Adine POV
Siang ini, tepat sebelum jam makan siang, bel pintu rumah kami berbunyi nyaring. "Dine, tolong bukakan pintu itu sayang. Itu pasti kekasihmu" kata Daddy yang masih sibuk menata meja makan. Aku mengangguk kecil dan pergi menuju pintu utama.
"James" sapaku saat melihat kekasihku sudah berada di depan pintu. "Hallo Sayang" sapanya seraya mencium lembut bibirku. "Masuklah. Kami sudah menunggumu" kataku seraya menarik lengan kokohnya. James mengikutiku menuju meja makan untuk menemui Ayah dan Daddy.
"Here he come. Menantu Ayah sudah datang" sambut Ayah dengan senyumnya yang merekah. "Selamat datang James. Kau memilih waktu yang tepat. Aku dan Adine sudah menyiapkan makan siang untuk kita semua" sahut Daddy. "Terima kasih Yah, Dad" kata James.
"Silahkan dimakan James. Ini semua hasil masakan Adine dan Daddy. Tapi maaf kalau nanti rasanya sedikit asin, itu tandanya Adine sudah tak tahan ingin segera menikah denganmu" goda Ayah pada James. James hanya terkekeh, tapi kemudian dia bertanya pada Ayah. "Bagaimana Ayah tahu kalau Adine ingin segera menikah hanya dengan rasa asin dari masakannya?".
Ayah dan Daddy tertawa lepas mendengar pertanyaan polos dari James. "James, itu adalah perumpamaan orang Jawa, tanah kelahiran Daddy. Kami-orang Jawa-percaya bahwa jika masakan anak gadis kami terasa asin, itu tandanya dia sudah ingin dinikahkan dengan pujaan hatinya" jawab Daddy dengan lugas dan tak lupa diberi akhiran senyuman manis.
Mimik muka James langsung merona layaknya buah tomat, dia hanya mengangguk dan tersenyum manis. "Adine, benarkah yang dikatakan Daddy?" tanyanya padaku.
"Oh ayolah James, kenapa kau sangat lugu. Daddy dan Ayah hanya mengerjaimu, Sayang. Dan tak perlu kau tanyakan kebenarannya lagi. Kita sudah menjalin hubungan ini cukup lama, 4 tahun, dan wanita mana yang tidak ingin mengarungi bahtera rumah tangga denganmu" cibirku pelan. Lagi-lagi James memerah. Disahutnya bahuku mendekat padanya dan satu ciuman lembut mendarat di keningku."I love You, honey". "I love You too, James".
"Oh, lihatlah Sayang. Mereka sungguh romantis, bukan?" kata Daddy kepada Ayah. Dan Ayah pun tak mau kalah, satu ciuman lembutpun mendarat di kening Daddy.
Kami melanjutkan makan siang ini dengan canda dan tawa. Telah ditetapkan bahwa aku dan James akan menikah bulan depan. Setelah makan siang, kami pun berangkat ke pameran produk tante Alice.
Tak sampai satu jam kami telah berada di pusat kota Paris. Pameran produk Alice Summerton ada di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota ini. Saat kami memasuki mall, mata kami langsung tertuju pada logo AS yang terukir indah. Ya benar AS itu adalah nama brand dari semua produk tante Alice.
Banyak sekali pengunjung di pameran ini. Terlihat para pramuniaga sedang sibuk melayani pengunjung yang tentunya mereka memesan salah satu produk tante Alice. Nama tante Alice memang sudah sangat mahsyur di kalangan fashion dan kosmetik di kancah internasional, sama seperti Daddy dengan industri parfumnya "Kembang Kanthil".
"Alice" sapa Daddy pada wanita anggun yang berjalan bak peragawati nan lemah gemulai menuju arah kami. "Hallo Mada. Apa kabar?" sahutnya dengan ramah. "Kami semua baik-baik saja" jawab Daddy. "Bagaimana kabarmu, Grace dan Ivan?" sahut Ayah. "Kami semua juga baik Damar" jawab tante Alice.
"Tunggu dulu. Wanita cantik ini pasti Adine Narendra Putri. Oh dear kemarilah biar aku bisa memelukmu" kata tante Alice yang membuka tangannya untuk merengkuh tubuhku. Aku mendekat ke arahnya dan memeluknya dengan lembut.
"Dan satu lagi. James Henderson, calon menantu kedua sahabatku. Kalian sangat beruntung memiliki memantu setampan pemuda ini" celetuk tante Alice untuk memuji James sambil mengerlingkan mata pada Ayah dan Daddy. Dan kami pun tenggelam dalam tawa dan kebahagiaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Little Brother
Storie d'amoreSam, seorang pemuda tampan, pengertian dan sabar. Salah satu tipe orang yang sensitif pada janji, dia akan benar-benar marah saat ada orang yang mengabaikan janjinya. Eric, seorang eksekutif muda nan rupawan, dengan banyak kesibukan. Ia memiliki ban...