Lambang POV
Jakarta, pukul 7 pagi. Aku, Sam, Damian dan Dina keluar dari portal imigrasi. Masih saja dalam diam, aku mulai curiga telah terjadi sesuatu pada Dina dan Damian. Keduanya lebih memilih membungkam diri selama perjalanan pulang.
Dina yang biasanya sangat perhatian, sikapnya mulai dingin padaku. "Apa kau baik-baik saja?" tanyaku pada Dina. Dia hanya mengangguk, kemudian kembali menarik kopernya. Aku mendengus pasrah.
"Dina, ada apa? Kenapa kau tak menghiraukan aku sejak dalam pesawat?" desakku. Sam mulai menatap penuh selidik, sedangkan Damian terlihat seperti sedang banyak pikiran. "Tak apa Lambang. Aku hanya ingin segera kembali ke rumah dan siap-siap bekerja" kilahnya.
"Apa kau akan ikut ke tempat Radith?" tanya Sam pada Damian. "Tidak Sandy. Ian harus ikut tante, hari ini dia harus ikut ke kantor" sahut Dina tanpa ingin terinterupsi lagi. Dina menarik Damian masuk dalam taksi yang ada di hadapan kami. Semenit kemudian taksi itu mulai meninggalkan aku dan Sam.
"Yah, sepertinya ada yang aneh dengan mereka" kata Sam yang sekarang berada di sampingku. "Ayah juga bingung dengan sikap tante Dina" sahutku. "Apa semua ini ada hubungannya dengan kejadian malam itu ya?" lirih Sam penasaran.
"Apa maksudmu Sam?" tanyaku. "Sam tak yakin Yah. Tapi malam itu sebelum kita pulang ke Indonesia, Sam melihat Damian keluar dari kamar tante Dina dengan wajah kusut. Sepertinya ada hal serius yang sedang mereka bahas dan mungkin itulah yang membuat mereka menjadi pendiam" jelas Sam. Aku hanya mengangguk pelan.
"Ya semoga ini semua tak ada hubungannya dengan dek Radith ya Yah" lanjut Sam. "Apa maksudmu, sayang?" sergahku. "Damian bilang kalau dia dan dek Radith saling cinta. Dan sepertinya tante Dina tidak setuju karena Damian sudah dijodohkan dengan anak rekan kerjanya" jawab Sam.
"Ya sudah, kita gak boleh berprasangka buruk dulu sama tante Dina dan Damian, mungkin mereka memang harus ke kantor hari ini. Sebaiknya kita pulang sekarang ke apartemen Ayah dan nanti siang kita ke Panti Asuhan buat jemput dek Radith". Sam mengangguk tanda setuju dan kami naik taksi menuju apartemenku.
Satu jam kemudian barulah kami sampai di apartemenku. Jakarta pagi hari memang benar-benar crowded.
"Jadi selama ini Ayah tinggal disini ya?" tanya Sam dengan nada cukup antusias. "Iya Sayang. Ayah sengaja membeli apartemen ini untuk berjaga-jaga kalau Ayah tak bisa pulang ke Yogya. Disini ada 3 kamar besar. Satu yang paling ujung adalah kamar Ayah. Kamu bisa memilih kamarmu, yang tengah atau yang ujung satunya. Nanti kita ajak dek Radith tinggal disini juga, biar kita bisa berkumpul bersama". Sam mengangguk mantap.
"Sam mau kamar yang ujung satunya ya Yah, biar dek Radith yang kamar tengah" jawab Sam setelah melihat kedua kamar dan memutuskan pilihannya. "Iya Sayang. Terserah Sam saja. Untung Ayah dulu beli apartemen yang kamarnya banyak, eh ternyata sekarang semua bisa dipakai, hehehe" sahutku. Tawa Sam pun tergelak.
"Kamu pasang sendiri ya bedcover-nya" lanjutku. Sam mengangguk dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Aku pun masuk ke kamarku untuk mandi dan istirahat sejenak.
Mataku kembali terbuka setelah 2 jam tertidur. Harum masakan menguar ke seluruh penjuru apartemenku. Bau sedap itu mengajak hidungku menari dan membuat saliva-ku mengucur deras di dalam mulut.
Aku bangkit dari ranjangku menuju dapur. Kulihat putraku yang piawai dalam masak-memasak itu sedang menikmati kegiatannya dengan kuping tersumpal earphone dan bibir terus bersenandung.
"Anak Ayah masak apa?" tanyaku sambil melepaskan earphone-nya agar Sam bisa mendengarku. Sam sedikit terjingkat. "Ayah bikin kaget saja. Sam lagi masak sup ayam kesukaan Ayah karena hanya bahan inilah yang ada di kulkas Ayah" protesnya. Aku terkikik geli. "Oh anak Ayah so sweet sekali, perhatian banget sama Ayah" godaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Little Brother
RomanceSam, seorang pemuda tampan, pengertian dan sabar. Salah satu tipe orang yang sensitif pada janji, dia akan benar-benar marah saat ada orang yang mengabaikan janjinya. Eric, seorang eksekutif muda nan rupawan, dengan banyak kesibukan. Ia memiliki ban...