{29}

6.5K 387 124
                                    

Damian POV

Paris, Perancis - Kediaman Keluarga Narendra.

Dua bulan berlalu dengan cepat, keputusanku untuk melanjutkan studi di Paris sudah bulat, dan disinilah aku sekarang - di rumah Ayah Damar. Ya benar, Ayah Lambang yang menyuruhku untuk tinggal bersama Ayah Damar dan Daddy Mada. Pasti banyak yang bertanya kenapa aku memanggil Om Lambang dengan sebutan Ayah? Ya benar, bulan lalu, Om Lambang telah resmi menjadi Ayahku.

Lalu bagaimana dengan Radith dan Sandy? Apa mereka menerima keputusan ini? Tak perlu ku jelaskan lagi, pastinya kami sekarang kami bisa semakin akur sebagai saudara. Punya kakak kembar tidak terlalu buruk kan? Setidaknya hidupku sudah cukup mendapatkan kasih sayang. Meski kami kini resmi menjadi saudara, tapi tetap saja kami terpisah satu sama lain. Sandy tinggal di Dublin bersama Kakak Iparku, Zefran.

Radith tinggal bersama Ovan di Belanda, mereka yang mengurusi taman milik keluarga Alfarose yang diwariskan pada Ovan. Oke untuk yang satu ini aku tak bisa berkomentar lagi, yang jelas aku tak mau memanggil Ovan sebagai Kakak Iparku, kita sudah bersahabat sangat lama kan? Oya, Radith dan Ovan juga membuka toko bunga untuk dikelola oleh Bu Lastri bersama adik-adik Panti. Ya, Radith bukanlah kacang yang lupa kulitnya, dia masih menjalin hubungan baik dengan Bu Lastri dan masih peduli dengan masa depan adik-adik Pantinya.

Lalu bagaimana kabar Alisha dan Octavian? Hehehe, mereka sudah resmi menjadi Mama dan Papa. Ya, buah hati mereka lahir di hari yang sama dengan resepsi pernikahan Ayah dan Mamaku. Dan sekarang mereka tinggal di Jakarta, karena Octavian mendapat tanggung jawab untuk menjalankan perusahaan milik keluarga Sanjaya. Jangan tanya lagi, sudah pasti kami menjadi relasi bisnis yang semakin tak terpisahkan.

Oya, buah hati mereka adalah seorang bayi laki-laki dengan nama Xavier June Alfarose. Xavier ini diambil dari kata Savior yang berarti Juru Selamat. June adalah nama bulan kelahiran putra mereka. Dan pasti Alfarose disematkan untuk meneruskan garis keturunan Papanya.

June, begitulah aku memanggil bayi mungil nan lucu itu. Dia mewarisi sebagian besar ciri fisik Papanya. Paras Belanda, hidung mancung, lesung pipi dan warna mata hitam jernih bagai batu pualam yang memberi ketenangan. Apa yang diwarisinya dari Alisha? Ya, bibir tipis, bentuk alis dan bulu mata yang lentik. Sungguh June adalah jelmaan malaikat yang diutus untuk memberikan kebahagiaan untuk kami.

"Rastra, mari kita sarapan sayang" teriak Daddy Mada dari balik pintu kamarku.

Aku mulai terbiasa dengan panggilan 'sayang' yang selalu dibubuhkan di akhir kalimat Daddy Mada. Hehehe, memang Daddy yang satu ini selalu menjadi orang yang sangat perhatian selama 2 minggu ini sejak aku tinggal bersama keluarga Narendra. Daddy sudah menganggapku sebagai putranya, wajarlah kalau Daddy menginginkan seorang putra, karena selama ini hanya Mbak Adine yang menjadi putri satu-satunya di keluarga ini.

"Iya Daddy, sebentar. Rastra ganti baju dulu" sahutku seraya mengaitkan kancing kemejaku. Daddy? Ya begitulah, aku juga mulai terbiasa memanggil Om Mada - Daddy - dan Om Damar - Ayah. Aku tak pernah risih karena perhatian yang mereka beri juga tidak terlalu berlebihan. Aku sangat beruntung memiliki keluarga besar yang sempurna. Sempurna tak berarti harus perfect kan? Sempurna adalah saat kau mampu menerima kesederhanaan dalam keharmonisan.

Hari ini aku akan ke kampus untuk bertemu dengan Prof. Leon Richardson untuk mengurus semua syarat-syarat proyek yang akan ku kerjakan selama kuliah nanti hingga aku mendapat gelar Masterku. Setelah selesai bersiap-siap, lima menit kemudian aku keluar dari kamarku dengan pakaian yang sudah rapih.

"Ayah kemana Dad?" sapaku pada Daddy saat aku sudah berada di meja makan.

"Ayahmu masih bersiap-siap. Apa kau sudah menyiapkan seluruh berkas yang kau perlukan?" sahut Daddy. Aku mengangguk mantap.

My Beloved Little BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang