yang akan dipakainya nanti ketika sedang mabar.
"Gak usah mikir berat gitu, kan biasa juga jadi beban. Udah pick nana aja." Ravendra menepuk-nepuk kecil pundak Alvaro.
Ravendra mendengar celotehan Nara dari dalam, kemudian dia melihat Nara sedang sibuk dengan membersihkan air yang ada di sekitar wastafel tadi.
"Kenapa Wastafelnya ro?" tanya Ravendra sembari menunjuk kearah Nara yang sibuk memeriksa wastafel rusak itu.
"Bocor itu, gak tau dipakein jurus apa sama si Nara. Yang jelas tu wastafel jadi rusak deh."
Ravendra menyuruh Alvaro untuk mendekat lagi, kali ini lebih dekat sehingga hanya mereka berdua yang mengetahuinya.
"Itu artinya kamu harus hati-hati Var, yang jelas itu Nara lagi ngebuktiin kalau dia itu lebih kuat sampe bisa patahin wastafel gitu aja," bisik halus Ravendra, diakhiri dengan tawaan mengerikan nya seolah menakuti pasutri beranjak setahun itu.
Ravendra pergi dengan melambaikan tangannya, tanpa melihat kebelakang. Alvaro memikirkan kebenaran dari perkataan Ravendra barusan. Dia kemudian memanggil tukang perbaikan wastafel untuk membersihkan kekacauan air itu sekarang juga.
~~
"GALON GALON!"
Teriak tukang galon keliling dan di komplek 04 dia selalu dipanggil gahar, Galon Fikhar. Kali ini gahar mengantar 2 galon milik Alvaro dan Nara.
"IYA SEBENTAR!" teriak Nara, sebelum gahar mengetok lebih kencang lagi. Namun saat Nara berjalan, Alvaro menerobos Nara sehingga dia dahulu yang mendapat pintu untuk dibuka.
"Loh biasa mbak Nara yang bawa ke dalam pake troli mas?" heran Gahar melihat Varo yang masih ngos-ngosan akibat menyerobot Nara. Nara pun sedikit terkekeh mendengar pernyataan Gahar.
Alvaro memberi tatapan sinis pada Gahar, "Sini galonnya, banyak omong deh, karna hari ini minggu jadi ku angkat," kata Varo percaya diri, dia kemudian menatap Nara memamerkan dirinya yang sedang mengangkat galon satu persatu untuk dibawa ke dalam.
"Tumben itu mas Varo keluar hari minggu, biasa dirumah aja kalau yang empat itu gak ajak keluar," sindir Gahar saat Varo masih di dekat pintu, maksudnya empat adalah Irsyad, Imran, Ravendra, da Fahmi.
Nara diam, apa lagi yang Alvaro rencanakan sekarang. Tidak aneh jika Alvaro tiba-tiba berubah begini. Pasti ada sesuatu yang dia rencanakan.
~
Sekarang pukul 4 adalah waktu untuk mereka memulai arisan. Ravendra pun suda tiba di tempat tongkrongan yang telah mereka sepakati.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Merekapun tiba di rumah Fahmi, namun sepertinya Fahmi tidak berada dirumah. Dan Akim pun terus menangis.
"Duh Akim kayanya pengen dirumah aja deh, aku gak ikut main dulu ya!" teriak Imran, dia pun langsung berlari kerumah kembali dan menutup pintu rapat. Imran memanfaatkan kesempatan saat Akim menangis untuk tidak ikut game agar dia tidak kalah bermain lagi, karna Alvaro adalah sumber dari kekalahan mereka.
"Ka-kayanya Risha ada suruh nyuci piring sebelum dia balik arisan, pulang duluan ya!" Sekarang Irsyad pun ikut meninggalkan juga. Karena, exp lane terbaik satu kecamatan mereka telah pulang kerumah. Ini akan meminimalisir terjadinya kemenangan saat mereka bermain game.
"Alasan busuk, bilang aja mereka gak mau main karena ada Alvaro," batin Ravendra kesal, akhirnya dengan terpaksa dia pun mengajak Alvaro bermain dirumah saja.
Sesampainya dirumah Alvaro, mereka langsung duduk di sofa dan menyantap cemilan yang terdapat disana. Ravendra berbaring di sofa terpanjang dan mengambil bantal sebagai sandarannya.
"Gimana kalau kita cerita-cerita aja deh var, gak seru kalau main berdua aja."
"Kebetulan aku mau cerita," ucap Alvaro.
"Nara tuh ya, dia tuh merasa paling hebat terus. Tadi aja Gahar nanya aku pas angkat galon, Si Nara malah ketawa gak jelas kaya meremehkan."
"Makanya, kamu itu harus lebih menunjukkan kalau 'aku bisa lebih dari Nara' kalau udah berhasil, Nara bukan cuma kalah, tapi dia bisa semakin cinta sama kamu karna keren banget. Cewe itu paling suka cowo keren."
Alvaro memikirkan bagaimana imutnya Nara bila membutuhkan bantuan pria tampan seperti dirinya. Doktrin dari Ravendra tak pernah gagal pada siapapun di komplek itu. Mereka akan mengikuti saran dari Ravendra.