{20}

5.7K 423 28
                                    

Alisha POV

Aku baru sampai di apartemenku sekembalinya dari rumah sakit. Pertemuan dengan Ovan membuat hatiku semakin ragu untuk melanjutkan perjodohan dengan Damian. Bukan Damian yang harusnya bertanggung jawab atas bayi yang ada di kandunganku ini. Andai waktu itu aku tak menerima perlakuannya. Andai aku bisa mengungkapkan apa yang telah terjadi sebenarnya.

"Kau memang wanita yang paling bodoh Al" umpatku dalam hati. Aku mulai menangis di ranjangku hingga kemudian aku tertidur karena kelelahan.

~~~~~~~

Aku terbangun saat mendengar suara TV dari ruang bersama. Aku turun dari ranjangku dan keluar dari kamar. Kulihat Damian sedang asik dengan kudapan di tangannya. Matanya masih fokus menatap film yang sedang ia putar.

"Ian..." lirihku. Damian menoleh ke arahku dan tersenyum simpul. "Kau sangat lelap tadi, jadi aku tak berani membangunkanmu". Aku hanya terdiam dan duduk di sampingnya.

"Aku lelah dengan semua ini, Ian" kataku seraya menyandar di pundaknya. "Al, aku tak ingin membahas ini lagi. Aku tulus membantumu. Aku tak ingin bayimu lahir tanpa Ayah" sahut Ian sambil mengelus lembut puncak kepalaku.

"Tadi siang aku bertemu Ovan. Dia hanya tahu kalau Ayah dari bayiku ini adalah kau. Aku ingin menjelaskan semuanya tapi Ovan tak memberiku kesempatan" kataku. "Kau tak perlu menjelaskan ini semua pada Ovan. Biarlah dia tahu bahwa aku adalah Ayah bayimu".

"Tapi kau tak harus bertanggung jawab atas bayiku, Ian" sanggahku. "Al, it's okay. Aku melakukan ini semua agar Ovan bisa menjaga Radith" jawab Ian. "Apa kau tahu kalau Ovan sayang Radith?" tanyaku.

Ian mengangguk seraya tersenyum. "Aku tahu semuanya Al. Dulu kami adalah sahabat, hingga hari itu Ovan menyatakan cintanya untuk Radith. Tapi Radith menolaknya penuh keyakinan karena Radith hanya mencintaiku".

"Ian, apa kau juga mencintai Radith?". "Aku sangat mencintainya, Al. Lebih dari siapapun" jawab Ian.

Aku tak tahu harus memberi komentar seperti apa, lidahku kelu dan hatiku terasa hancur. Air mataku mulai mengalir, aku terisak. Dadaku sangat sesak. Aku telah memberi beban di hidup Ian. Aku tak seharusnya merusak ikatan cinta mereka. Tapi bagaimana dengan bayiku bila ia lahir tanpa Ayah?

"Ian, maafkan aku yang menjadi beban hidupmu. Kau tak perlu berkorban demi bayiku. Aku adalah orang paling jahat di dunia, Ian". Aku terisak dipelukan Ian.

"Tenanglah Al. Semuanya sudah terlambat. Radith sudah membenciku sekarang. Dan aku sudah memikirkan matang-matang semua ini. Aku tahu konsekuensinya. Kau tak perlu tak enak hati, yang penting sekarang adalah bayimu" jelas Ian.

"Kenapa kau begitu keras kepala Ian? Kau tak perlu kasihan padaku. Kau masih berhak untuk meraih kebahagiaanmu bersama Radith" protesku seraya melepaskan pelukan Ian. Ian hanya menatapku datar. Matanya berubah sendu dan bibirnya mulai bergetar. Ian meringkuk sambil memeluk kedua lututnya. Badannya mulai bergetar, dia menangis.

"Aku melakukan ini untuk kebaikan Radith. Radith adalah kakakku, walaupun dia saudara angkat tetap saja tak boleh ada hubungan spesial di antara kami. Aku melakukan ini untuk menjaga nama baik keluargaku dan keluargamu, Al. Jadi tolong berhentilah untuk menyalahkan dirimu sendiri. Tak ada yang salah disini, hanya tak ada pilihan terbaik yang bisa aku ambil selain menikahimu, Al" kata Ian dengan isakan yang amat pilu.

Baru pertama kali ini aku melihat seorang lelaki menangis. Melihat keadaan Ian yang seperti ini membuatku tersadar bahwa aku tak boleh egois. "Ian maafkan aku" kataku seraya memeluk tubuh Ian yang masih saja bergetar. Kuelus rambut halusnya untuk membuatnya tenang.

"Kumohon Al, beri kesempatan untuk kita saling mencintai. Tolong buka hatimu" lirih Ian. "Tapi apakah kau sudah yakin ingin meninggalkan Radith hanya untuk bersamaku? Apa kau bisa mencintaiku sebagaimana kau mencintai Radith?" tanyaku. Ian menatapku dengan mata sembabnya seraya mengangguk kecil.

My Beloved Little BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang