{12}

7.2K 456 24
                                    

Damian POV

Aku baru saja selesai mandi, ketika ponselku berdering kencang. Kulihat ada nama Bu Lastri di layarnya. Hatiku terasa gusar saat menatap nama itu, jangan-jangan telah terjadi sesuatu.

"Hallo Bu Lastri, ada apa?" tanyaku langsung pada intinya setelah menggeser gambar gagang telpon berwarna hijau di layar ponsel. "Nak Rastra, maaf Ibu menghubungi malam-malam begini. Radhit masuk rumah sakit lagi. Sekarang Ibu sedang menunggunya di rumah sakit M.H. Thamrin" jawab Bu Lastri dengan suara paraunya menahan tangis.

"Radhit kenapa Bu? Gimana keadaannya sekarang?" sahutku panik. "Jantung Radhit koleps lagi. Sekarang dia masih belum siuman" jawab Bu Lastri pelan. "Baiklah kalau gitu Rastra segera kesana Bu. Tolong pastikan Radhit baik-baik saja ya Bu".

Setelah mematikan telpon, aku lekas memakai pakaianku dan bergegas menuju rumah sakit M.H. Thamrin.

"Ian mau kemana?" tanya Mama waktu aku keluar dari kamar buru-buru. "Ian mau ke M.H.Thamrin Ma, Radith koleps lagi" sahutku yang masih sibuk mengikat tali sepatuku. "Ya Tuhan. Kalau gitu kamu hati-hati ya sayang, jangan ngebut. Mama yakin Radith akan baik-baik saja sayang" kata Mama memberikan motivasi untukku.

"Ian berangkat dulu ya Ma" pamitku sambil mencium tangan Mama. "Iya Sayang. Maaf Mama gak bisa ikut kamu, Mama masih banyak kerjaan. Salam buat Bu Lastri ya" kata Mama yang masih sibuk mengetik dokumen di laptop kerjanya. Aku mengangguk dan segera berangkat.

Sekitar sejam perjalanan akhirnya aku sampai di rumah sakit M.H. Thamrin. Aku mempercepat langkahku ke kamar Dahlia 26.

Kulihat sosok Bu Lastri diam tak bergeming duduk di depan kamar Radith. "Bu Lastri" sapaku pelan. "Nak Rastra" isak Bu Lastri sambil memeluk diriku. Aku mengusap punggung Bu Lastri untuk menenangkannya.

"Tidak apa-apa Bu, Rastra sudah disini. Rastra akan jaga Radith. Rastra yakin kalau Radith akan baik-baik saja" kataku untuk memberi ketenangan di hatinya. Bu Lastri mulai tenang dan melepaskan pelukannya dariku.

"Bolehkah Rastra masuk ke dalam?" tanyaku. Bu Lastri mengangguk dan mengajakku untuk masuk ke kamar Radith. Sosoknya semakin kurus karena sakit jantungnya sering kambuh tiba-tiba. Hatiku terasa pilu saat melihat orang yang sangat kucintai terbaring lemah.

Aku mengenal Radith dari kecil, saat Papa dan Mama sering mengajakku ke Panti Asuhan. Meski Radith 2 tahun lebih tua dariku, namun aku lebih terlihat dewasa darinya. Dulu Papa dan Mama sulit mendapatkan keturunan hingga akhirnya keduanya memilih untuk mengadopsi seorang anak. Dan pilihan itu jatuh pada Radith, namun Radith tak mau diajak pulang ke rumah karena dia yakin kalau orang tua kandungnya akan mencari dan menemukan dirinya.

Papa dan Mama tetap mengadopsi Radith, tapi mereka menitipkan Radith di Panti Asuhan dan mereka selalu mengunjunginya setiap hari. Dan semua itu berlangsung hingga aku lahir sampai kami dewasa sekarang.

Aku tahu kalau Radith adalah saudaraku, namun selama bersama dia timbullah rasa ingin melindunginya. Awalnya aku berpikir bahwa rasa itu wajar, tapi lambat laun rasa itu berubah menjadi sesuatu yang aneh. Rasa ingin melindungi itu berubah menjadi rasa ingin memiliki dirinya. Kurasa ini adalah CINTA, tapi aku tak bermaksud untuk menyatakannya. Bagiku melihat Radith sehat dan bahagia itu sudah cukup.

"Nak Rastra" panggil Bu Lastri yang menyadarkanku dari lamunan. "Iya Bu, ada apa?" tanyaku. "Tak apa nak, Ibu hanya khawatir karena nak Rastra melamun saja dari tadi" jawab Bu Lastri jujur. Aku hanya menggeleng dan tersenyum tipis menanggapinya.

"Nak, Ibu mau bilang sesuatu yang penting" kata Bu Lastri. "Apa Bu? Apa ada hubungannya dengan Radith?" tanyaku. Bu Lastri mengangguk pelan.

"Ini tentang kedua orang tua kandung Radith. Ibu baru tahu informasinya dari rumah bersalin tempat Radith lahir dulu" jelasnya. "Benarkah Bu? Rastra akan bantu mencari tahu orang tua Radith yang tega membuangnya. Rastra akan menghajar keduanya karena telah mencampakkan Radith" sahutku.

My Beloved Little BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang