Eric POV
"Sam...Sam...Sam" teriakku berusaha meraih ujung kemejanya. Genggamanku terlepas, tubuh Sam mulai terseret menjauhi pantai. Tangannya yang sedari tadi berusaha meraih tanganku mulai tak bergerak. "Sam jangan menyerah..." teriakku dengan isakan yang menjadi-jadi.
Aku berenang ke arahnya, masih berusaha meskipun tubuhku susah digerakkan. Aku melawan arus, aku harus menyelamatkan Sam. Aku tak ingin kehilangannya, aku tak ingin penantian 20 tahun sia-sia karena hari ini. Aku terus berenang menuju tubuh Sam yang kini mulai terkulai lemas.
Ototku telah menegang karena kelelahan, tapi semua itu sudah tak kurasakan lagi saat tanganku berhasil meraih tubuh Sam. Hujan pun berhenti seakan hanya ingin mempermainkan diriku. Aku berhasil membopong tubuh Sam ke tepi pantai. Grace sangat mencemaskan keadaan Sam, begitu pun dengan diriku. Ku lihat Gilbert hanya terpaku menyesali dirinya yang tak mampu menarik tubuh Sam.
Aku tak ingin mempedulikannya, sekarang yang harus ku lakukan adalah memompa air laut dari paru-paru Sam. Wajahnya yang pucat dan tubuhnya yang semakin dingin membuatku panik. Ku kaitkan kedua tanganku dan menekannya di dada Sam.
"Sam...bangun Sam" racauku. "Sam...jangan tinggalkan aku Sam. Aku tak tahu bagaimana menjalani hidup tanpamu". Sudah 15 menit tanganku tak berhenti menekan dada Sam, tapi yang empunya tubuh tak kunjung sadar.
"Zef...kau harus menekannya terus, Sandy tidak akan bisa bernafas kalau air di paru-parunya belum keluar" kata Grace dengan isakannya. "Kau harus berjuang Zef, demi Sandy. Demi orang yang kau cintai". Aku seperti mendapatkan kembali kekuatanku dan ku pompa lagi tanganku.
Setelah 10 menit berlalu, air dari paru-paru Sam mulai keluar.
Haaauuuhhh, uhuk uhuk...
Namun, Sam kembali tertidur. Wajah pucatnya kini mulai memerah yang menandakan jantung dan paru-parunya mulai bekerja kembali. "Syukurlah Sam" isakku sambil memeluk tubuhnya.
"Zef, sebaiknya kita segera membawa Sandy ke rumah sakit terdekat" sahut Grace. Aku setuju dan aku segera membawa Sam menuju mobil. Sementara Grace dan Gilbert menyiapkan baju ganti untuk kami.
Setengah jam kemudian, kami telah sampai di Waterford Central Hospital dan Sam segera mendapatkan perawatan di instalasi gawat darurat.
Tubuhku masih bergetar hebat karena tangisan dan juga hawa dingin dari pakaian basahku. "Zef, sebaiknya kau segera mengganti pakaianmu. Aku yakin Sandy pasti baik-baik saja" bujuk Grace seraya menyerahkan baju ganti untukku. Aku mengangguk dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diriku.
"Gilbert kemana?" tanyaku setelah kembali dari kamar mandi. "Dia sedang membeli makanan untuk kita Zef" jawab Grace berusaha tenang. "Anak itu, ini semua gara-gara anak itu. Kalau saja Gilbert tidak memaksa Sam untuk ikut, pasti ini semua tidak akan terjadi Grace".
"Tenanglah Zef. Jangan mencari kambing hitam atas musibah ini" lirih Grace untuk menenangkanku. "Kau, kau terlalu mencintai Gilbert. Aku tak heran kalau kau membelanya Grace".
Ppplllaaakkk...
"Jaga omonganmu Zef. Tenanglah, aku tak akan mencampur adukan cintaku pada Gilbert dengan musibah ini. Ku mohon jernihkan pikiranmu, kau hanya kelelahan Zef. Kau terlalu mencemaskan Sandy. Sudah ku bilang Sandy akan baik-baik saja, dia akan bertahan untukmu Zef" nada suara Grace sedikit meninggi, dan tamparan tangannya menyadarkanku.
"Grace..." panggil Gilbert yang tanpa kami sadari sudah berada di belakang kami. "Apa benar kau mencintaiku?". Grace mengangguk kecil. "Tidak Grace...kau tak boleh mencintaiku. Aku...aku mencintai Sandy. Maafkan aku Grace" kata Gilbert.
Tangis Grace pecah ke udara dan dadaku terasa perih saat Gilbert menyatakan bahwa dia mencintai orang yang ku cintai. Gilbert pergi meninggalkan kami dan Grace berusaha mengejarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Little Brother
RomanceSam, seorang pemuda tampan, pengertian dan sabar. Salah satu tipe orang yang sensitif pada janji, dia akan benar-benar marah saat ada orang yang mengabaikan janjinya. Eric, seorang eksekutif muda nan rupawan, dengan banyak kesibukan. Ia memiliki ban...