Radith POV
"Haaaassshhh..." dengusku menahan sesak di dada. Mataku mulai panas dan air mata mengucur deras. Masih saja kutatap layar ponselku. Jika tau akhirnya seperti ini, aku lebih memilih untuk menyembunyikan semuanya. Perasaan itu, cintaku kini telah hancur.
From Rastra:
"Dith, kumohon agar kau mengerti. Aku tak dapat melanjutkan cinta kita, Sayang. Tapi aku akan selalu mencintaimu, di dalam hatiku."
To Rastra:
"Apa ini? Apa maksudmu Rastra? Kalau kau mencintaiku dalam hatimu, tapi kenapa kau tak bisa memperjuangkan cinta kita?"
Sudah setengah jam aku menunggu pesan balasan dari Rastra, namun percuma saja saat kucoba menghubungi nomornya ternyata nomor itu sudah tak aktif lagi. Sial.
Kalau aku tahu akan sesakit ini rasanya, aku akan memilih untuk tak mencintai siapapun lagi. Aku semakin meringkuk di atas ranjangku. Tubuhku semakin bergetar tak karuan.
Tok...tok...tok...
"Dek, ayo makan. Mas sudah masak buat kita bertiga loh" kata Mas Sandy. Aku tak bisa menjawabnya dan masih terpaku di atas ranjang.
Klek...
"Dek, kamu kenapa nangis?" tanya Mas Sandy saat pintu kamarku telah terbuka. Aku hanya menggeleng dan menutupi mata sembabku. "Hei, kamu gak apa-apa kan, Dek?" tanya Mas Sandy lagi. Sedetik kemudian aku sudah memeluknya erat.
"Rastra, Mas. Rastra..." isakku di dalam pelukan Mas Sandy. "Tenang, Dek. Ada apa dengan Rastra?" tanyanya. Aku hanya menunjukkan ponselku yang sempat kulempar dan sekarang berada di ujung ranjang.
Aku rasakan dada Mas Sandy mulai mengembang tanda dia sedang menarik nafasnya dalam-dalam. "It's okay Radith. Kamu tak perlu menangisinya, dia memang seorang pengecut. Dia pemuda yang lemah, dia tak pantas untukmu, Sayang" nasehat Mas Sandy. Aku tak tahu harus menanggapi seperti apa, tapi jika didengarkan nada suara Mas Sandy penuh dengan kemarahan.
"Tapi Mas...". "Nggak ada tapi-tapian lagi dek. Tante Dina dan Damian memang kebangetan" sahut Mas Sandy memotong ucapanku. "Radith juga yang salah Mas. Adek yang gak tahu diri karena cinta sama saudara angkat adek" sanggahku.
"Kalian berdua kenapa?" sahut Ayah yang kini juga masuk ke kamarku. Aku menghela nafas dalam-dalam mencoba menenangkan diri. "Gak ada apa-apa Yah" kilahku.
"Ayah kira kalian berantem, masak baru tinggal bareng sehari sudah berantem aja" jawab Ayah sambil mencoba menggoda kami. Aku menggenggam erat tangan Mas Sandy sebagai kode agar dia tak menceritakan kejadian pagi ini.
"Eh Mas, kok aneh ya, nomor tante Dina kok gak aktif ya?" tanya Ayah pada Mas Sandy. Aku langsung menatap ke arah Mas Sandy. "Ya berarti benar, mereka berdua memang menghindari kita" jawab Mas Sandy dengan geram.
"Kenapa kamu bilang gitu Mas? Gak baik berprasangka buruk pada orang lain" sahut Ayah mulai menengahi. "Damian baru saja mengirim pesan ke Radith dan bilang kalau dia tak bisa melanjutkan cintanya pada Radith karena tante Dina sudah menjodohkannya dengan anak rekan kerjanya. Dan Sam gak mengada-ada Yah. Damian sendiri yang bilang ke Sam. Sam gak berprasangka buruk, tapi itulah kenyataannya" jawab Mas Sandy yang hilang kendali.
Dadaku terasa sesak mendengar apa yang dikatakan Mas Sandy bahwa Rastra sedang dijodohkan. Saat itu juga kurasakan jantungku mulai kambuh lagi. Tubuhku ambruk di pelukan Mas Sandy. Mataku mulai gelap dan aku mulai tak mendengarkan apapun, lagi.
*******
Sam POV
"Dek, dek Radith. Kamu kenapa dek?" teriakku mulai panik. "Dek, sadar dek. Yah, adek kenapa?" lanjutku. Ayah bergegas membopong tubuh Radith dan membawanya menuju mobil. Aku mengikutinya setelah mengunci apartemen kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Little Brother
RomanceSam, seorang pemuda tampan, pengertian dan sabar. Salah satu tipe orang yang sensitif pada janji, dia akan benar-benar marah saat ada orang yang mengabaikan janjinya. Eric, seorang eksekutif muda nan rupawan, dengan banyak kesibukan. Ia memiliki ban...