🌿24🌿

189 29 13
                                    

Hari sudah larut ketika Jieun keluar dari rumah sakit, hampir jam sebelas malam.  Hari ini dia bisa saja pulang lebih awal namun karena kejadian urgen dan membutuhkan operasi dadakan sedangkan  dokter Seoh pun masih melakukan operasi diwaktu yang sama maka Jieun ditunjuk untuk menangani operasi tersebut.

Sampai di parkiran rumah sakit, Jieun terkejut dengan kehadiran Jungkook yang bersandar pada mobil miliknya.  Pria itu mendongak dan keduanya saling menatap dalam diam,  Jieun sempat terpaku beberapa saat namun tak lama senyuman menghiasi wajahnya yang tampak lelah. Jungkook melangkah cepat kearah kekasihnya, dan  begitu tiba didepannya pria itu langsung mendekap Jieun erat. Menumpahkan semua emosinya disana.

"Jung...", panggil Jieun sambil menepuk halus punggung Jungkook.

Rasa khawatir menghampiri Jieun bilamana kekasihnya itu dalam masalah serius mengingat semalamJungkook meninggalkannya dengan terburu-buru. Wanita cantik itu sempat mengirimkan chat menanyakan kondisi pria itu, namun tak seperti biasa, tak ada satu pun balasan yang diterimanya. 

"Biarkan aku seperti ini lebih lama", balas Jungkook. Sesungguhnya hati pria itu berteriak meminta pengampunan sang kekasih,  namun tak punya nyali untuk mengutarakannya langsung. 

Sedangkan perasaan Jieun untuk kedua kalinya sejak semalam merasa tak enak entah mengapa. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang terjadi. 

"Jung.. semuanya baik-baik saja ??"

"Hmmm... semua baik-baik saja sayang, aku hanya rindu", ujar Jungkook yang menangkup wajah mungil Jieun, mengecup mata, hidung, pipi dan berakhir memberikan ciuman panjang dibibir cherry itu. Sentuhan Jungkook tampak berbeda, ada ketakutan dan putus asa disana. Mungkin dunia mengutuknya, semalam menghabiskan waktu intim bersama sang mantan, hari berikutnya kembali kepelukan sang kekasih.  Jungkook tak peduli, hatinya jelas tahu siapa rumahnya.


"Kau yakin ?? tidak ingin menceritakan sesuatu ???", sangsi Jieun.


"Aku yakin sayang, ayo kita pulang, kamu tampak sangat lelah", jawab Jungkook sambil mencium punggung tangan kekasihnya, memimpin jalan menuju kendaraan Jieun yang terparkir. 


Pria itu jelas menghindar dan  mata Jieun menangkap sinyal itu.


"Pembohong".

Hubungan bukan tentang saling mencintai saja, tapi juga tentang saling setia dan  percaya.



Jika kamu berpikir Jieun begitu naif, maka kamu salah. Hidup di negeri asing tanpa sokongan keluarga, berjuang seorang diri, jatuh bangun hidup pernah dikecapnya. Bertemu banyak orang secara alami mengajarkan Jieun seperti apa manusia itu. 

Jieun tidak perlu menempatkan orang untuk mengintai kekasihnya dan tak harus menempel pada pria itu  dua puluh empat jam untuk mengetahui kebenaran. Bukankah kelebihan seorang wanita adalah perasaannya yang tajam, dan kelebihan seorang Lee Jieun adalah logika yang tak ingin dibutakan oleh cinta.

Jieun diam bukan dia tak tahu apa-apa. Jieun diam bukan berarti dia tidak melihat dan tidak mendengar. Hanya saja wanita itu memilih diam dan melihat apa yang akan Jungkook lakukan selanjutnya .

Bagi Jieun kebenaran itu seperti operasi, memang sakit namun menyembuhkan.Sedangkan kebohongan seperti pembunuh rasa sakit, memang memberikan bantuan instan namun memiliki efek samping selamanya.




* * *

MINE (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang