Eric POV
"Eric, kau ingin aku melakukan apa untukmu?" rengek Sam yang sudah ku dengarkan sejak 2 hari yang lalu. "Sam, belum ada waktu yang tepat untuk meminta hal itu sekarang" jawabku seperti biasa. Dan Sam hanya mendengus seraya kembali ke kamarnya.
Sudah 2 hari Sam dirawat di rumah. Kesehatannya mulai pulih di setiap harinya dan hal itu sudah cukup membuatku bernafas lega. Hari ini akhir pekan, jadi aku bisa bersantai hingga kapanpun aku mau. Seperti sekarang, aku berada ruang baca dengan satu buku di genggamanku dan secangkir teh melati kesukaanku berada di meja kecil di sampingku.
Ding dong...ding dong...
Suara bel pintu depan berbunyi. Aku melirik jam tanganku, masih jam 10 dan sepertinya aku tak ada janji dengan siapapun.
Ding dong...ding dong...
"Siapa yang bertamu di akhir pekan seperti ini. Mengganggu saja" dengusku seraya bangkit dari kursi santaiku. Seingatku, Gilbert baru kembali ke Turki kemarin, jadi tak mungkin anak itu kembali lagi kemari. Namun, kupercepat langkah kakiku agar bunyi bel ketiga tak menguar di seluruh penjuru rumah ini lagi.
Klek...
Pintu terbuka, dan kulihat seorang wanita cantik jelita mirip dengan Ayah Damar dan Daddy Mada bersama seorang yang kukenal sebagai anak kedua keluarga Henderson. "Adine..." sapaku saat aku tersadar dari kegiatan berpikirku. "Hai Eric..." sahutnya seraya mengembangkan senyuman yang manis.
"Kenapa kau tak memberi kabar dulu agar aku dan Sam bisa menjemput kalian" sergahku. "Tidak tidak tidak. Aku sengaja kemari untuk memberi kejutan pada Sam. Apa dia ada di rumah?". Aku mengangguk. "Sam, ada di kamarnya. Oya, kau pasti James Henderson. Adik dari Sebastian?" jawabku seraya menyapa lelaki yang datang bersama Adine.
"Kau benar Zefran. Aku James, salam kenal" jawab James sambil mengulurkan tangannya. Aku menjabatnya dengan cepat sebagai bentuk penghormatan.
"Oya, silahkan masuk. Kebetulan Abi dan Papa sedang pergi ke Grand Hall. Jadi hanya aku dan Sam yang ada di rumah" kataku pada Adine dan James. Mereka berjalan mengekoriku menuju ruang tamu.
"Kalian mau minum apa?" tanyaku. "Apa saja, asal tak merepotkanmu" jawab Adine. "Tak ada lelaki yang merasa repot melakukan apapun untuk wanita secantik dirimu, Adine" godaku. "Eeerrrhhmmm Eeerrrhhhmmm" kulihat James berdeham dengan tatapan yang tajam ke arahku.
"Oh Sayang, tenanglah. Zefran memang sering bergurau seperti itu" sahut Adine untuk menenangkan James. "Jadi, kalian sepasang kekasih?" tanyaku penasaran. "Tak perlu ku jawab kau juga sudah tahu kan Eric. Apa Sam belum memberitahumu perihal hubungan kami?" jawab Adine.
Aku menggeleng kecil. "Aku akan membuat perhitungan dengan anak itu. Dia sengaja menyembunyikan kabar gembira ini dariku. Awas kau Sam. Oya, Selamat untuk kalian berdua ya. Aku akan memanggil Sam dulu" sahutku seraya beranjak dari ruang tamu menuju kamar Sam.
Tok...tok...tok...
Tak ada tanda-tanda pergerakan di dalam kamar Sam. Perlahan kubuka pintunya, dan kulihat Sam sedang tidur. Mungkin dia baru meminum obatnya. Aku berjalan menuju ranjangnya dan duduk di samping Sam.
"Sam..." lirihku untuk membangunkannya. Tubuhnya tak bergerak sedikitpun, hanya wajah damainya yang terlihat begitu menggoda. Kurasakan ada sesuatu yang hangat mulai menjalari tubuhku. Kuberanikan diri untuk mendekat ke wajahnya.
Aku tak dapat mengontrol tempo nafasku, malah yang ada jantungku berdegup semakin kencang saat jarak antara wajah kami tinggal setipis kertas. Tiba-tiba mata Sam terbuka dan satu tinjuan berhasil mendarat di pelipisku. Tubuhku ambruk di samping tubuh Sam. Hanya pusing yang kurasakan dan mataku sedikit berkunang-kunang.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Little Brother
RomanceSam, seorang pemuda tampan, pengertian dan sabar. Salah satu tipe orang yang sensitif pada janji, dia akan benar-benar marah saat ada orang yang mengabaikan janjinya. Eric, seorang eksekutif muda nan rupawan, dengan banyak kesibukan. Ia memiliki ban...