{23}

5.8K 405 117
                                    

"Apa kau akan datang ke perayaan pernikahan kami?" tanya Rastra setelah Radith melepaskan pelukannya. "Maafkan aku, Rastra. Aku ingin datang ke pernikahan kalian, tapi aku dan Ovan harus berangkat ke Belanda dua hari lagi" jawab Radith.

"Ya, kami akan ke Belanda. Ayahku ingin bertemu dengan Radith. Aku tak ingin terlambat mempertemukan beliau dengan Radith karena kondisi Ayah semakin melemah. Beliau masuk rumah sakit setelah kakakku berulah lagi" sahut Ovan.

"Jadi selama ini Octavian kembali ke Belanda?" pekik Alisha.

Ovan merasa curiga setelah Alisha terkejut saat mendengar kabar Octavian – satu-satunya saudara yang dimiliki Ovan.

"Kenapa kau terkejut mendengar nama Octavian?" tanya Ovan pada Alisha.

Mata Ovan menatap Alisha penuh selidik. Merasa terintimidasi, Alisha pun membuang pandangannya dari Ovan alih-alih untuk menutupi rasa malu sekaligus rasa bersalahnya.

"Al, apa Octavian ada hubungannya dengan kepulanganmu ke Indonesia?" tanya Ovan dengan nada yang sengaja dibuat lirih agar Alisha tak merasa diintrogasi.

Alisha mulai menatap Ovan dengan mata berkaca-kaca. "Tidak Van. Aku kembali ke Indonesia bukan karena Octavian, tapi karena aku harus meninggalkannya" jawab Alisha.

"Apa maksudmu, Al?" desak Ovan.

Alisha mulai sesenggukkan. "Van, kumohon jangan mendesakku seperti ini. Aku belum siap untuk menceritakan semuanya" isak Alisha.

"Tak apa Sayang. Kau tak perlu memaksakan diri, sudah cukup tak perlu dibahas lagi" kata Rastra berusaha menengahi obrolan antara Alisha dan Ovan.

"Apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian bertiga?" sahut Radith yang sedari tadi sudah tercenung sendiri berusaha memahami apa yang sedang dibahas oleh tiga orang dihadapannya.

"Ian, kurasa Ovan dan Radith perlu tahu kebenarannya" tekad Alisha.

"Tidak Al. Kau akan merusak semua rencana yang telah kita buat" protes Rastra.

"Tapi aku juga tak mau menutupi semua rahasia ini. Aku tak ingin menyesali apa yang telah kita lakukan nantinya, Ian. Bagaimana pun juga Ovan dan Radith berhak tahu" pekik Alisha tak mau mengalah.

"Sebenarnya ada apa dengan kalian? Aku semakin tak mengerti. Kenapa kau dan Alisha tiba-tiba datang dalam hidupku lagi? Kenapa kalian berdua berdebat tentang sebuah rahasia? Ayolah, kita sudah dewasa dan kita harus bisa mengambil tindakan yang baik untuk kita jalani apapun resikonya nanti. Sudahlah, aku sudah lelah dengan semua sandiwara ini" protes Radith yang tak bisa menahan kesabarannya lagi.

Melihat raut kemarahan dalam wajah Radith membuat Ovan mendekap pemuda yang lebih kecil dari dirinya itu ke dalam pelukannya. "Dith tenanglah, Sayang" kata Ovan yang kini telah menempelkan dagunya di puncak kepala kekasihnya itu.

Radith melesakan wajahnya di lekuk leher Ovan. Bahunya mulai naik turun dengan teratur. Harum tubuh Ovan telah menjadi obat penenang paling mujarab baginya.

"Kurasa kita tak perlu lagi membahas semuanya karena sudah jelas bahwa kalian akan segera menikah dan akan memulai kehidupan baru bersama buah hati kalian" kata Ovan pada Rastra dan Alisha. "Sebaiknya kita segera pulang" lanjut Ovan seraya menggandeng tangan Radith dan mulai meninggalkan Rastra bersama Alisha.

"Anak yang ada dalam kandunganku ini adalah anak Octavian" teriak Alisha. Ovan dan Radith terkejut mendengar kebenaran itu dan menghentikan langkah kaki mereka.

"Al, kau tak perlu memberi tahu semua ini pada mereka" protes Rastra yang tak dihiraukan lagi oleh Alisha.

Ovan berbalik dan segera menghampiri Alisha. "Al, apa benar itu adanya? Apa benar ini anak Octavian?" berondong Ovan. Alisha hanya mengangguk lemah. Sedetik kemudian tangisnya pecah dalam keheningan taman yang hanya menyuarakan gemericik air di tengah kolam.

My Beloved Little BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang